♡ 21. にがくてあまい。

3.8K 719 427
                                    


🌊❤️🍰

Episode 21

にがくてあまい

_bittersweet_

🌊❤️🍰

"Bagus sekali."

Jeongguk melenguh lega setelah ia mendengar jawaban itu dari pelatih sekaligus gurunya di sekolah. Ini bukan pertama kalinya ia mendengar pujian, ini pun bukan pertama kalinya ia merasa bangga karena menikmati keberhasilan, tapi tetap saja – kesuksesan datang melalui hal-hal seperti ini, begitu pula rasa senang. Jeongguk terkekeh, membiarkan telinga dan bahunya menjepit ponsel, sementara dua tangannya sedang sibuk memotong-motong wortel.

"Aku yakin kau bisa menembus nasional. Bulan depan finalnya, nak. Berusahalah."

Sang pemuda mengangguk pelan, seakan-akan sang pelatih bisa melihat gerak gerik tubuhnya sekarang ini, ia terkekeh terus menerus, sederhana karena ia terlihat konyol. Ya tuhan, sejak kapan ia sekonyol ini? Ia terus tersenyum semalam suntuk bahkan setelah dua puluh delapan jam usainya pertandingan. Ia menolak, mengatakan bahwa kesenangannya ini murni hanya karena piala yang kini terpajang di dalam etalase sekolah, bukan karena cewek tertentu yang datang menghambur kearahnya segera setelah ia keluar dari stadiun.

"Kau berhasil!"

Wajah gadis itu, dengan senyum lebar, dibawah terik matahari.

Semua hanya untuknya, untuk Jeon Jeongguk.

Pekikan suara Yerim benar-benar mendeskripsikan kegembiraannya, gadis itu berlari kearah Jeongguk sekeluarnya pemuda itu dari stadiun, tidak mengindahkan fakta kalau sebaiknya ia tidak bertingkah seperti itu di tempat umum. Gadis itu melompat kearah Jeongguk yang bahkan tidak menghindar, menahan senyum sebelum melepas pelukan maut yang diberikan Yerim dengan susah payah. Ia menyimpulkan kalau ia menyukai pelukan Yerim, membiarkan pengakuan itu terkunci di dalam kepalanya.

"Aku tahu kau bisa melakukannya! Tinggal satu langkah lagi, Jeongguk!"

Jeongguk mengingat bagaimana Kim Taehyung menegur sepupunya, memukul kepala Yerim dengan koran yang tergulung di tangannya, membuat gadis itu mengaduh dan menjambak rambutnya tanpa ampun. Ia juga mengingat bagaimana sorot mata pemuda itu, serupa dengan iris mata Yerim, melihat ketulusan tanpa kejahilan yang biasanya terlihat jelas dari sorot indra pengelihatannya.

" – guk? Jeongguk?"

Sial. Ia melamun lagi gara-gara gadis itu.

"Maaf pelatih, aku sedang – memasak." Ia menjawab dengan atusiasme tidak biasa yang tidak pernah di dengar pelatihnya. Pemuda itu melanjutkan kegiatan memasaknya dengan senang, bahkan membiarkan Cooky tidur diatas sofanya kali ini, tidak mengusirnya dan memindahkannya ke bantal merah muda milik Yerim yang kini bertengger di sudut ruang tamunya. "Bisa tolong ulangi apa yang kau katakan?"

"Kubilang jangan remehkan Jung Jaehyun."

Air wajah Jeongguk berubah. Tidak, bukan karena ia tidak menyukai pembicaraan ini, tapi ia tahu kemana arah topiknya. Berbicara tentang Jaehyun pada orang-orang tertentu tidak mengingatkannya akan pertemanan yang mereka jalin, tapi persaingan sehat – dan tidak sehat yang pernah mereka lakukan sepanjang persahabatan mereka. Jeongguk merenggut. Jaehyun adalah teman yang baik, tapi untuk beberapa poin, ia harus mengakui kalau hubungan mereka tidak sebaik itu.

Together, from now on!Where stories live. Discover now