Zero Point

916 98 28
                                    

Silahkan hujat Akira karna baru muncul sekarang... #pasrah

Ada banyak hal yang terjadi di dunia nyata sehingga Akira kehilangan kesempatan dan mood untuk menulis. Ternyata kenyataan itu benar-benar mengerikan. Akira harap, Akira bisa hidup di dunia fanfiction saja.. huhuhu

Oke, bagi yang minta Tegami, mohon bersabar sejenak. Akira sedang mengumpulkan energi untuk menulis chapter berikutnya. Karena jujur, Akira dibuat pusing sendiri dengan alur Tegami yang entah bagaimana bisa menjadi serumit itu. Jadi Akira harus pilah dulu alurnya satu-satu dan menentukan ending yang terbaik. Karena itu.... Please be patient and hope you'll wait for it..

Untuk sekarang, mari nikmati chapter berikutnya dari Day When I Can See You Again...

Happy reading... #Love

-------

Ia sudah meninggalkan titik nol itu sejak lama. Semenjak ia memutuskan untuk memulai langkah pertamanya di dunia. Kini titik tersebut telah jauh tertinggal di belakang. Sangat jauh hingga ia tidak lagi bisa melihatnya. Namun apa yang terjadi di hari itu menyeretnya paksa kembali ke titik itu. Dan ingatan akan masa itu tak pernah mengizinkannya meninggalkan titik nol itu terlalu jauh. Ia akan terus kembali ke sana selama ia belum berdamai dengan masa itu. Tapi, apakah mungkin?

Taufan berjalan menuruni tangga seraya menguap lebar. Ia masih mengantuk namun kewajiban memaksanya untuk bangun meski rasanya enggan. Apalagi ia sudah mendapat tendangan mematikan dari Blaze yang entah mengapa mendapat tugas untuk membangunkannya. Kenapa tidak Gempa saja? Atau Thorn? Mereka akan membangunkannya dengan cara yang lebih waras dan yang terpenting ia tidak akan terancam patah pinggang seperti saat ini.

"Tau-nii ayo semangat! Pagi-pagi sudah lesu begitu," kata Blaze yang berjalan dengan semangat di belakangnya.

"Memangnya salah siapa?" komentar Taufan sinis. Blaze tertawa kecil di sebelahnya, sama sekali tidak merasa bersalah.

"Ngomong-ngomong Solar sudah bangun?"

"Belum, Thorn sedang membangunkannya. Memangnya kenapa?"

"Justru aku yang ingin tau. Anak itu jadi aneh sejak semalam. Tersenyum sendiri seperti orang gila. Ia bahkan membuatku harus menyapa semua kenalan ayah disana sendirian. Memangnya apa gunanya dia ikut denganku?" ucap Taufan dengan nada jengkel.

"Heehh? Benarkah? Aku jadi ingin lihat!" seru Blaze dengan semangat. Yahh tentu saja, ia baru saja menemukan sesuatu yang menarik untuk dilihat atau diganggu. Dan Taufan tidak akan menyalahkannya karena sejujurnya ia juga memikirkan hal yang sama.

"Mungkin saja ia bertemu dengan seorang gadis cantik."

Taufan menoleh ke arah suara itu dan mengerutkan dahi. Ia baru saja melihat sesuatu yang luar biasa.

"Woaahh Ice, kau bangun lebih dulu dari kami? Hebat!!!!"

Itu adalah suara Blaze yang langsung menghambur memeluk kembaran kesayangannya yang sedang duduk di meja makan itu. Wajah Ice tetap terlihat datar meski sebenarnya ia risih dengan tingkah kakaknya yang kelewat aktif itu.

"Blaze-niisan lepaskan! Sesak!!"

Dan Blaze baru mau melepaskan pelukannya setelah berhasil mencuri sebuah kecupan di pipi sang adik. Ice langsung melempar tatapan tajam pada Blaze yang dibalas cengiran oleh si pelaku.

Taufan yang melihat tingkah kedua adiknya itu hanya tertawa kecil lalu mengambil tempat untuk duduk di depan Ice.

"Tapi Blaze benar Ice. Rasanya agak aneh melihat kau bangun lebih dulu dari kami. Apa terjadi sesuatu?"

Day When I Can See You AgainWo Geschichten leben. Entdecke jetzt