3. Salah kah?

10.8K 471 99
                                    

Nina memandang datar pada kolam ikan di hadapannya. Sambil menenggelamkan separuh kaki, dilemparkannya makanan ikan-ikan itu ke kolam. Membuat semua ikan yang ada di dasar muncul ke permukaan memperebutkannya. Di sore hari yang cerah, yang bahkan langitnya melukiskan pelangi yang indah tak mampu mengubah suasana hati Nina yang mendung. Penuh kerinduan, kesedihan... bahkan ia hampir putus asa.

Seminggu sudah, Nina tak melihat pujaan hatinya. Ia mendapat kabar bahwa pria itu melakukan perjalanan bisnis ke Malaysia. Nina dirundung rindu, ingin bertemu. Meski ia tahu Denis pasti tak ingin melihat wajahnya, bahkan untuk selamanya.
Nina tertawa hambar, miris memang cinta berbalas benci, dan hati seperti teriris-iris lalu menimbulkan luka.

Nina juga kadang heran dengan dirinya yang masih bisa terus bertahan. Jika orang lain di posisinya, pasti sudah sejak lama menyerah. Mungkin ini lah cinta sejati, hanya itu satu-satunya jawaban yang terlintas di benaknya hingga ia bisa bertahan.

Karena cinta sejati tidak pernah mudah untuk diraih. Butuh pengorbanan, ketulusan dan kesetiaan. Percayalah semua akan indah pada waktunya.

Nina menghembuskan napasnya dengan kuat. Entah kapan waktu itu akan tiba. Dan sekarang ia gamang, mungkin waktu itu tidak akan pernah tiba. Nina merasa pandangannya mulai kabur oleh air mata yang menggenang dipelupuk matanya.

"Nina..." Panggilan mamanya dari dalam membuat Nina tersentak dan cepat-cepat menyeka air matanya. Nina tidak pernah memperlihatkan pada siapapun bahwa ia kadang menangis dalam perjalanan untuk mendapatkan cinta sejatinya.

"Ya Ma? Kenapa?" Nina memandang Arumi denga kening mengerut. Ditelitinya mamanya itu dari ujung kepala sampai ujung kaki. Mamanya terlihat cantik dengan gaun berwarna peach nya, seperti ingin menghadiri pesta.

"Mama mau kemana?"

"Loh Nina kok lupa sih Sayang? Kita mau pergi ke acara anniversary nya Pak Andi dan Bu Syila."

"Oh iya! Anniv nya orangtua Kak Gilang." Nina langsung berdiri, dibuangnya plastik makanan ikan itu ke tempat sampah.

"Astaga! Nina!" Arumi membelalakan matanya memandang kolam ikan yang kini penuh oleh makanan ikan. Bahkan ikan-ikan itu saja tak sanggup menghabiskannya.

"Kamu ngapain kasi semuanya?!!" Arumi mempelototi Nina yang kini menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal.

Saking asyiknya melamun Nina sampai tak sadar kalau ia telah melempar semua makanan ikan berbungkus besar itu ke dalam kolam.

"Maaf Ma.." Nina meringis lalu menyengir lebar.

***

Nina, Arumi dan Marhan memasuki kediaman keluarga Mahendra. Pesta hari jadi pernikahan pasangan yang tak lagi muda itu terlihat mewah dan elegan, meski diadakan di rumah.

"Selamat hari jadi pernikahan Pak Andi dan Bu Syila." Marhan mengulurkan tangannya untuk memberikan selamat.

"Terimakasih," balas keduanya berbarengan sembari bergantian menjabat uluran tangan Marhan. Gantian, kini Arumi dan Nina yang memberikan ucapan selamat.

"Terimakasih Nina. Kamu cantik banget. Cuma pria bodoh yang nolak gadis muda secantik dan semenyenangkan kamu." Syila menyindir keponakannya itu.

"Ma.." Andi memberikan tatapan peringatan pada istrinya. Marhan dan Arumi yang tahu maksud ucapan Syila hanya diam saja. Nina juga tak tahu harus menjawab apa.

"Emh.. kamu kok mau sih sama Denis? Denis itu udah tua, cari cowok lain aja di kampus mu. Yang tua itu cep-"

"Ih! Mbak Syila!" Karina-Mami Denis menghampiri tiba-tiba. Ia yang memang berniat menemui mereka dan tak sengaja mendengar langsung ucapan kakak iparnya itu.

Modern Fairytale (slow update)Where stories live. Discover now