Chapter 5 : Ketahuan

26 5 0
                                    

"Kamu ngelihatin saya ya?". Suara dingin itu mulai berbicara dan membuatku menunduk.

"Gak, aku cuma...". Bantahku gugup entah mengapa pada saat itu jurus cerewetku hilang begitu saja.

"Kak uci, olesin sunblocknya cepat! Aku mau pasang sepatu nih!". Panggilan dewi seketika membuatku langsung meninggalkan Pria dingin itu.

"Kakak ngapain sih? Lama banget! Sini biar aku aja yang makai sunblocknya sendiri". Ucap dewi seraya merampas sunblock itu dari tanganku.

"De, kamu tau siapa nama kakak Nurul yang kemarin?". Tanyaku pada dewi seraya memasang sepatuku.

"Tau kok, namanya.... Eh namanya siapa ya? Aku lupa tapi dia ada ngenalin namanya. Aduh, siapa ya? Aku tanya mamah dulu ya". Ucap dewi seraya mengoleskan sunblock di tangannya.

"Gak usah deh, Ntar urusannya makin ribet". Ucapku dengan nada datar.

"Kakak uci suka ya sama dia. Ngaku hayo ngaku". Goda dewi yang membuatku kesal.

"Ogah banget, lagian lebih baik kakak gak punya pacar sekalian daripada harus pacaran sama dia". Ucapku dengan sombong lalu pergi.

Aku menunggu mamah siap-siap. Huh, setiap pagi yang paling membosankan adalah menunggu mamah dandan. Hampir 1 jam terbuang hanya untuk menunggu mamah dandan, dan menurutku dandan itu tidaklah penting. Karena, nanti make-up itu akan luntur juga jadi sia-sia.

Perkataan dewi tadi selalu terngiang-ngiang di kepalaku. Apakah benar aku suka dengan pria dingin itu? Bahkan aku sendiri tidak tau siapa namanya! Arght memikirkannya saja sudah pusing!!!

TIT....TIT.... (Suara klakson motor)

"Siapa sih? Ganggu aja!". Umpatku ternyata itu adalah Rendra.

"Bengong aja lo. Kenapa sih?". Tanya Rendra seraya mengusap ujung kepalaku yang membuatku blushing seketika.

"Nungguin mamah dandan". Jawabku cemberut
"Lama banget lagi!!!".Timpalku seraya menghentakan kakiku seperti anak kecil.

"Bareng yuk! Ntar aku yang izin sama tante". Ajak Rendra yang langsung ku angguki.

"Ayo kita berangkat!!!". Bukan Rendra yang mengucapkan kalimat tersebut tapi mamah yang baru saja selesai dandan.

"Mah, aku bareng Rendra aja ya". Izinku dengan mata puppy eyes. "Iya tan, lagian lama juga gak bareng uci. Tenang deh tan nanti anak tante aku jaga". Timpal Rendra.

"Ya udah. Hati-hati ya ren". Ucap mamah "Kamu juga jangan nyusahin Rendra, kasihan tuh anak orang". Ucap mamah yang membuatku kesal. Memang aku ini menyusahkan apa?.

"Assalamualaikum tan". Pamit Rendra seraya mencium tangan mamah dan aku ikuti.

"Waalaikumsalam". Jawab mamah.

Wahh!!! Senangnya hatiku. Setelah beberapa lama kami tidak berboncengan rasanya ini seperti mimpi. Jadi ingat waktu kecilku bersama Rendra, kemana-mana selalu sama-sama tak terpisahkan.

"Peluk kek, kita kan lama gak boncengan kaya gini". Ucap Rendra pelan tapi masih bisa ku dengar.

"Hah? Peluk?" Ucapku pura-pura padahal  pipiku sudah semerah tomat.

"Iya, peluk ntar jatuh".Aku pun mengeratkan pelukanku pada Rendra. Astaga!!! Pelukan itu adalah pelukan pertama setelah kami beranjak dewasa. Waktu kecil memang pernah tapi, saat kecil kami tidak tau apa-apa yang di pikiran kami hanya bermain.

Tak terasa waktu begitu cepat, aku sudah sampai di sekolahku. Ingin rasanya aku memutar waktu kembali agar aku bisa kembali memeluk Rendra.

"Cepet banget deh nyampainya". Ucap Rendra cemberut seraya aku melepas helm.

"Emang kenapa?". Jawabku dengan seraya menepuk pundaknya pelan.

"Gak kok, aku berangkat lagi ya". Ucap Rendra seraya memasang helm "Oh ya, aku mau bilang sesuatu tapi, ntar kita ketemuan tempat biasa. Jam 15.00 ya". Ucapnya langsung melajukan motornya tanpa menunggu jawabanku.

"Kebiasaan deh". Batinku.

"Woyy, kamu di sini rupanya". Tegur Yusi menepuk pundakku pelan yang membuatku terkejut.

"Gila lo". Ucapku kaget yang refleks membuatku menoyor kepalanya sedangkan Yusi hanya menyengir tidak jelas "Lo mau gue jantungan? Hah?". Timpalku.

"Secepatnya ya". Jawabnya langsung meninggalkanku, aku pun otomatis mengejarnya.

******
"Gila, udah aku cape". Ucap Yusi yang menghentikan aksi kejar-kejaran yang kami lakukan hingga di kelas.

"Aku juga". Ucapku lelah lalu duduk.

"Kurang larinya. Sekalian aja keliling sekolah ". Ucap Desvita kesal setelah melihat kami kejar-kejaran tadi. Ia sudah menghentikannya tapi aku dan Yusi hanya mengacuhkannya.

"Kamu jahat sama kembaran kylie jenner ini". Ucap Yusi dengan nada bicara sok imut.

"Kamu jahat sama istri jeon jungkook yang comel ini". Ucapku juga sok imut.

"Udah, jangan gitu. Gak tega gue lihatnya muka lo berdua melebihi pengemis di pinggir jalan tau gak?". Ucap Wanda seraya tertawa dengan keras, alhasil desvita pun membenarkan ucapan Wanda itu membuat aku dan Yusi merasa kesal.

"Uuuuu...sayang jangan marah gitu dong". Ucap desvita seraya memeluk, dan mencubit pipiku layaknya sedang membujuk anak kecil yang tidak di beli permen.

"Uuuu... Jangan cemberut gitu dong ci. Ntar kami berdua desvita traktir deh". Ucap Wanda dan membuatku tersenyum dan menjawab "Janji ya?". Seraya mengangkat jari kelingking ku "Iya janji". Jawab keduanya seraya menautkan jari kelingking kami bertiga secara bergantian.

"Yang satu ini, gak di baik-baikin juga". Ucap Yusi cari perhatian membuat aku, desvita, dan Wanda mempunyai jalan pikiran yang sama untuk membuatnya kesal.

*Untuk sahabat author yang namanya Yusi maaf ya:) soalnya sering di bully tapi, itu semua cuma bercanda kok :) sebenarnya author sayang kok :D

"Bodo amat, marah aja lo gak ada yang peduli". Ucap Wanda menahan tawa.

"Kalian sahabat yang tega". Ucap Yusi dengan suara sok sedih yang di buat-buat.

"Kamu, siapa ya?". Ucap kami pura-pura tidak kenal dengan Yusi seraya menunjuk-nunjuk, dan sukses membuat Yusi kesal.

"Ya udah. Jangan marah lagi ya". Ucapku membuju Yusi dengan puppy eyes.

"Aku cuma pura-pura kok. Akhirnya ada yang peduli dengan aku ya tuhan". Ucap Yusi menjawab dan langsung sujud syukur yang membuat kami berempat tertawa bersamaan.




















Gaess balik lagi sama author amatir ini😂
Vote ya dan jangan lupa masukin ke library nya :) selamat membaca part selanjutnya.

GILANG & RENDRAWhere stories live. Discover now