Bab 12 - Korban PHP

140 14 0
                                    

"Syair penutup kita sore ini, Rohim puterin khusus untuk kalian yang selalu dan akan selalu di hati Rohim, syair menyentuh dari Audy berjudul Lupakah Engkau? Dan, sampai jumpa lagi minggu depan, stay tune terus di 102,6 fm radio Sonora Palembang, Sahabat Keluarga, wasalamualaikum...."

Mengapa kau berpaling
Seolah tak rela hatimu menerima
Apa yang kini telah Allah berikan
kepadamu dari-Nya

Mungkin memangkan menggoreskan
Luka hati yang teramat sangat pelan
Jangan kau jadi hancur
Karena kau merasa sendiri

Lupakah engkau ada Dia yang selalu mengasihi dirimu

Alih-alih mendapat inspirasi judul skripsi, Nadira justru menghela napas panjang, lelah dengan apa yang dilakukan barusan. Bagaimana tidak, dua jam sudah ia mendengarkan siaran hikmah qalbu hingga membuat telinganya panas dengan celoteh penyiar. Belum lagi pendingin kelas yang memang sudah tidak berfungsi.

Berpindah posisi menjadi berdiri, Nadira kini mendongakkan wajah dan menatap ke luar jendela. Barisan awan putih berarak pergi mengikuti arah angin. Semilir udara kemudian berembus memberi sedikit kesejukan untuknya.

Azam Skripsi
Besok bisa sharing? Aku ke kampus jam 1. Aku tunggu di gedung B ruang 7.
Nadira

"Kalau emang nggak niat bantu, terus kenapa bilang bakal bantu, hm...." Nadira memiringkan bibirnya, kesal. Entah sudah berapa kali ia mengecek pesan terakhir yang dikirim kepada Azam. Dua puluh empat jam sudah berlalu tetapi belum juga mendapat balasan.

Nadira memasukkan kembali ponsel ke saku rok cokelatnya kemudian meraih ransel hitam yang sedari tadi dikenakan sebagai penopang kepala ketika mendengar radio. Waktu yang dimiliki Nadira untuk menunggu telah habis, sudah saatnya ia pergi sebelum Ko Steven menghubungi.

Menuruni anak tangga dengan cepat, Nadira tanpa sadar menabrak seseorang. Sosok wanita cantik berkulit putih segera menoleh dan melihatnya.

"Aduh!" Wanita itu mencengkram pegangan tangga sekuat mungkin, berusaha menyeimbangkan posisinya agar tidak terjatuh saat ditabrak.

Meski sadar sudah melakukan kesalahan, Nadira tak meminta maaf. Ia hanya berbalik menundukkan kepala sebentar dan memilih pergi

Di tengah perjalanan, sekelibat sosok yang baru saja melewatinya, membuat langkab Nadita berhenti. Sosok yang sedari tadi di nanti, sosok yang membuatnya harus menunggu tanpa kepastian, juga sosok yang menhingkari janji.

"Itu kan Azam? Kok baru dateng?" Tanpa pikir panjang Nadira berbalik menyusul. Meski langkahnya tertinggal jauh, setidaknya Nadira tahu kemana perhentian Azam.

Tiba di fakultas, Nadira menuju ke sekretariat BEM yang berada tepat di samping perpustakaan. Langkahnya yang terburu membuat beberapa orang memerhatikan karena penasaran.

Sebelum memutuskan masuk,Nadira membaca papan nama yang tertera di atas pintu. Ia menyeringai sembari menerobos masuk ke ruangan yang memang dikhususkan untuk anggota BEM.

Sekat ruang untuk anggota lelaki yang berada di depan membuat Nadira dengan mudah menemukannya. Ia memicing melihat Azam yang mengeluarkan laptop dari dalam tas.

Dua mahasiswa yang duduk berhadapan dengan Azam, memerhatikan asat sikap Nadira, aneh juga mengerikan. Tidak pernah mereka menemui perempuan dengan sorot mata tajam ketika memandang Azam yang memiliki paras rupawan.

"Eh, Azam!" Suara Nadira cukup lantang terdengar membuat Azam yang tengah mengotak-atik laptop cukup terkejut.

"Kenapa nggak mau nemuin? Jangan bilang karena masalah kemarin?" Dengan berkacak pinggang Nadira melempar pertanyaan yang cukup ambigu. Tiga mahasiswi di sana pun memilih keluar, penasaran dengan apa yang terjadi.

Lantun Cinta TaarufWhere stories live. Discover now