5. Denis Menyerah?

3.5K 449 115
                                    

No edit, ada typo kasi tahu ya. Ceritanya sempat hilang sebagian, ini aku ketik ulang, untung inget 😩

Jangan lupa vote ⭐️
Selamat membaca!

Perjalanan menuju salah satu hotel berbintang lima di kawasan Jakarta Selatan terasa begitu lama baginya. Nina terus menghela napas dalam-dalam untuk menenangkan dirinya yang cemas. Setelah tadi menceritakan semua pada Gilang sambil berurai air mata, akhirnya suami Bunga itu memberi solusi.

Gilang menghubungi Denis, namun sayang ponsel pria itu sedang tidak aktif. Lalu Gilang menghubungi nomor sekretaris sepupunya itu. Awalnya tak diangkat, sampai jam empat sore Gilang kembali menghubunginya dan dijawab. Tiwi sendiri lah yang mengatakan pertemuan mereka dengan klien dari Brunei itu dimana.

Syukur lah.. Dewi Fortuna sedang berpihak pada Nina.

"Pak, yang cepeeet!" desak Nina pada Pak Rahmad, supirnya.

"Sip Non, beres!" Pak Rahmad melajukan mobilnya sedikit lebih cepat. Namun sayang, di perempat jalan mereka harus terjebak dalam kemacetan panjang.

Nina kembali harus bersabar lagi sembari berdoa dalam hati, jangan sampai ia terlambat dan rencana kotor Tiwi itu berhasil.

***

Nina tergesa-gesa turun dari mobil sesaat baru saja Pak Rahmad memarkirkan mobil. Nina berlari menuju pintu masuk hotel. Nina mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru ruangan luas itu. Seingatnya cafe yang dikatakan Tiwi pada Gilang ada di lantai dasar. Nina terus mencari-cari dan akhirnya ketemu. Ia langsung memasuki cafe bergaya retro tersebut. Diambilnya tempat duduk di dekat pintu masuk. Jika Denis dan si genit itu datang maka ia bisa sigap bertindak.

Sudah banyak potong cake yang dihabiskannya, namun yang ditunggu tak kunjung tiba. Nina melirik jam di layar ponselnya, sebentar lagi jam 7 malam. Sembari menunggu Nina terus membaca novel roman yang sering dibawanya di dalam tas dan sesekali memasukan potongan cheese cake itu ke dalam mulutnya.

Terserang rasa bosan Nina meletakan novelnya di atas meja lalu menoleh ke pintu masuk dan....

Mereka datang!!!

Nina terkesiap! Cepat ditutupnya wajahnya dengan novelnya. Denis, si genit itu dan dua pria asing yang Nina yakini dari Brunei memasuki cafe. Mereka mengambil tempat duduk cukup jauh dari Nina di depan sana. Nina menghembuskan napas lega. Ia tak perlu terlalu menutupi diri.

Dua jam berlalu, dan kedua mata Nina tak berkedip, fokus melihat ke arah yang sama. Denis. Pria itu masih tampak seperti biasa. Sesekali terlihat mengulas senyum pada kliennya. Senyum Nina pun perlahan mengembang. Ia tak tahu akan seperti apa jadinya dirinya jika sampai rencana kotor Tiwi itu berhasil.

Tak berapa lama, kedua pria Brunei itu berdiri lalu menyalam Denis dan Tiwi bergantian. Sepertinya rapat mereka telah selesai. Benar saja, kedua pria itu langsung beranjak meninggalkan Denis dan Tiwi. Nina masih diam di tempatnya sambil menutup sebagian wajah menyisakan matanya yang menatap kepada mereka.

Tiwi menyodorkan minuman pada Denis yang langsung diterima oleh pria pujaan hati Nina itu. Sial! Itu pasti minumannya! Minuman yang sudah diberi obat tidur. Tiwi sialan!!! Nina merasa meledak. Tapi ia tak boleh gegabah. Bisa-bisa nanti Denis tak mau ikut pulang bersamanya.

Kini terlihat Denis dan Tiwi mulai beranjak dari kursi mereka. Berjalan keluar dari restoran tersebut. Nina buru-buru menyimpan novel dan ponselnya ke dalam tas. Sebelum keluar dari sana dibayarnya terlebih dulu tagihan makanannya.

Nina membuntuti Denis dan Tiwi di belakang. Sepertinya, Tiwi merasa ada yang tengah mengikuti. Ditolehkan kepalanya ke belakang dan secepat itu Nina bersembunyi di balik pohon hias besar yang ada disana. Tiwi kembali menatap lurus ke depan dan di saat itu juga Denis tiba-tiba sempoyongan. Tiwi cepat menahan tubuhnya, kemudian senyum kemenangan terbersit di wajahnya.

Modern Fairytale (slow update)Where stories live. Discover now