Elemental Brothers

1.1K 103 5
                                    


Dua puluh menit kemudian, Fang menghentikan mobilnya tepat di depan gedung berlantai sepuluh yang berada di pusat kota Tokyo. L's Management adalah huruf-huruf raksasa yang terangkai di bagian puncak. Merasa tidak perlu merepotkan diri dengan memarkirkan mobilnya di tempat parkir yang tersedia, Fang melemparkan kunci mobilnya pada salah satu satpam tepat setelah ia menarik seorang pria turun dari bangku penumpang. Dan si satpam yang seolah paham dengan tingkah laku dan sifat dari salah satu bosnya itu hanya bisa mendesah dan melaksanakan tugasnya dengan maklum.

Sapaan demi sapaan mengudara ketika kedua sosok pria itu memasuki gedung. Sebenarnya sapaan itu lebih banyak ditujukan pada Fang dan bukannya Halilintar yang notabene merupakan wajah baru disana. Namun tak sedikit juga orang-orang yang terpesona akan keelokan paras pria –yang disangka wanita oleh sebagian orang yang melihat- yang diseret oleh Fang. Halilintar yang menyadari pandangan dari orang-orang itu memutuskan untuk menundukkan kepala dan menyembunyikan sebagian wajahnya menggunakan syal merah panjang yang ia lilitkan di lehernya sambil diam-diam mendecih dalam hati. Ia tidak suka perhatian dan tak akan pernah menyukainya meski perhatian itu nyatanya bukan tertuju padanya.

Sudah kuduga, aku tidak cocok dengan keramaian, batinnya miris sambil menyesali keputusan yang telah ia buat. Ya, sebuah keputusan besar dalam hidupnya yang membuatnya berada di situasi sekarang ini. Diseret oleh sahabat baiknya –Halilintar takkan mengakui ini di hadapan Fang- dan dipaksa menghadiri pertemuan yang seumur hidup berusaha ia hindari. Tapi, ketika mengingat alasan apa yang membawanya pada keputusan itu membuat Halilintar mau tidak mau kembali berusaha menguatkan diri.

Dan disinilah ia berada sekarang. Iris ruby nya yang berkilau lembut perlahan meredup ketika menatap pintu yang bertuliskan 'Meetings Room 1' di depannya. Tapi bukan itu yang membuat Halilintar dilema, melainkan apa atau lebih tepatnya siapa yang berada di balik pintu berwarna coklat itu. Sementara di sampingnya Fang tampak berusaha mengatur nafas sambil memperbaiki penampilannya yang sedikit kacau dan tidak menyadari kegalauan yang dialami Halilintar. Yahh... sebenarnya ia dapat merasakannya, namun lebih memilih untuk pura-pura tidak tau. Sebab bagaimana pun juga, menurut Fang inilah saatnya Halilintar keluar dari sangkar emasnya dan melihat bagaimana dunia luar bekerja.

"Kau siap?"

Meski bertanya begitu, Fang tidak menunggu Halilintar memberi jawaban dan lebih dahulu membuka pintu di hadapannya setelah mengetuknya beberapa kali. Dan seperti yang sudah dilakukannya semenjak ia menginjakkan kaki di apartemen sang kawan, Fang kembali menarik –atau menyeret- Halilintar memasuki ruangan dimana tujuh orang pria berbagai usia telah menunggu mereka. Kala itu, semua perhatian terpusat pada mereka dan Fang dapat merasakan tangan dalam genggamannya menegang.

Menurut Gempa berakhir pada keputusan ini bukanlah hal yang dapat ia prediksi sebelumnya. Ia memang menyukai musik. Begitupula dengan kelima saudaranya yang lain. Meski kecintaan mereka diapresiasikan dengan cara yang berbeda, namun Gempa tau pada akhirnya yang mengikat mereka adalah rentetan nada yang mengalun menjadi sebuah lagu yang indah. Meski begitu, tetap saja tidak pernah sekalipun terbayangkan olehnya kalau ia dan saudara-saudaranya akan menerima tawaran Lee Kaizo untuk bergabung menjadi sebuah grup idola di bawah naungan L's management miliknya.

"Gempa-niisan, aku ngantuk...", Gempa hanya bisa tersenyum tipis seraya berusaha untuk membuat sang adik yang memang sangat suka tidur itu tetap terjaga. Beberapa menit yang lalu, sang pemilik L's Corporation datang dan saat ini tengah duduk berhadapan dengan mereka. Karena itu alangkah lebih baiknya jika ia bisa menjaga sikap saudara-saudaranya yang kelewat unik di hadapan sang presiden direktur, terlepas dari fakta bahwa Kaizo adalah kenalan orang tua mereka.

Day When I Can See You AgainWhere stories live. Discover now