Chapter 14

26 6 0
                                    

Mengagumimu adalah kebiasaan
Menyapamu butuh keberanian
Dan senyummu suatu keberuntungan.

***

"Gimana kak, Icha udah ketemu belum?" mereka berempat kebingungan mencari keberadaan Icha.

"Gimana nih kak?" pasrah Bulan sambil memijat pelipisnya karena pusing mencari Icha yang tak kunjung ditemukan.

Nicho sebagai kakak Icha juga bingung dimana keberadaan adik satu satunya itu. Ia sudah mencari diseluruh kampus dan Sekar, Bulan dan Dania sudah menanyai sebagaian mahasiswa yang berpapasan dengan mereka, tetapi mereka tidak kunjung menemukan Icha. Sedangkan Nicho tidak berani bertanya pada mahasiswa lain karena takut kebenarannya sebagai kakak dari Icha terbongkar.

"Dimana sih lo Cha?" ucap Nicho frustasi. Ia sangat khawatir terhadap adiknya itu.

"Kak" Dania menepuk bahu Nicho berusaha untuk menenangkan Nicho "pasti Icha gak kenapa napa kok, Icha kan anaknya kuat" lanjutnya.

"Iya kak, ngomong ngomong tempat yang belum kita cari itu gedung belakang kampus deh kayaknya" ujar Bulan

"Yaudah kita coba cari kesitu aja. Mungkin Icha disana" Jawab Nicho.

Mereka berempat bersama sama menuju ke gedung belakang kampus, berharap mereka menemukan Icha disana.

Sedangkan Dev ia termenung ditaman belakang kampus dekat dengan gudang dimana Icha berada.

Ia menyendiri, berusaha untuk menghilangkan bayang-bayang masa lalunya. Ia sendiri bingung bagaimana bisa ia masih memikirkan masa lalunya itu, padahal ia telah pergi sejak dua tahun yang lalu.

Apakah benar yang dikatan sahabat sahabatnya bahwa dirinya menyimpan sebuah rasa kepada Icha. Tetapi atas dasar apa? Apakah juga benar bahwa Icha menyayangiya. Kurasa tidak mungkin. Atas dasar apa Icha menyayanginya. Memang benar ya kalau cinta itu tumbuh tanpa suatau alasan.

"Dev" tiba tiba ada sura yang membuyarkan lamunannya dari arah belakang. "Aldi?" ucap Dev  sambil menatap Aldi dengan muka datarnya.

"Muka lo masem mulu, senyum dong kaya gini" Aldi menunjukan senyum manisnya kepada Dev.

"Bodo" ketusnya. "Apaan? Ganggu" ucapnya memang irit tetapi sekali memunculkan suara pasti ada nada ketus disetiap katanya. Memang itu ciri-ciri Dev, jadi Aldi maklum aja karena ia sudah terbiasa dengan sikap Dev yang satu ini.

Aldi tak menjawab Dev, ia malah duduk dibangku tempat Dev duduk "gue kesini karna lo sahabat gue. Gue tau lo banyak masalah. Salah satunya lo tipe cowok gagal move on kan?" Dev hanya menatap datar Aldi

"Kenap gak cerita sama gue?"

"Gak" balas Dev sambil memalingkan wajahnya.

"Apa gunanya temen kalo lo gak mau berbagi "

Dev diam, memang betul apa yang di katakan Aldi barusan apa gunannya teman kalau tidak untuk membantu temannya pada masa sulitnya. Teman itu harus saling berbagi entah itu suka maupun duka.

"Kenapa Dev diem? Kesinggung? Lo nggak tau aja kita semua peduli ama lo. Kita bingung sama sifat lo yang sekarang ini. Lo berubah Dev"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 22, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SiLeNtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang