46 : Day6

274 50 17
                                    

"Aku pulang, ya?"

Kinan gak jawab apa-apa. Dia masih asik mantengin laptop sambil ngemil kuaci. Gue menghela napas, memilih mengelus surai hitamnya kemudian pergi. Bukan hal yang aneh, Kinan memang selalu begini. Jika sudah masuk ke dalam dunia keduanya, ia tak akan peduli sekeliling.

"Eh, Nan! Susunya aku taruh di kulkas!" Ujar gue sedikit berteriak. Mungkin Kinan tak mendengarkannya, tapi tak apa, sudah mencoba. Kinan akan tahu sendiri jika perutnya minta diisi nanti. Gue taruh kantong plastik di atas meja, mengeluarkan isinya dan memindahkannya ke dalam kulkas Kinan.

Tadi pagi gue ditelpon, Kinan minta dibelikan stok susu dan snack ringan kesukaannya, seperti choco crunch dan nyam-nyam. Tidak lupa membeli kuaci, mengingat gadis itu suka melamun jika tidak dibarengi dengan ngemil. Gue menghela napas kasar, menutup pintu kulkas sedikit kasar. Berpikir keras hal apa yang bisa menghentikan Kinan. Berhenti untuk menggilai band indie bernama Day6 itu. Gue lama-lama muak lihatnya, dia lebih senang menghabiskan waktu duduk di depan laptop untuk melihat mereka daripada bersosialisasi dengan lingkungannya. Gue rasa, jadi pacar Kinan tuh sulit. Untung sabar gue lebih-lebih. Masih kuat mengatasi kebiasaan buruknya.

"Minta saran ke siapa lagi, ya?"

Gue mengetukkan jari di dagu, siapa nama orang yang terlintas di otak buat gue mintain saran tentang masalah kecil perlahan membesar ini. Iya, awalnya biasa-biasa aja. Lama-lama Kinan jadi lupa waktu bahkan gak peduli real life nya. Tugas dia keteteran, orang tuanya nyerah nyadarin Kinan yang kayak kerasukan setan itu. Siapa yang susah?

GUE!

Orang tuanya lagi di luar negeri, Kinan sendirian di rumah. Kemarin gue masuk rumah dia. Beuhhhhh! Kek kapal pecah. Buset teflon aja sampai ruang tamu. Siapa yang bersihin?

GUE!

Sempet mikir buat mukul kepala Kinan pakai teflon, siapa tahu dia sadar. Tapi serius gue gak tega. Dia kelihatan bahagia banget soalnya. Gue memutuskan buat ke kamar Kinan lagi, siapa tahu acak-acakan. Soalnya kemarin baru aja ditinggal pipis, kamar yang baru gue beresin jadi berantakan lagi.

Sabar gue sabar.

"Nan?" Gak ada jawaban, gue langsung masuk karena gak dikunci. Kinan ketiduran. Dia jadiin tangannya sebagai bantal. Jangan lupain laptop yang masih nyala nunjukin Day6 perfom. Kalau gak salah lagunya I Loved You. Saking seringnya Kinan dengerin, bikin gue mau gak mau tahu lagu-lagu mereka. Bahkan hapal beberapa liriknya.

Sering banget kayak gini.

Tanpa pikir panjang, gue mematikan laptop kuning kesayangan Kinan, mengangkat tubuh mungil tapi berat itu kemudian memindahkannya ke kasur. Wajahnya keliatan capek. Mungkin tadi malem gak tidur. Gue membenarkan posisi kakinya, menarik selimutnya dan menyingkirkan anak rambut yang menutupi wajah Kinan. Gue suka dia waktu tidur. Keliatan kalem.

"Berhenti ya, Nan?"

Titah gue, walaupun gue tahu dia gak bakalan denger. "Jadi manusia normal aja gimana? Gak usah terlalu fanatik."

Gue meraih tangannya, menggenggam sejenak kemudian meletakannya lagi dengan perlahan. Gue sayang banget sama Kinan, gue pengen dia balik jadi manusia normal. Yang kalau suka sesuatu tuh ada batasnya, gak sefanatik ini. Kadang gue nyalahin Day6 karena bikin Kinan jadi kayak gini, tapi mau gimana? Masa gue tuntut mereka dengan alasan pacar gue gak bisa berpaling sedetik aja dari pesona mereka?

Yakali gitu.

"Nan? Gimana caranya biar kamu berhenti?"

...

..

.


























Dumb Dumb ✓Where stories live. Discover now