Prolog

497 55 4
                                    

Derasnya hujan tak menghalau langkah Nadira. Ia semakin cepat menghindari Azam yang sedari tadi terus mengejar.

Tapi sayang niat Nadira tidak sepenuhnya terlaksana. Flat shoes hitam yang dikenakan semakin basah, ditambah tanah lapangan yang sangat becek membuat langkah Nadira menjadi berat.  

"Sial," cicit Nadira saat sadar Azam sudah berdiri tepat di belakangnya.

Azam lekas meraih pergelangan tangan kanan Nadira, menahan agar gadis itu tak lagi pergi dan mau mendengarnya.

"Berapa kali aku harus jelasin sama kamu. Demi Allah, Nadira aku sama sekali nggak pernah melanggar perjanjian kita." Suara Azam terdengar bergetar, mencoba menahan rasa sesak di dada yang sedari tadi mengganggu.

Nadira menarik kembali tangannya dengan kasar. "Nggak ada yang tahu rahasia aku kecuali kamu!" Bukannya mengalah Nadira justru membentak lawan bicaranya.

"Aku sudah berjanji di hadapan Allah untuk menjaga rahasia itu, Nadira. Kalau kamu merasa itu adalah aib, ijinkan aku taaruf dan menikahi kamu. Biarkan aku menghapus aib itu, Nadira." Azam tahu permintaan ini terlalu cepat, tapi ia berusaha memberanikan diri mengutarakannya kepada Nadira.

Jleb. Nadira meneguk salivanya, tak percaya dengan apa yang ia dengar dari mulut Azam.

Taaruf? Menikah?
Apa aku pantas melakukannya? Aku ... jauh dari kata sholeha, juga sangat tidak mengenal agamaku sendiri.

----

To be continued....

Jangan lupa tinggalkan jejak ya, ditunggu vote, komentar, kritik dan sarannya.

Selamat membaca dan salam sayang selalu
Elinaqueera

Lantun Cinta TaarufDonde viven las historias. Descúbrelo ahora