33 : Bimbang (1)

424 78 25
                                    

banyak kata kasar, tolong jangan ditiru























































Bila kau butuh telinga tuk mendengar♪♪♪

Kinan terlonjak kaget mendengar alarm dari ponselnya. Mata segarisnya mendongak menatap jam dinding bergambar idolanya yang menunjukkan pukul 07.30 WIB. Masih sangat pagi untuk porsi bangun tidurnya. Tanpa membuka mata, ia berjalan sempoyongan mencari keberadaan pintu.

Sampai kepalanya terpentok sesuatu yang agak lunak, tapi tetap saja menyakitkan. Matanya membelalak seketika.

"LAH NGAPAIN LO PAGI-PAGI DI KAMAR GUE SETAN?"

Kinan membenarkan rambutnya asal, mengucek mata untuk memastikan. "BUSET PERASAAN TADI GUE MIMPI MAS JIMEEN. KENAPA BERUBAH JADI JAILANGKUNG GINI?"

Nathan menoyor Kinan, bermaksud menyadarkan. "Bangun bego! Katanya mau belanja."

Masih mencoba mencerna keadaan, Kinan menghembuskan napas kasar. Berjalan menuju tempat tidur, mendudukkan diri. Diikuti Nathan yang juga duduk di sebelahnya. "Mager."

Lelaki berisi itu mencibir, tangannya gatal mengacak rambut si mungil. Dengan akhir menendang, pastinya.

"PAAN SI ANYING?!"

"LAH PEA GUE UDAH GANTENG GINI MASA GAK JADI PERGI?! GUE BELA-BELAIN BANGUN PAGI LOH BUAT BELI POMADE DI TANAH ABANG?!" Ujar Nathan tak santai. Tangannya tak henti-hentinya menunjuk rambut hitam berkilau bak model iklan pomade miliknya.

Kemarin, gadis mungil nan menyesatkan eh menggemaskan ini memaksa Nathan untuk mengantarnya belanja. Padahal cowok itu sudah punya janji rapat membahas pensi sekolah. Jadilah, mau tidak mau, ia meminta izin tidak hadir dengan alasan Popi sedang terserang diare. Tidak ada orang di rumahnya saat weekend. Jika Popi pup sembarangan kan nanti urusannya panjang.

Padahal yang diare kan Bapaknya.

"DIH AH GUE RAPAT AJA KALAU GINI."

Gadis berpipi gembul itu menatap tajam Nathan. Menghentikan pergerakan yang terjadi sedikit, tadi. "Aib tersebar."

"APA-APAAN LO GARPU SOMAY?? BERANINYA NGANCEM."

Nathan menggerutu sebal, menjitak kepala Kinan pelan. Bisa-bisa image gantengnya tercoreng karena aib dari Kinan.

"LAMA-LAMA UBUN UBUN GUE AMBLES LO JITAK MULU?!"

Kinan sibuk mencibir, sementara Nathan kini beranjak, menatap sesuatu yang membuatnya tertarik. Jam dinding Kinan baru. Dan ia baru tahu.

"Yailah cimin lagi cimin lagi."

"Sirik aja lo." Nathan balik mencibir, atensinya teralih ke jam dinding baru milik Kinan. Diraihnya jam itu kemudian diputar-putar di tangan. Ia tersenyum jail, diangkatnya tinggi jam dinding berwarna kuning itu di udara. "Kalau dibanting, pecah gak ya?"

Kinan sontak menoleh, melebarkan mata. Ia heboh sendiri mencoba meraih jam dinding miliknya yang tak bisa tergapai. Walaupun Nathan pendek, tapi Kinan lebih pendek. Itu yang pasti. Gadis itu merengut sedih. "Nathannnnn..."

Sang pemilik nama tak menggubris, ia asik berjinjit menghindarkan jam dinding dari jangkauan Kinan. Mengerjai. Gadis mungil itu masih saja melompat-lompat kecil padahal sadar diri tak akan sampai. "NATHAN?!"

Dumb Dumb ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang