Part 10

68 6 0
                                    

Ingat vote dan komentar kalian bagai bahan bakar untuk penulis 🥰

💖💖💖

Tik ... tok ... tik ... tok ... suara jarum jam terdengar mengiringi keheningan pagi. Ruangan steril berbau obat-obatan menjadi tempat berbaring seorang gadis kecil lengkap dengan selang oksigen yang menempel di hidungnya. Di sudut sofa seorang bocah laki-laki tertidur pulas dengan posisi meringkuk. Di samping ranjang seorang wanita paruh baya tidur tertelungkup menggenggam salah satu tangan gadis tersebut.

Suara geseran pintu membuat sang wanita bangun dari tidurnya melihat siapa yang membuka pintu. Min Seo kembali memandang gadis kecil di depannya setelah tahu bahwa suaminya, Won Shik yang masuk membawakan sarapan untuk mereka, setelah itu keluar lagi. Perlahan kedua mata Eun Hee terbuka, melihat ke sekeliling bingung.

"Aga," Eun Hee menoleh mendengar suara Min Seo memanggilnya.

"Harabeoji?" tanya Eun Hee begitu ia mengingat apa yang terjadi.

"Harabeoji, ada di ruangan sebelah."

"Eomma. Aku haus."

Min Seo mengambilkan air putih menuangkan dalam gelas dan membantu Eun Hee duduk meminum airnya.

"Eomma, apa," keluh Eun Hee.

"Eomma tidak seharusnya meninggalkan kalian. Maafkan eomma," Min Seo memeluk Eun Hee.

"Sakit eomma," tangis Eun Hee.

"Kemarilah!" Min Seo mengangkat pakaian belakang Eun Hee, meniup luka bakar di punggungnya mencoba mengurangi rasa sakitnya.

"Yeobo," Won Shik muncul kembali memanggil istrinya Min Seo.

Min Seo menoleh, ia langsung berdiri menghampiri suaminya. Ekspresi wajah Won Shik membuat Min Seo takut.

"Ada apa yeobo? Bagaimana keadaan abeonim?"

Won Shik menggeleng, Min Seo mengerti arti gelengan suaminya.

"Eomma tinggal sebentar ya, eomma akan bangunkan Sang Min untuk menemanimu."

Eun Hee mengangguk, Min Seo membangunkan Sang Min yang tertidur di sofa.

"Temani Eun Hee, eomma appa, pergi ke ruangan harabeoji," Sang Min mengangguk saat ia sadar.

Won Shik dan Min Seo bergegas menuju ruang rawat di sebelah kamar Eun Hee. Di sana terlihat Myeong Seong yang menangis memeluk tubuh sang suami yang sudah tidak bernyawa. Min Seo mendekati ibu mertuanya, memberinya kekuatan untuk bisa menerima kepergian orang yang disayangi. Won Shik sendiri keluar mengurus administrasi.

"Eommeoni, kami akan selalu ada untuk menemani anda, Abeonim sudah tidak merasakan sakit lagi eommeoni. Relakan abeonim," ucap Min Seo berusaha menghibur ibu mertuanya.

Myeong Seong mencurahkan seluruh kesedihannya, menangis hanya itu yang ia lakukan sampai pihak rumah sakit mengurus jenazah yang akan dibawa pulang.

Pemakaman berlangsung sesuai tradisi, pemakaman di Korea biasanya berlangsung tiga hari. Jenazah Won Yong ditempatkan di belakang sebuah partisi. Di depan partisi, sebuah meja kecil diatur dengan foto almarhum Won Yong, lilin, dan dupa. Sebuah pita hitam terpasang di bingkai foto Won Yong. Sebuah tanda kematian tergantung di pintu depan rumah.

Won Shik sebagai anak pertama almarhum berperan sebagai Sangju, pemimpin upacara. Ia mengenakan jas hitam, topi rami, serta pita hitam di lengan. Para kerabat juga memakai pakaian serba hitam sibuk melayani para pelayat yang datang.

ANAETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang