41 : Kangen! (2)

326 60 35
                                    

[warning!!!! 16+]






















Kinan mengerjapkan matanya beberapa kali, menyesuaikan cahaya yang masuk melalui celah jendela. Netranya menangkap seseorang yang tengah terlelap di sampingnya. Nathan. Kali ini Kinan mengucap syukur sebanyak yang ia bisa karena dapat menatap wajah itu. Nathan terlihat damai, kulitnya yang seperti bayi itu membuat Kinan gemas ingin meremasnya.

"Pandangin terus aja. Aku tau aku ganteng." Kinan mendengus, memilih bangun daripada meladeni Nathan yang menyebalkan. "Cuih!"

Ia menyibak gorden, membiarkan cahaya matahari memenuhi ruangan kemudian beranjak menuju dapur. Perutnya keroncongan, minta diisi. Baru saja hendak membuka kulkas untuk memasak sesuatu, Kinan dikejutkan dengan makanan di atas meja.

"Siapa yang masak?"

"Aku." Teriak Nathan dari kamar. Kinan mengerutkan kening. "Lah kapan masaknya?"

Ia kembali menuju kamar. Berniat membangunkan Nathan dan mengajaknya sarapan bersama.

"Nath! Bangun!"

Nathan menggeleng lemah, tak mau diusik. Kinan menghela napas, mulai menarik tubuh kekar lelaki itu dengan paksa. Tapi nihil, Kinan tak punya cukup tenaga untuk menarik lelaki kekar ini.

Kehabisan akal, Kinan meraih bantal kemudian memukulkannya pada Nathan. "Bangun!"

Nathan terduduk di atas kasur, matanya setengah tertutup. Masih mengumpulkan nyawanya. "Cium dulu!"

"Bangun gak?!"

"Aaaaa cium dulu!" Nathan menendang-nendang kakinya di udara, persis seperti anak kecil yang sedang merajuk karena tidak dibelikan mainan.

"Yaampon bayi!"

Cup!

Kecupan singkat itu membuat Nathan tersenyum lebar. Ia menarik lengan Kinan yang hendak menuju dapur lagi, gadis itu kehilangan keseimbangan dan terduduk di kasur. Nathan mencium kening Kinan, kemudian hidungnya, setelah itu mencium kedua pipi Kinan dan terakhir mendaratkan bibirnya di bibir gadis mungil itu. Melumatnya dengan perlahan, terasa lembut, tidak memaksa. Kinan mulai menutup matanya, menerima segala gerakan yang Nathan beri.

Kinan rindu, sungguh. Nathan pergi ketika mereka sedang dalam masa bahagia-bahagianya karena telah menikah beberapa minggu.

Ah, jangan salah paham.

Mereka sudah menikah satu tahun yang lalu. Tepat ketika Kinan wisuda, Nathan melamarnya. Nathan dan Kinan tidak terlalu dekat dulu, mereka hanya sebatas tetangga kosan yang sering tak sengaja berangkat bersama ke kampus. Mereka tidak pernah berpacaran. Hmm pasti tidak percaya, ya?

Tapi memang kenyataannya begitu.

Nathan bukanlah lelaki yang berani mengungkapkan perasaannya. Ia suka memendam, padahal dari gerak-geriknya saja Kinan tahu jika Nathan menaruh rasa padanya. Atas 'alibi' membantu menyelesaikan skripsi, mereka menjadi lebih dekat. Nathan banyak membantu. Waktu itu Kinan tak punya printer, jadi jika apa-apa jadi susah. Nah, kebetulan Nathan menawarkan bantuan. Kinan boleh menggunakan printernya, dengan syarat bahwa jika lembur mengerjakan skripsi, Nathan harus diajak begadang juga.

Aneh ya?

Jadi, mereka banyak bercerita. Makin mengenal masing-masing juga. Terkadang jika Kinan tertidur, Nathan sedikit membantu mengerjakan skripsinya Kinan. Tema yang dipilih Kinan tidak jauh berbeda dari tema skripsi Nathan dulu. Menemani gadis itu sampai terbangun kemudian baru pulang ke rumah.

Nathan bekerja di perusahaan milik Papanya, ia berusaha sangat keras agar mendapatkan uang lebih banyak segera, tentu saja dengan jerih payahnya sendiri, bukan dari bantuan keluarganya. Saat itu, ia belum bicara pada keluarga tentang rencana menikahi seorang gadis. Papanya saja terkejut ketika diminta untuk melamarkannya, beliau pikir Nathan tidak akan menikah karena tak pernah tertarik dengan wanita sebelum-sebelumnya. Haha... benar. Nathan tak pernah dekat dengan wanita manapun kecuali Kinan. Ia tidak suka berurusan dengan makhluk ribet seperti wanita. Tapi, Kinan berbeda. Ketika netranya bertabrakan dengan netra bening itu, Nathan langsung jatuh cinta. Kinan berhasil mengambil hatinya saat pandangan pertama.

Dumb Dumb ✓Where stories live. Discover now