Something's Gone

789 90 8
                                    

Disclaimer:

Boboiboy is Monsta's

Happy Reading.....

--------

"Ryosuke, berhentilah mencari mereka." Takahashi Natsume telah menjatuhkan titah mutlak dan itu artinya tidak ada ruang untuk berdebat bagi Takahashi Ryosuke. Memang, pria tua berusia lebih dari setengah abad itu mengatakannya dengan nada lembut tanpa ada paksaan sama sekali, namun Ryosuke lebih dari tahu arti dari perkataan sang kakek. Ia harus berhenti. Ia tidak lagi boleh berusaha. Dan itu artinya tidak akan ada harapan baginya untuk bertemu lagi dengan mereka. Memikirkan hal itu membuat Ryosuke menunduk dalam meski tidak melancarkan protes. Tidak bisa bertemu? Menyerah? Apakah semudah itu?

"Kau bahkan tidak pernah bertemu dengan mereka secara langsung. Kenapa kau begitu berharap mereka akan mau menerimamu?" kata Natsume yang membuat Ryosuke paham akan maksud perkataan kakeknya. Namun begitu ia tidak bisa menerimanya begitu saja begitu tau, yang membuatnya memulai semua ini adalah keinginan egois kakeknya. Dan kini dengan egois pula pria tua itu menghancurkan mimpi kecilnya. Apakah ini sebuah lelucon? Ryosuke bahkan tidak berniat untuk tertawa.

"Sayang," Di tengah kekalutannya Ryosuke mendengar suara neneknya yang lembut dan sontak ia mengangkat kepala. Neneknya, Takahashi Shiina menghampiri sang kakek dan mengusap pundaknya dengan lembut. Berusaha memberikan pengertian kalau Ryosuke kecil berhak memiliki mimpi kecilnya.

"Biarkan dia meraih mimpinya."

"Tapi dia adalah pewaris tunggal keluarga kita. Jadi, anak itu harus berhenti terjebak pada masa lalu dan mulai mempersiapkan diri. Lagipula tidak ada gunanya kembali pada orang-orang yang bahkan tidak mengenalmu."

"Tapi kau yang memisahkan kami." tanpa sadar Ryosuke membalas. Membuat atensi sang kakek teralih penuh padanya.

"Kau tidak tau apapun. Jadi jaga bicaramu anak muda."

"Aku memang tidak tau apapun. Karena kakek yang membuatku begitu." Takahashi Natsume mengerutkan dahi. Tampak tidak suka dengan cara bicara cucu satu-satunya itu. Ia baru saja akan membalas ketika sepasang bibir mungil dari anak berusia 10 tahun itu kembali terbuka. "Aku akan melakukan apapun yang kakek inginkan. Sebagai gantinya..." jeda sejenak. Ryosuke menatap kakek dan neneknya bergantian lalu membulatkan tekad.

"Sebagai gantinya, izinkan aku meraih apa yang menjadi mimpiku."

"Sudah kukatakan, tidak ada gunanya kau menemui mereka." Natsume berusaha bersikap tenang. Karena sekeras apapun dirinya, baginya Ryosuke adalah cucu kesayangannya dan sebisa mungkin ia tidak ingin menyakiti hati anak itu. Walau ia sadar, apa yang pernah ia lakukan dan apa yang ia lakukan saat ini nyatanya telah menggoreskan luka pada hati anak itu. Ia tau, namun di sisi lain ia tidak bisa mundur. Keluarga Takahashi tetap butuh penerus.

"Berguna atau tidak, biarkan aku yang memutuskannya. Aku, hanya ingin bertemu mereka." Dan dengan itu Ryosuke menunduk pada sang kakek. "Kumohon, inilah satu-satunya mimpiku. Kuharap kakek mau mengerti."

Natsume terdiam dan Ryosuke sama sekali tidak berniat untuk mundur. Hanya untuk satu mimpi ini ia tidak akan pernah menyerah. Keteguhan hati yang pada akhirnya membuat Natsume menyerah dan menghela nafas. "Lakukan sesukamu." katanya kemudian.

Ryosuke mengangkat kepala lalu menatap kakeknya dengan tatapan tak percaya. Sedetik kemudian, senyumannya terbit dan ia sama sekali tidak bisa menahan dirinya untuk tidak merasa bahagia saat itu.

"Arigatou gozaimasu ojiisama..."

"Yokatta ne, Ryo-chan??" Ryosuke melihat kea rah neneknya yang ikut tersenyum senang untuknya. Ia kemudian mengangguk semangat, membuat helaian rambut panjangnya ikut bergerak kemudian menutupi sisi-sisi wajahnya.

Day When I Can See You AgainWhere stories live. Discover now