♡ 9. 暖かさ。

4K 826 107
                                    


🌊❤️🍰

Episode 9

暖かさ。

_kehangatan_

🌊❤️🍰

Kim Yerim terbangun di tengah malam, tepat ketika jarum pendek menetap di angka dua bersamaan dengan jarum panjang yang menunjuk angka dua belas.

Entah mengapa, ia sama sekali tidak merasa nyaman tidur di penginapan ini. Mungkin karena suasananya sedikit seram, atau mungkin hanya karena ia minum terlalu banyak kopi hari ini – tidak, ia tahu alasannya adalah hujan deras diluar sana. Ia menyukai hujan, aroma dan suaranya, namun ketika petir sudah mulai terdengar – ia selalu berharap hujan berhenti secepat mungkin. Dirumah, ia mungkin bisa bergulung dibawah kasur bersama Saeron. Tapi disini?

Yerim mengerjapkan matanya beberapa kali, mencoba untuk memperjelas pengelihatan matanya yang masih mengantuk, menoleh ke kiri dan ke kanan hanya untuk mendapati Tiffany dan Tzuyu tertidur lelap. Ia mengerenyit ketika Tzuyu bergerak, memperlihatkan wajah cantiknya dengan sepasang mata yang masih terpejam, tidak mengerti mengapa walau tertidur pun – keberadaan Chou Tzuyu terasa mengganggu untuknya.

Kenapa aku harus sekamar dengan dia sih?

Suara petir yang menggelegar membuat isi pikirannya buyar.

Ia menendang selimutnya dan duduk diatas futon dengan kaki terlipat sila, mencoba untuk kembali memejamkan mata dan menghitung domba sampai mengantuk – tapi sayangnya, tidak berfungsi juga. Apa ia sebaiknya memberanikan diri untuk melangkahkan kakinya ke dapur demi segelas teh hangat? Teh selalu menjadi obat tidurnya, mirip seperti fungsi air susu ibu pada anak-anak. Tapi bagaimana kalau ada sejenis yurei disini? Bukankah hantu-hantu Jepang terkenal menakutkan?

Sudahlah, ia tidak mau memikirkan ada hantu jenis apa di penginapan ini, yang jelas ia ingin kembali tidur dengan nyaman.

Yerim menyibak selimutnya, memastikan Tzuyu dan Tiffany tidak terbangun karena pergerakannya yang super berisik, menggeser pintu kamar tradisionalnya dengan hati-hati sebelum menutupnya kembali setelah keluar. Ia menghela napas dan langsung menyesal ketika ia mendapati dirinya sendirian di tengah lorong, memberanikan diri dengan bayangan sepotong kue sisa yang ia taruh di kulkas dapur penginapan untuk dimakan bersama.

Dengan itu, sampailah ia ke tengah dapur, terkekeh dan melupakan semua rasa takutnya setelah membuka kulkas dan menemukan kue buatannya sendiri di dalamnya. Ia memiringkan kepalanya, mengingat bahwa sebenarnya porsi kue itu milik Jeongguk. Entah sebagaimana tidak sukanya Jeon Jeongguk pada Kim Yerim, sampai-sampai ia tak mau makan kue buatanya. Yerim tersenyum masam, sudahlah, toh dia yang rugi – kue buatan Kim Yerim itu rasanya sempurna.

Belum lama di dapur, ia mendengar suara langkah kaki, untungnya – suara yang manusiawi, beriringan dengan suara napas berat dan dehaman rendah dari arah tangga. Mungkin Guanlin, mengingat pemuda itu sering begadang untuk main game, atau mungkin Daniel yang sering menelepon kekasihnya di tengah malam karena zona waktu yang berbeda. Siapapun itu, yang penting manusia.

Yerim menoleh, menemukan Jeongguk yang masih setengah sadar, memandanginya dengan sepasang mata yang masih dipenuhi kantuk. Pemuda itu mengerjap beberapa kali, memastikan kalau yang dilihatnya adalah manusia sungguhan dan menapakkan kakinya diatas lantai. Sementara itu, Yerim tidak tahu apa yang dilakukan Jeongguk di tengah malam gelap gulita, mungkin ia juga terbangun karena sesuatu – memutuskan untuk menawarkannya teh yang baru ia seduh.

Together, from now on!Where stories live. Discover now