[10] Kedai Pak Yanto

27 5 0
                                    

"nak Manda, baru keliatan lagi" sapa bapak pemilik kedai ayam bakar.

Manda tersenyum. "biasa pak, sibuk urusan sekolah"

"nak Bintang juga sudah jarang main ke kedai bapa"

"oiya, yang ini siapa?" tanya Pak Yanto menunjuk Adam.

"calon pelanggan baru pa, hehehe" jawab Manda.

"pernah kesini ya? kaya pernah liat" Pak Yanto menyelidiki.

"mirip aja kali pa" serebot Adam dengan senyum tipis.

"oh iya, duduk. mau makan ayam bakar kan? bapa buatkan dulu ya" pamit Pak Yanto kedapur ayam bakarnya.

Setelah Pak Yanto pergi, mereka langsung mencari meja kosong untuk menunggu ayam bakar pesanan nya.

Lima menit kemudian, ayam bakar pun dihidangkan di muka meja, Pak Yanto kembali melayani pelanggan lain sedangkan Manda dan Adam mulai menyantap pesanan mereka.

"semua laki-laki emang suka gitu ya?" tanya Manda sebelum memasukkan suapan pertama ke mulutnya.

"hm?" wajah Adam datar tak mengerti.

"suka datang dan pergi semau nya"

"Pak Yanto?" tanya Adam.

"ihh, bukan. ko Pak Yanto sih"

"Pak Yanto kan laki - laki" jelas Adam.

"iya juga sih" Manda terlihat mikir. "ihh tapi bukan Pak Yanto yang gue maksud Dam"

"emm.. gini Man. Semua orang pasti punya alasan dalam ngambil keputusan, dan lo gak boleh bikin kesimpulan sendiri"

"kalo alasan lo apa?"

"maksudnya?" Adam bingung.

"emm, selesaiin dulu makannya" lanjut Adam seperti enggan melanjutkan pembahasan mereka.

"lo gak ngerasa bersalah gitu ke gue Dam, udah ingkar janji ngebiarin gue sendirian dan sekarang lo bikin gue bingung harus nyikapin lo yang berubah ubah setiap jam nya" keluh dan gerutu Manda.

"gue lebih ngerasa bersalah karena gue udah ninggalin abang gue dirumah sakit sekarang Man" ucap Adam yang seketika seperti membuat jarum jam berhenti sejenak.

Manda terdiam kikuk, saat itu ia lebih merasa bersalah dari rasa yang dimiliki Adam dan merasa sudah menjadi orang paling jahat serta egois, entah mulai dari kata yang mana yang tiba-tiba membuat air mata Manda mulai jatuh tak tertahankan.

"sorry" ucap Adam lembut sambil mengatur nafas.

"kita kerumah sakit sekarang ya" ujar Manda sambil menaruh telapak tangan nya diatas tangan Adam.

"engga nggaa, ini udah malem. gue anter lo pulang aja"

Manda nurut mengangguk.

"maafin gue Dam"

>>>>

"istirahat ya Man, sorry gue belom bisa coba nyisihin waktu buat dengerin cerita lo dan bantu ngejalanin misi lo"

"kesehatan abang lo lebih penting Dam, salam ya. gue masuk. lo hati-hati" pamit Manda kedalam rumah.

Ketika Manda masuk kedalam rumah nya terlihat bunda sedang duduk dengan memeluk sebuah bingkai foto sehingga membuat Manda penasaran untuk menghampiri bunda.

"bun, kenapa?"

"bunda kangen Waldi, Man" jawab nya sambil menyeka sisa air mata.

"bun, Ka Waldi udah tenang disana. Kalo bunda sedih nanti Ka Waldi ikut sedih, bunda harus ikhlas" Manda mencoba menenangkan.

"bunda ikhlas nak dengan kepergian kaka mu, tapi bunda masih gak habis pikir, anak sebaik Waldi harus pergi dengan cara seperti itu, bunda gak rela Man" jelas Nuri hingga meneteskan air matanya kembali.

Manda mencoba tegar, ia menyeka air mata yang mengalir di pipi Bunda Nuri.

"istirahat ya bun" Ucapnya sambil memindahkan bingkai yg di pangku bunda ke meja.

"ayo, aku anter" Manda membangunkan bunda dari duduknya dan mengantar ke kamar.






thanks for read.
Alhamdulillah akhirnya bisa next, semoga gak mengecewakan yaa, hehe

See you soon


365 days <TELAH TERBIT>Where stories live. Discover now