♡ 24. 観覧車キス。

3.7K 695 330
                                    





🌊❤️🍰

Episode 24

♡  観覧車キス

_ferris wheel kiss_

🌊❤️🍰

Yerim tidak bisa berhenti bergerak tak nyaman.

Mata gadis itu melebar sementara dua tangannya menggenggam, membuat lecek rok mesh abu-abu panjangnya. Cepat-cepat ia merapikan kembali roknya, bagaimana bisa ia memakai rok kusut ketika pergi bersama Jeongguk? Kim Yerim awal musim panas akan menyiksanya habis-habisan, dan membeli rok baru untuk dipakai, bagusnya – ia tak lagi seperti itu. Ia memutuskan untuk duduk di bangku kayu panjang, tepat di sebrang loket karcis taman ria – matanya tidak meninggalkan Jeongguk yang sedang mengantri sambil sesekali melirik kearahnya di belakang.

Ini kencan atau bukan?

Ini kencan atau bukan?

Ini kencan atau bukan?

Yerim mendesis, mengutuk pikirannya sendiri. Tentu saja ini bukan kencan, pertama, ialah yang merengek minta dibawa ikut, kedua, Jeongguk datang ke tempat ini bahkan tanpa bertanya padanya dulu – terlepas dari bagaimana ia menyukai tempat ini, harusnya Jeongguk bertanya kan? Ya, ini bukan kencan kalau begitu, ia mencatat dalam hati. Gadis itu menggerutu ketika sudah lima belas menit lamanya, ponselnya bergetar terus menerus. Dia membalas pesan dari Mina dan Sana dengan segera, tapi ragu harus membalas apa pada Jaehyun yang mengirim,

"Kau pergi dengan Jeongguk? Aku tidak mengerti kenapa ia harus membawamu bertemu Hansol?"

Nama Chwe Hansol membuat keningnya mengerenyit. Siswa akselerasi bule yang imut dan manis, Jeongguk mau bertemu dengannya? Tapi kenapa malah membawanya kesini? Ia memikirkan kembali jawaban apa yang harus diberikannya pada Jaehyun. Rasanya seperti selingkuh, walaupun sebenarnya Yerim tidak pernah selingkuh. Kenapa juga rasanya seperti selingkuh, dua-duanya bukan pacarnya kan? Jeongguk dan Jaehyun yang mungkin pacaran – setidaknya menurut sudut komedik otak Yerim. Gadis itu terkikik dan memutuskan untuk tidak membalas pesan dari Jaehyun, biarkan saja ia berpikir semaunya, memangnya enak dibuat bingung?

Sementara itu Jeongguk berdiri sempoyongan diantara barisan orang-orang yang mengantri. Kepalanya terasa pening dan suhu tubuhnya tidak normal, ia tahu ia sudah pasti sedang demam – tapi demam bukanlah musuh utamanya saat ini. Mau pulang pun ia tak akan mampu, toh ia tak akan bisa mengendarai motornya dengan kepala sepusing ini. Jeongguk merutuk, kenapa juga ia harus jatuh sakit di saat-saat seperti ini, sungguh – tidak setahun sekali ia benar-benar ingin membawa seorang gadis untuk – ia memerah ketika memikirkan kata ini – berkencan.

Ketika Jeongguk menyodorkan tiket berwarna kekuningan di tangannya, membuat Yerim mendongak dan menatap langsung pemuda itu, menikmati tatapan sirik orang-orang yang lewat dan cewek-cewek yang merengek manja melihat wujud fisik Jeon Jeongguk – ya tuhan, mereka harus lihat sikap aslinya. Yerim, tidak hanya mengambil tiketnya, lantas menyeret Jeongguk untuk masuk ke dalam. Dan Jeongguk, menyesal setengah mati membawanya kemari, hilang tak lama kemudian ketika mata Yerim berkilauan – menatap gumpalan arum manis merah muda yang bisa menutupi kepalanya.

"Kenapa sih kau menggerutu terus?" Yerim, yang masih melingkarkan tangannya di lengan Jeongguk dengan santai – tidak sadar, karena kalau sadar ia mungkin semerah tomat sekarang ini – harus membiasakan diri untuk mendongak ketika bicara pada Jeongguk. "Kenapa juga kau kemari kalau niatmu tidak untuk bersenang-senang? Kau membawaku, lagi. Harusnya kalau membawaku kau sudah siap terserang efek happy virus!"

Together, from now on!Where stories live. Discover now