Chapter 38

315K 23.4K 199
                                    

###

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

###

 "Rea, cukup! Kemasi barang-barangmu di rumah itu dan bawa semuanya kesini!" Om Herman memulai pembicaraan dengan memberikan perintah pada Rea.

"Rea belum bisa Pa. Rea masih ingin sama Mama."

"Rea! Kamu ini bagaimana? Ibumu itu sudah tidak waras Nak," nada Om Herman mulai tinggi.

"Pa, Rea masih butuh waktu untuk menyadarkan Mama bahwa Fara telah tiada. Rea masih butuh waktu supaya Mama bisa sadar akan kehadiran Rea... dan Rea masih butuh waktu untuk mencaritahu kenapa Fara bunuh diri Pa," Rea mulai menjelaskan tujuannya.

"Pa, lihat apa yang Rea temukan! Buku harian Fara!" lanjut Rea sambil mengambil buku harian Fara yang penuh dengan puisi tersebut.

Rea pun menunjukkan buku itu pada Om Herman dan menjelaskan semua isi dan maksud dari puisi tersebut. Rea juga membacakan puisi terakhir yang ada di kertas yang baru tadi pagi ia baca tersebut.

"Pa, disini sudah jelas bahwa Fara sudah tahu tentang keberadaan Rea. Bahkan Fara juga pasti sudah menemukan Rea. Tapi kenapa Fara tidak menemui Rea? Dan siapa yang telah memberitahu Fara tentang Rea Pa? Mama kan sendiri tidak tahu keberadaan Rea?"

Om Herman hanya mendengar penjelasan dan pertanyaan-pertanyaan Rea tersebut dan tidak tahu harus menanggapi apa.

Rea merasa respon Papanya sedikit aneh, seakan sudah mengetahui semuanya dan tahu semua jawaban yang ditanyakan oleh Rea.

"Jangan bilang kalau Papa sudah tahu semuanya? Papa sudah bertemu dengan Fara?" tanya Rea sangat serius menunggu jawaban dari Papanya.

Papanya mengangguk padanya.

Rea langsung berdiri tidak percaya. Dia merasa menjadi satu-satunya orang yang tidak tahu apa-apa tentang masalah keluarganya.

"Papa jahat! Papa memberitahu Fara tapi kenapa tidak memberitahu Rea Pa?" tangis Rea pun sudah tidak terbendung.

Om Herman mulai berdiri mendekati Rea dan memegang pundak anaknya.

"Rea, sebenarnya... Papa... Papa sudah bertemu Fara sejak dia masuk di bangku SMA," Om Herman memulai penjelasannya.

Rea diam dan menatap Papanya ingin penjelasan yang lebih.

"Setelah sekian lama Papa mencoba menemui Fara, namun Mamamu itu selalu saja menghalanginya sampai pada saat Fara masuk SMA, Papa berhasil menemuinya itu pun diam-diam. Waktu itu Fara menceritakan segalanya tentang Mamanya. Tapi apa daya, Papa tidak bisa membujuknya. Fara terlalu lemah! Selain itu Papa juga bercerita tentangmu, dia sangat ingin bertemu denganmu namun sepertinya dia hanya ingin melihatmu dari jauh karena dia takut nanti kamu akan shock bila mengetahui yang sebenarnya."

Rea mengerutkan kedua alisnya berdekatan. "Fara cerita tentang Mama?"

"Fara menceritakan Mamanya yang over protektif. Mamanya memaksanya memakai kacamata besar itu meskipun keadaan matanya baik-baik saja, Mamanya yang selalu menguncir rambut Fara ketika Fara akan keluar rumah, semua baju Fara harus Mamanya yang memilihkan, dari penampilan sampai bahasa formal yang Fara gunakan, itu semua atas kendali Mamanya."

My Nerd Girl (DIJADIKAN SERIES)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang