Prolog

9.5K 585 28
                                    

Beberapa bulan yang lalu di awal pertemuan Nina dan Denis.

Perkuliahan hari ini berakhir tepat di jam dua belas siang. Seperti biasanya Nina keluar dari dalam kelas dengan wajah merengut dan bibir mengerucut. Jujur, Nina memang sama sekali tidak menyukai jurusan Business Management yang digelutinya saat ini. Setengah hati Nina menjalankannya, sebab ini bukan pilihannya melainkan pilihan Marhan sang Papa.

Demi apa pun, ini bukan passionnya!

Nina mengembuskan napas gusar.

"Kita langsung pulang, Non?" tanya Pak Rahmad supir pribadinya pada Nina yang sudah bersandar di kursi belakang mobil.

"Nggak, Pak. Kita ke kantor Papa dulu," jawabnya dengan wajah merengut dalam.

"Oke sip, Non!" Pak Rahmad segera menyalakan mesin mobil lalu melajukannya membelah jalanan.

Mereka tiba di kantor Hattala setelah menempuh lima belas menit dalam perjalanan. Nina langsung turun dari mobil memasuki gedung pencakar langit tersebut.

Sesampainya di lantai tujuh, tanpa basa-basi lagi pada sekretaris yang berdiri di tempatnya Nina melengos langsung masuk ke dalam ruangan Papanya dan menutup pintunya cukup keras.

"Pa! Nina nggak mau nerusin kuliah di jurusan itu. Nina punya mimpi, punya cita-cita sendiri. Biarin Nina nentuin pilihan Nina!"

"Nina, Papa lagi a-"

Nina langsung memotong ucapan Papanya.

"Pokoknya Nina nggak mau, Pa! Nina mau keluar dari sana! Nina nggak bisa! Nina mau jadi pianis atau pelukis aja. Please, Pa?" Perlahan Nina mengangkat kedua kelopak matanya yang sejak tadi terpejam saat ia melontarkan protesnya. Ia sengaja begitu, karena setiap menatap mata Elang Papanya nyalinya akan menciut.

"Please, Pa..." Nina memelas.

Marhan menghela napas berat melihat anak gadisnya. "Kita bicarakan ini nanti di rumah. Papa lagi ada tamu. Kenalkan, ini Denis Putra Chandra dari Mahendra Company. Rekan kerja Papa."

Nina pun menoleh pada sosok yang berdiri di samping Papanya. Seketika ia tak berkedip memandangi pria itu. Tubuh tinggi tegapnya yang dibaluti jas mahal terlihat sempurna. Rahangnya yang tegas di penuhi bulu-bulu tipis yang halus itu terlihat menggoda. Sedang tatapan mata sayunya seperti menghipnotis Nina. Bibir tipisnya yang kini tersenyum hangat membuat Nina langsung menggila.

Oh ya ampun.....

Nina merasa degub jantungnya berubah cepat. Debaran-debaran aneh yang pertama kali ia rasakan seumur hidup. Meski aneh tapi itu terasa menyenangkan.

Nina perlahan mendekati pria itu sembari tatapan matanya yang tak pernah putus.

"Halo.. salam kenal, saya Denis." Pria itu mengulurkan tangannya dengan senyuman masih melekat di wajah rupawannya.

"Ah, Nina..." Nina langsung menjabat tangan kekar pria itu. Wajah Nina seketika merona dan terasa menghangat.

Namun Denis mengernyit, tatkala gadis di hadapannya itu tak urung juga melepaskan tangannya.

"Oh maaf," ucap Nina segera melepaskan tangannya sambil tersipu malu.

Semenjak hari itu, pikiran dan hati Nina tak pernah lagi lepas sedikit pun dari Denis. Khayalan-khayalan indah bak kisah cinta di Negeri Dongeng selalu terbayang dalam benaknya. Memimpikan memiliki kisah yang sama hanya dengan Denis seorang.

Semenjak hari itu juga, hidup Denis tak pernah lagi tenang. Gadis itu selalu mengikut di setiap langkahnya, membuntutinya kemana-mana. Membuat Denis merasa gerah dan juga jengah. Harusnya gadis itu sadar, gadis ingusan seperti dirinya bukanlah pilihannya.

***************

Kepanjangan gak sih prolognya? 😅 semoga kalian suka 😍 300 vote, aku langsung publish part 1 😊 kalo gak nyampe, gapapa.. besok aku lanjut yaa 😁

03 Desember 2017

lotuscrown

Modern Fairytale (slow update)Where stories live. Discover now