♡ 10. 友人や敵。

4.5K 770 122
                                    



🌊❤️🍰

Episode 10

友人や敵。

_teman dan lawan_

🌊❤️🍰

Kim Yerim sering melamun.

Ia terus melakukannya tanpa sadar setelah Hanami usai, setelah mereka menuruni kaki gunung, setelah mereka sampai di Tokyo, bahkan setelah kakinya menginjak lift di Rumah Sewa Midomori. Guanlin berusaha bicara padanya selama perjalanan, membahas apapun yang menurutnya menarik, begitu pula dengan Daniel dan Soojung – sayangnya walaupun ia menyahuti pertanyaan mereka, ia akan kembali melamun di waktu-waktu tertentu.

Jeon Wonwoo dan Son Seungwan mungkin sudah tahu apa yang terjadi, memilih untuk tetap diam dan tertawa dibelakang gadis itu – Jeon Jeongguk pun tidak buta, ia mungkin adalah orang yang paling tahu. Jeongguk hanya mengerutkan kening tiap kali mereka bertemu pandang, padahal dilihat dari sisi manapun, ini salahnya juga. Gadis mana yang tidak salah paham kalau tangannya digenggam dengan gestur yang seperti itu? Terlebih lagi, gadis itu sudah menyatakan perasaannya terang-terangan secara spesifik.

Jadi, siapa yang bodoh?

Bahkan sekarang ini pun, ketika festival olah raga sekolah sudah di ujung hari, Yerim masih melamun – hanya sesekali, namun membuat fokusnya hilang entah kemana. Ia tidak mengerti jalan pikiran Jeon Jeongguk dan gerak-geriknya yang hangat dan dingin sekaligus, ia hanya ingin menilai Jeongguk sebagai seseorang yang netral – namun perangai pemuda itu sendiri yang membuatnya tidak bisa berpikir demikian. Ia menggelengkan kepalanya, bagaimana bisa ia merasa dibantu ketika Jeon Jeongguk membantunya dengan tingkah laku yang menyebalkan?

Menyebalkan? Sungguh?

Yerim tidak tahu lagi. Mungkin ia hanya terbiasa dengan Jeongguk dan sikapnya yang acuh, entah sejak kapan – mungkin sejak dulu, ia tidak pernah berharap diperlakukan manis oleh Jeongguk. Ya tuhan, mustahil sekali. Seisi sekolah juga tahu pemuda itu tidak suka meladeni para siswi yang mendekatinya demi tujuan tertentu, sungguh, itu alasan yang realistis untuk tidak mengharapkan Jeon Jeongguk. Lalu kenapa tiba-tiba saja ia memperlakukannya seperti itu?

Semua ini karena perjalanan pendek mereka ke Gunung Yoshino di Nara tempo hari. Yerim tidak menduga ia akan berkesempatan bicara dengan Jeongguk dan minum teh bersama selama lima menit penuh percakapan canggung, ia juga tidak menduga kalau pemuda itu menemukannya dibawah hujan, meminjamkan pakaiannya dan menggenggam tangannya. Oke, bukan dengan gestur romantis seperti yang ia lihat di drama-drama, wajah Jeongguk masam dan jelas ia tidak suka kedinginan.

Tapi Jeongguk membiarkan jaket biru tua itu tetap menempel di tubuhnya, bahkan membiarkan tangan mereka menempel sampai mereka bertemu kembali dengan teman-teman mereka yang mulai panik. Joohyun adalah orang pertama yang menyapa mereka, meminta maaf sebelum melemparkan handuk ke arah Jeongguk yang sudah setengah basah – khawatir ia akan masuk angin. Yerim sendiri menerima perlakuan spesial dari Joohyun, segelas cokelat panas dan kue pie hangat untuk dinikmati sendiri.

Ia tidak akan melupakan percakapan mereka ketika ia asyik melahap kue pie stroberi itu.

"Unnie, sebenarnya kau tidak perlu repot-repot begini." Yerim membuka percakapannya, kini duduk didepan perapian dengan piyama super hangat dan selimut yang menutupi seluruh tubuhnya. "Aku kan hutang terima kasih padamu, kemarin malam waktu aku tertidur di sini – unnie membawakanku selimut, mungkin aku akan kedinginan atau kena flu jika kau tidak menyelimutiku."

Together, from now on!Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz