36 : Memilih

302 53 14
                                    

Aku sudah siap berangkat sekolah sejak beberapa menit yang lalu. Kini sedang menunggu ibu menyiapkan sarapan. Beliau nampak terkantuk-kantuk saat memasak, sesekali membuatku terkekeh ketika ia tak sengaja terpentok lemari es.

"Mau dibantuin gak, bu?" Seruku pelan. Ibu menoleh sebentar kemudian menggeleng.

Beberapa saat kemudian, sarapan sudah tersedia di atas meja makan. Ibu membuat sandwich, katanya kemarin tak sempat membeli bahan makanan. "Terima kasih, bu."

"Bapak kemana?" Tanyaku sebelum satu sandwich masuk sempurna ke dalam mulut. "Udah berangkat duluan sama Arnan."

Aku manggut-manggut menanggapinya.

Ketika sudah merasa kenyang, segera saja aku berangkat ke sekolah. Yang tidak lupa mencium tangan ibu sebelum pergi.

Rumahku tak jauh dari jalan raya, jadi tak masalah untukku berjalan kaki menuju ke sana. Jalanan sudah mulai ramai, segala aktivitas sudah dimulai dari beberapa jam lalu. Cahaya matahari beberapa kali menyilaukan mata, membuatku menyipit. "Pagi yang cerah."

Di halte, aku menunggu bus sembari mendengarkan lagu melalui earphone, tiba-tiba ada seseorang yang meletakkan dagu di kepalaku, menarik satu earphone kemudian memasangnya di telinga. Aku terkejut. Sedetik kemudian, senyumku mengembang.

"Nungguin, ya?"

"Dih, ngapain nungguin kamu."

Kamu tersenyum kecil, mendekatkan diri padaku, "halah, biasanya juga udah duluan."

"Nggak, kamu aja yang kesiangan mulu," elakku tak terima. Ya, sebenarnya dia juga tidak salah. Entah angin apa, kali ini aku melewatkan bus, hanya untuk melihatnya. Tadi malam ia bilang tidak enak badan, jadi aku memutuskan untuk memastikan keadaannya.

Dia baik-baik saja, walau sesekali terbatuk. Bodoh, aku tahu kemarin ia hujan-hujanan seperti anak kecil di lapangan. Seperti orang yang tak pernah terkena air saja.

Lima detik berlalu dalam keheningan, bus pun datang.

"Ayo!" ajakmu sembari menarik tasku. Aku menggerutu sembari menarik earphone sehingga lepas dari telingamu.

Kebetulan penumpangnya sepi. Jadi banyak tempat duduk yang kosong. Kamu yang sudah duduk terlebih dahulu, menarik tasku agar duduk disebelahmu, "puter lagi lagunya!" Titahmu.

Aku menuruti, memutar lagu Fiersa Besari yang berjudul Juara Kedua.

Baru saja terdengar lirik ke dua, kamu berujar lagi. "Ganti, aku gak suka."

Jemariku sontak menekan tombol 'putar selanjutnya'.

Terdengar suara khas milik Jaz, "ganti."

"Kamu sukanya apa sih? Semua aja gak suka."

"Loh kamu lupa ya? Yang aku suka kan kamu."

Aku terdiam. Memilih menjitak kepalanya pelan, menutupi kegugupanku.

Aku bisa gila kalau terus begini.

Setelah suara merdu milik Tulus terdengar, kamu terlihat memejamkan mata dan melemaskan badan. Melihatmu diam begini membuatku terkekeh geli, biasanya kamu tak berhenti bergerak, tak mau diam. Ah, mungkin memang benar kamu tak enak badan.

Dumb Dumb ✓Where stories live. Discover now