Chapter 10

58 28 6
                                    


Jangan banyak berharap nanti sakit, cukup semampu kamu aja untuk memperjuangakn dia, biar apabila kamu jatuh beneran, ngak terlalu sakit nantinya.

###

Suara tepuk tangan meriah terdengar di seluruh penjuru cafe. Icha diam-diam tersenyum tipis karena ia lega, walaupun dia tidak mengungkapkan perasaannya, tetapi dia menyiratkan sebuah pesan dalam lagunya.

Lalu ia menengok kearah teman temannya duduk dan alangkah terkejutnya ia saat pandangan matanya bertemu dengan mata hitam lekat dari seorang Devanno.

Apa ka Dev saat gue nyanyi sudah ada disitu ya?

Ia turun dari panggung langkah kakinya membawanya menuju meja yang dipesan teman-temannya "Icha, suara lo bagus banget, sumpah!" heboh Bulan

"Masa sih?"

"Iya, beneran. Iya ngak kak Dev?" tanya Dania kepada Dev karena Dev dari tadi termenung diam di samping meja mereka, entah apa yang membuat Dev termenung seperti sekarang. Apa gara gara Icha? Siapa yang tahu.

Seoalah disadarkan dengan suara Dania tersebuat, Dev langsung gelagapan, tetapi tidak kelihatan karena raut wajah-nya  yang sedingin es walaupun dia sedang senang, bingung atau pun sedih, tetap sama datarnya, tetapi berbeda saat dia sedang marah, ia akan lebih menyeramkan dari pada banteng jantan yang mengamuk.

"Hm?"

"Yaola kak ditanya sama orang cantik masa jawabnya kaya gitu sih" jawab Bulan

"Bodo!" ucapnya sambil berlalu meninggalkan meja yang diduduki Icha beserta teman temannya.

"Mampus lo, dikacangin sama ka Dev!"

"Apa lo? Berani lo ama gue Dan?" ancam Bulan sama Dania yang mengatainya. "sini lo maju" tantang Bulan pada Dania sambil menunjukkan kepalan tangannya.

"Apa lo? Gue ngak takut sama lo!" balas Dania menantang

" Udah udah jangan berantem!"

"Pulang yuk kalau gitu, dari pada kalian ribut, ngantuk nih gue! " keluh Icha

"Yaelah Cha bercanda juga "

"Kak Dev!" panggil Bulan pada Dev yang barusan lewat disampingnya karena ia telah selesai membeli makanan di cafe tersebut.

Dev pun menoleh tanpa mengucapkan sepatah kata apapun, ia hanya mengangkat sebelah alisnya saja.

"Kaka bisa anterin Icha ya? Soalnya gue ngak bisa nganterin karena gue setelah ini mau ke Bandung, gue udah ditungguin kakak Aland didepan? " Paparnya berbohong, Icha yang mendengar itu melotot kearah Bulan " eh, ngak us- "

"Lo kan ngak berani pulang sendiri, ya kan Cha?" Bulan buru-buru memotong elakan Icha, Bulan memandang Icha sambil tersenyum paksa, tetapi Icha tak kunjung menjawab lantas Bulan menginjak kaki Icha " Auuh! "

Dev menyerngit bingung melihat keempat tingkah aneh cewek-cewek di depannya.

"I- iya, iya kak? "

"Iya dong kak, anterin Icha kalau gue sama Dania ngak mungkin, rumah kita ngak searah" kali ini Sekar yang angkat bicara meyakinkan Dev

Dan Icha hanya diam berusaha menetralkan detak jantungnya yang seakan sedang konser dadakan, wajahnya sudah bersenu merah karena malu. Dasar gila lo semua, tapi ngak masalah deh buruntung juga gue.

Dev tidak nenjawab ia melangkah pergi neninggalkan geng Icha, tapi ada satu yang harus diketahui, Dev pergi sambil menggandeng tangan Icha. Suatu keajaiban dunia Dev menggandeng tangan seorang wanita. Ia cuma akan menggandeng tangan orang yang berarti penting saja dalam hidupnya. Sedangkan Icha apa? Icha bukan apa apanya.

SiLeNtWhere stories live. Discover now