Part 15

47 3 2
                                    

"One shot ... one shot ... one shot ...."

Teriakan penyemangat membahana di seluruh ruangan menyemangati seorang pemuda yang berdiri di tengah kerumunan. Ia menegak habis segelas besar bir di tangannya. Ia meraih gelas kedua menghabiskan juga isinya tanpa sisa. Ia membalikkan kedua gelas kosong di tangannya di atas kepala.

"Lanjut sekarang giliranmu Wang Sang Min."

Tanpa pikir panjang Sang Min mulai meminum segelas bir yang ada di hadapannya. Ini bukan bir pertamanya malam ini. Bergelas-gelas bir sudah ia minum. Sang Min mengosongkan gelas di tangannya hanya dalam hitungan detik. Bir atau soju menjadi minuman wajib yang harus diminum dalam pesta penyambutan. Alkohol dipercaya bisa mencairkan suasana dikala berkumpul seperti ini.

Pesta penyambutan atau lebih dikenal pesta keakraban sudah menjadi tradisi yang selalu diadakan. Para senior bergantian mengadakan acara ini untuk menyambut junior mereka. Senioritas yang sangat kuat tidak membuat mereka serta merta menjauh dari juniornya. Keakraban yang mereka jalin pun tidak membuat para junior tidak memiliki rasa hormat terhadap seniornya.

Satu persatu para junior mendapat giliran untuk meminum minuman yang dituangkan senior mereka tanpa memandang pria atau wanita. Di korea terdapat tradisi jika seseorang menuangkan minuman untukmu maka kau wajib meminumnya sebagai bentuk hormat.

Dering ponsel Sang Min membuatnya menghentikan gerakan tangannya untuk meminum minuman keempatnya. Dahinya sedikit berkerut ketika ia melihat siapa yang menghubungi. Dia bertanya-tanya untuk apa Eun Hee menghubunginya. Bukankah ia tahu kalau Sang Min akan pulang terlambat.

"Sunbae, aku keluar sebentar, ada telpon," ijinnya pada senior di sampingnya.

Sang Min keluar menuju pintu depan menghindari keramaian.

"Aku tidak lupa manura akan kubelikan sepulang dari sini," ucap Sang Min tanpa mengucapkan salam terlebih dahulu.

Saat keluar tadi ia ingat akan pesanan Eun Hee. Ia yakin Eun Hee berfikir bahwa Sang Min lupa karena ia tidak membalas pesannya dan sekarang Eun Hee menghubunginya untuk mengingatkan.

"Ini eomma Sang Min-ah," suara sang ibu membuatnya sedikit terkejut.

"Eomma. Ada apa dengan Eun Hee?" tanyanya khawatir.

"Cepat pulang. Eomma tunggu di rumah," Min Seo mengakhiri percakapan mereka sepihak.

Antara bingung dan khawatir Sang Min menatap ponselnya cukup lama. Berfikir apa yang sedang terjadi dirumah. Ia bergegas masuk dan berpamitan pada yang lain. Ponselnya kembali berdering ketika ia memasang tali sepatu. 'Ne yeoja' nama yang terpampang di layar ponselnya kali ini.

"Yeoboseo," jawab Sang Min sembari keluar meninggalkan restoran.

"Sudah selesai acara minum-minumnya?" tanya Yoora.

"Aku baru saja keluar. Ada apa Yoora-ya?"

"Ayo jalan-jalan sebentar sebelum pulang," ajak Yoora.

"Jalan-jalan? Ini sudah larut. Kau sebaiknya tidak keluar rumah," tolak Sang Min sambil menunggu taksi yang lewat.

"Lihatlah ke depanmu!"

Sang Min sontak melihat ke depan, ke seberang jalan. Di sana berdiri Kang Yoora, melambaikan tangannya dengan ponsel yang masih menempel di telinga.

"Kebetulan restoran yang dipesan jurusanku ada di depan restoran yang kau datangi. Aku ingin melihat sungai Han bersamamu sebelum pulang," jelas Yoora ditelpon.

Sang Min menghela nafas dalam sekali sebelum menjawab. Ia mengurungkan niatnya untuk menghentikan taksi yang lewat di depannya.

"Tunggulah di sana," ucapnya singkat sebelum mengakhiri panggilan dan berjalan menuju tempat penyebrangan.

ANAETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang