Bab 4 - Pacar atau pasangan hidup

327 28 5
                                    

Terima
Terima
Terima

Sorak heboh mahasiswa baru yang tengah melakukan ospek terdengar begitu riuh dan kompak. Mereka serentak menyuruh kepada lelaki yang mengenakan selempang dari  karton merah dengan tulisan nama Muhamad Azam di atasnya.

Semua bermula dari sebuah botol yang berjalan estapet dan berakhir di Azam. Sosok yang mengirimnya duduk paling belakang. Perempuan berjilbab putih yang juga memakai atribut ospek sama seperti Azam. Tertulis nama Aurelia Cantika di selempangnya.

Gadis itu tidak menyangka akan berakhir demikian. Niatnya hanya meminta tolong untuk memberi sebotol air mineral dengan sepucuk surat terselip di kemasan. Rupanya ada yang membaca isi surat tersebut dan kehebohan pun terjadi.

Agenda terhenti saat kakak damping mengetahui muasal terjadinya kehebohan. Panitia pun menitahkan kepada dua pelaku yang membuat kekacauan dan mengumumkan akan menghukum.

Alih-alih langsung menghukum rupanya mereka memiliki maksud tujuan lain. Bagas--panitia acara yang saat itu bertugas--memberi dua pilihan kepasa Azam. Menerima pernyataan cinta atau dihukum push up seratus kali.

Aurel sangat gugup menanti jawaban dari pria tampan dengan nomor urut satu di antara mahasiswa baru yang saat ini mengikuti ospek. Di sela rasa gugupnya, secercah harap menggelayut saat bisik-bisik terdengar sayup.

"Seratus! Waaa, mending gua terima aja mah."

"Lebih baik dapet pacar daripada dapet encok."

"Ceweknya lumayan cantik sih, kayak Chelsea Island tapi versi eksotis."

"Terima aja, daripada disiksa."

Bukan hanya Aurel, Azam pun tak kalah gugup. Peluh di dahinya hampir sebesar biji jagung, tetapi tidak mengurangi nilai ketampanannya di mata Aurel.

Azam mengambil mikrofon yang diberi panitia. Jawabannya sudah bulat, tidak akan diubah dan tidak berniat untuk mengubah. Dalam hati ia melafaz bismilah sebelum berkata.

"Terimakasih atas perasaannya. Tapi maaf ... aku memilih menerima...." Suara Azam sedikit tercekat membuat ia menjeda beberapa detik dan berdehem menetralkan suara.  "Aku akan menerima hukumannya," lanjut Azam diikuti sorak kecewa para penonton.

Meski sayup terdengar sumpah serapah dari beberapa mahasiswa, tetapi sayup bahagia dan harapan dan rasa terimakasih terdengar dari beberapa mahasiswi. Mereka sangat berharap memiliki kesempatan yang sama seperti yang dilakukan Aurel.

Azam menjalani hukuman dan menerimanya meski dengan berat hati. Beruntung ia diberi keringanan hukuman, sehingga melaksanakan push-up hanya dua puluh lima kali saja.

"Heran banget aku. Sebenernya kamu cari pacar yang seperti apa, Azam?" tanya Dias saat lagi-lagi melihat momentum penolakan yang dilakukan Azam.

Azam kini memilih berdiri dari posisi sebelumnya yang duduk bersila di samping Dias. Ia memandang jendela ruang BEM mahasiswa yang menjadi tempatnya beristirahat.

Ada puluhan bahkan ratusan mahasiswi lewat tanpa pernah singgah di kehidupan Azam. Tak ada satu pun yang mampu mencuri perhatiannya. Kebanyakan dari mereka hanya meminta perhatian, mungkin karena memang sudah kodrat wanita yang selalu ingin diperhatikan.

"Bukan mencari pacar, tapi mencari pasangan hidup," bantah Azam kepada Dias membuat lawan bicaranya menarik bola mata ke atas. Dias sangat sadar jika ia sudah salah berbicara. Bagaimana ia lupa jika Azam adalah penyiar radio program acara dakwah.

"Sederhana aja. Seseorang yang mau melihat perjuangan bukan hasil." Azam melanjutkan jawabannya yang sempat tertunda.

*****

Nadira duduk di depan ruang Bu Sumaina, kepala jurusan Penyiaran. Ia menunggu beberapa saat, mengumpulkan keberanian untuk menghadap petinggi di jurusannya itu. Kedua tangan Nadira mendadak dingin, jantungnya berdegup sangat kencang. Ini kali pertama ia akan menghadap untuk mengajukan judul skripsi.

Meski masih dilanda gugup, gadis itu sudah sangat yakin seratus persen. Ia memberanikan diri mengetuk pintu, meminta izin untuk memasuki ruangan.

Bukannya merasa lega, Nadira justru semakin dibuat takut dan terkejut saat sorot mata perempuan puluh tahun itu menghunus kepadanya. Dari atas kepala hingga ujung kaki  tampilan Nadira diperhatikan Bu Sumaina.

"Ibu sedang tidak mau menerima tamu! Silakan kamu keluar dan tutup pintunya kembali." Nadira tersentak mendengar titah Bu Sumaina. Tanpa pikir panjang langkahnya memutar dan pergi.

Sepanjang perjalanan Nadira terus menggerutu dan memikirkan alasan kenapa Bu Suminah menolak bertemu. Ia melihat pakaiannya, rok hitam, kemeja biru, dan jilbab biru, tidak ada yang salah dengan  tampilannya hari ini.

Nadira menggeleng sepanjang perjalanan dan memutuskan untuk berhenti di kantin. Saat sedang marah atau galau, makan akan selalu menjadi pilihan yang tepat. Ia memesan model, pempek kapal selam, lima pempek pistel dan es kacang merah untuk meredam emosi.

Pesanan yang cukup banyak membuat Nadira menjadi sorot beberapa mahasiswa yang juga makan di kantin. Awalnya Nadira merasa baik-baik saja saat satu persatu menu tenggelam masuk ke dalam perut. Tetapi saat hampir menyelesaikan agenda makan,  ia merasa terusik saat dua wanita berbisik cukup kencang.

"Body sedan muatan tronton."

Nadira menyesap es kacang dan meninggalkan dua pempek di atas meja. Ia membayar dan pergi dari kantin dengan tergesa. Langkahnya yang terburu membuatnya tidak sengaja menabrak seseorang yang yang baru saja lewat.

Bukannya meminta maaf, Nadira segera mengambil buku yang terjatuh dan melanjutkan langkah pergi begitu saja. Ia mengabaikan pria tadi yang kini merasa aneh dengan sikap Nadira yang tak acuh terhadapnya.

Dua wanita yang tadi memesan makanan justru menyapa heboh saat tau Azam akan makan di tempat yang sama dengan mereka.

"Kak Azam sendirian aja makannya? Gabung sama kita aja, Kak," ajak mereka kepada Azam.

"Lain kali saja ya, Dik. Soalnya mau buru-buru." Azam menolak kedua wanita itu dengan lembut dan melanjutkan santap pagi yang hampir menuju siang.

Azam melirik jam bermerek Alexandre Christie di tangan kanannya sudah menunjuk angka 11. Ia mengeluarkan ponsel dan melihat pesan masuk yang belum sempat dibaca.

Dias Penyiaran 2017
Data di stand pendaftaran udah direkap, ga sampai seratus persen yang ikut.

Azam segera bangkit saat menerima pesan dari Dias. Ia harus melakukan sesuatu. Semua harus terealisasikan, bagaimana dan apa pun caranya.

-----

To be continued

Jangan lupa tinggalkan jejak ya, ditunggu vote, komentar, kritik dan sarannya.

Selamat membaca dan salam sayang selalu
Elinaqueera

Lantun Cinta TaarufNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ