[7] Lima Atau Lima Belas

89 23 0
                                    

Pagi ini nampak berbeda, karena entah mengapa Manda duduk ke barisan paling depan padahal tempat duduk ia sebenarnya di tengah-tengah persis di bawah kipas angin gantung, hal itu membuat banyak pasang mata bertanya-tanya.

"Kutil kuda, ada angin apaan nih lo duduk di depan?!" ceplos Agung salah satu siswa KELAS XII IPA 2.

"Tobat doi sob," celetus Dimas yang masih juga teman sekelasnya.

"Udah bosen lo kalah maen ludo sama kita pas pelajaran Bu Eka," timpah Adit.

Tak menanggapinya dengan beradu mulut Manda langsung melempar kulit kacang yang berada di genggamannya ke mereka satu persatu.

"Chicken!" umpat Manda.

Lima menit Manda duduk di bangku barunya kini bel masuk pun berbunyi, kelas yang awalnya hanya berisi 8 sampe 12 siswa kini mulai penuh dengan sekejap.

"loh Man gue kira lo belom dateng" tegur Alya.

"Man ko lo duduk di depan si? abis dirukiyah lo?" tanya Sarah sambil berjalan ketempat duduk miliknya.

"selamat pagi semua" sapa Guru Kimia dari balik pintu.

Kelas menjadi hening. Tanpa basa basi Bu Ririn langsung mengambil spidol dan menuliskan materi ajar nya di papan tulis sambil menjelaskan dengan lisannya.

"kali ini kita akan membahas perbedaan antara sel volta dan sel elektrolisis. Sel volta adalah sel penghasil arus listrik searah ketika reaksi redoks di dalam sel terjadi secara spontan. Sedangkan sel elektrolisis merupakan kebalikan dari sel volta, yakni menerapkan arus listrik searah untuk mendorong agar terjadi nya reaksi elektrokimia di dalam sebuah sel" Bu Ririn menjelaskan materi nya yang ia tulis di whiteboard.

"suuttt.. Man, Mandaaa" desis Sarah.

"Man, lo kenapa pindah?" tanya Sarah kembali berbisik.

"ada yang kurang jelas Sarah Haruan?" tegur Bu Ririn yang terganggu dengan desisan Sarah saat ia menerangkan pelajaran nya.

"diam berarti mengerti," ujar nya mengambil kesimpulan sendiri.

"baik Sarah, apa arti dari elektrolisis?" tanya Bu Ririn kembali ke Sarah.

"emm elektrolisis itu.. zat pendorong ke sel.." jelasnya yang ia potong dengan sedikit berpikir.

"...sel, sel tiang listrik bu" lanjutnya dengan gugup namun lantang.

Seisi kelas menjadi sedikit gaduh karena pernyataan Sarah yang seperti berisi humor padahal spontan terucap, sebab hanya itu yang sedang terlintas di benak nya. Alya spontan menepuk jidat miliknya sendiri yang entah seperti menyesal dan menahan malu berteman dengan Sarah yang polos atau memang bodoh kuadrat itu.

"Manda?" tanya Bu Ririn beralih.

"penguraian suatu zat akibat arus listrik bu" jawab Manda rapih tanpa cacat di sela ucapnya.

Jawaban Manda berhasil membuat Seisi kelas tercengak heran, namun tidak dengan Alya yang memang sudah mengenal Manda lebih dekat.

"Sarah, tau kan hukuman untuk siswa yang tidak menyimak ketika saya menjelaskan materi yang saya ajarkan"

"yah bu masih pagi masa udah lari lapangan aja si" keluh nya.

"lima atau lima belas" Bu Ririn memberi pilihan.

"lima aja bu" jawab Sarah spontan cepat karena dia tau tidak ada gunanya bernegosiasi, semakin ia menawar maka semakin banyak hukuman yang diberikan.

Sarah langsung berjalan keluar kelas menuju lapangan yang dimana ia harus menyelesaikan hukuman akibat ulahnya sendiri.

>>>>

"tega lo Man, kenapa lo harus jawab bener si? biasanya juga lo jawab asal-asalan terus nemenin gue lari lapangan" keluh Sarah kesal sambil mendekati Manda yang sedang duduk di bangku taman sekolah.

"oiya Man, nih gue nemu coklat hari ini di laci lo" ujar Alya sambil menjulurkan silverqueen.

"Adam" panggil Manda pada laki-laki yang melintas di depan nya.

Sontak laki-laki itu memperlambat laju kakinya.

"itu siapa Man, lo kenal?" tanya Alya.

"buat kali ini, jangan ikut campur urusan gue lagi" ucap Manda dengan penekanan kearah Alya.

"tunggu" teriak Manda, ia langsung menyambar cokelat dari tangan Alya kemudian berlari menghampiri Adam dan meninggalkan Alya bersama Sarah.

"Manda" sapa laki-laki itu sambil berjalan bersama di koridor sekolah.

"em, hai" ucap nya tersenyum dan kemudian kembali tertunduk memerhatikan cokelat yang berada di genggaman nya.

"lo sekolah bawa coklat?" tanya Adam.

"em, ini? biasa lah dari fans gue" jawab nya enjoy.

"uw, kaka kelas goals banget dong ya sampe punya fans gitu" ledeknya.

"ah biasa aja" ucap Manda tersenyum malu.

Tiba-tiba terlintas sesuatu di benak Manda.

"oiya gue boleh nagih janji lo?" tanya Manda.

"janji? janji yang mana?" Adam mengerutkan dahinya.

"cowo termasuk spesies apa si? ko gampang banget lupa ya sama omongan-omongan nya sendiri" sindir Manda.

"et sorry sorry aja nih jangan samain gue sama cowo yang lainnya dong, sumpah gue lupa Amanda Maharaniii" bantah nya.

Raut wajah Manda berubah lecek karena Adam yang ia pikir dapat membantu menyelesaikan masalah nya malahan seolah sama seperti laki-laki lain yang setiap ucapan nya hanya angin lalu saja.

"tulis nomor lo" ucap Manda malas sambil menyodorkan handphone milik nya.

"buat?" tanya Adam heran namun ia enggan bertanya untuk kedua kalinya ketika melihat raut wajah Manda yang berubah 180 derajat. Ia langsung mengetik 12 digit nomor ponsel nya dan mengembalikan handphone yang digenggam ke pemilik nya.

"kalo gue gak berubah pikiran nanti gue message lo" ucap Manda datar dan ia langsung berjalan mendahului Adam.

Thanks for read.

uhh terima kasih yang setia nemenin Manda sampai di hari atau di part ini, jangan berhenti ditengah jalan ya nanti ketabrak mobil mending ikutin terus kelanjutan nya Manda untuk membongkar habis semua tanda tanya yang selalu melintas dibenak gadis itu. Jangan lupa votement, kritik dan saran tentunya, satu suara sama dengan seribu motivasi buat aku, hehe.
See you soon guys:)
#enjoy

365 days <TELAH TERBIT>Where stories live. Discover now