Chapter 12

45 15 6
                                    

Luka itu tak bisa bersuara.
Maka dari itu, air mata jatuh tanpa ada suara.

★★★

"Woii kak Dev, aelah tungguin dong! " Icha berusaha mengejar Dev yang terus melangkahkan kakinya, padahal ia mendengar panggilan dari Icha.

Dev yang risih karena Icha terus teriak-teriak dikoridor kampus akhirnya berhenti. Ia membalikkan badannya "apa?" ucapanya.

"Huh, akhirnya berenti juga, tau ngak kak? Icha kayak peserta lari maraton tau ngak saat ngejar kakak"  cengiran polosnya bisa membuat siapa saja geleng geleng kepala.

Dev tetap saja diam, engan untuk menimpali ucapan Icha. Tetapi bukan Icha namanya kalau tidak bisa memecahkan suasana dengan sifat kocaknya "kak, diam aja kayak orang sariawan! Yah, bener ya kakak sariawan"

"Gak"

"Gak apa kak? Gak salah sih iya!" balasnya dengan menaik turunkan alisnya yang indah itu.

"Bodo amat" ucapnya sambil membalikan badannya ingin meniggalkan Icha.

"Amat ngak bodo tau ngak kak, amat itu pinter" balasnya sambil menahan tawa melihat Dev yang mulai kesal.

"Serah" Dev benar saja meningalkan Icha di koridor " ih, kak tungguin dong main tinggal aja. Icha belum selesai ngomongnya" Icha berteriak, tetapi Dev tidak menggubrisnya sama sekali, malahan ia berjalan setengah berlari seolah ia tidak ingin Icha terus mengejarnya.

"Kak tungguin dong! Gue punya sesuatu untuk lo kak. Aduh capek tau kejar kejaran kaya tom jerry" ia terus mengomel sendiri sambil mengejar Dev.

"Capek deh" ujarnya saat Dev sudah berbelok di lorong kampus.

Bruk

"Aduh" naas ia menabrak seseorang dan ternyata yang ia tabrak adalah Citra yang kebetulan melewati koridor tersebut dengan teman temannya.

"Eh, mata lo tuh kalo jalan dipake napa, udah dua kali loh ya lo nabrak gua" Citra memandang Icha dengan tajam, tetapi Icha saja tidak menanggapinya. Buat apa berdepat dengan nenek lampir seperti Citra "ya maap!" ucapnya sambil menyengir kuda.

"Enak benget lo minta maap. Lo tuh harus dihukum! " ucapnya dengan sengit sambil menunjukan senyum jahatnya.

"Gue kan udah min— "

"Seret girls" perintahnya kepada anak buahnya. Siapa yang tidak kenal dengan Citra, bahkan hampir semua mahasiswa dikampus ini mengenalnya. Bukan karena kepintarannya, tetapi karena sifatnya yang angkuh dan jahat. Seperti sekarang ia tidak segan segan membully seseorang yang dianggapnya penggangu dalam hidupnya.

"Lepasin gue, lo tuh tuli apa ngak punya kuping sih hah?" tetap saja, walaupun Icha terus meronta ronta Citra tidak menanggapinya. "Ngak usah ngatain kita. Jangan tuh mulut terus nyablak aja". Febi dan Anggun terus saja menyeret Icha ke area dekat gudang.

"Lo harus dikasih pelajaran" mereka semua sudah sampai di dekat gudang. Citra maju selangkah, sejurus kemudian ia memegang dagu Icha dengan kerasnya "gue tau lo suka sama Dev. Jadi jauhin Dev karena Dev hanya punya gue seorang" ujarnya di depan wajah Icha dengan penuh penekanan.

SiLeNtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang