Chapter 7 : Sebuah perasaan!

21 4 0
                                    

Saat itu sudah jam 15.20. Di mana Rendra? Aku sudah menunggu selama 20 menit. Jika saja cafe yang saat itu tidak ramai, akan ku pastikan kursi akan menjadi meja dan meja akan menjadi kursi.

"Udah lama nunggu". Ucap Rendra santai dan duduk di hadapanku. Woyy lu kira gue baru datang udah dari 20 menit yang lalu kali!!! Andai saja ia bukan orang yang aku suka, mungkin saat itu wajah tampannya akanku cakar.

"Gak kok. Bahkan gue nunggunya kurang lama". Ucapku kesal seraya mengaduk-ngaduk jus mangga yang ada dihadapanku.

"Kok, judes gitu". Ucap Rendra menaikan sebelah alisnya dan tampak kedua alis tebalnya bertautan. Iiihh pamer banget mentang-mentang alis tebel.

"Tau ah gelap". Ucapku acuh.

"Ya udah abang Rendra yang ganteng ini minta maaf ya?". Ucap Rendra yang seketika membuatku ingin memuntahkan kembali jus mangga yang tadi ku minum. Apa ganteng? Ngakak tau gak tapi, emang ganteng sih.

"Insya allah dimaafkan". Ucapku santai. "Oh iya, lo mau ngomong apa?". Ucapku to the point. Jujur sebenarnya aku adalah orang yang tidak suka bertele-tele.

"Ini coklat buat lo". Ucapnya seraya menyerahkan coklat silver queen yang di ikat dengan pita. Aduh niat banget bikinnya bikin baper tingkat dewi ehh maksudnya dewa.

"Makasih". Jawabku berusaha biasa saja menyembunyikan rasa gugupku ingin rasanya saat itu aku berteriak GUE BAPER TINGKAT DEWA NIH!!!.

"Sebenarnya gue...". Ucap Rendra seraya gugup aku dapat melihat dari sorot matanya. "Gue apa?". Jawabku tak sabaran. Rendra memegang kedua tanganku erat. Astaga!!!! Saat itu aku sudah ingin teriak rasanya dan memanggil sahabat-sahabatku ke sini.

"Sebenarnya gu..gue suka sama seorang gadis". Ucapnya yang membuatku langsung menatapnya mungkin bisa di bilang tatapan kecewa.

"Siapa?". Jawabku sok polos agar Rendra tidak curiga sebenarnya hatiku seperti di jepit jepitan tikus rasanya.

"Dia udah lama dekat sama gue, dia udah tau sifat-sifat gue. Tapi, gue ragu apakah dia akan nerima gue". Ucap Rendra penuh harap.

Andai saja ia tau saat ini aku ingin menangis rasanya. Tapi, apa hak ku? Sedangkan, Rendra saja tak menyukaiku. Sungguh beruntung sekali gadis itu bisa mendapat cinta Rendra.

"Heyy, ci lo kenapa?". Tanya Rendra tampak khawatir.

"Astaga!!!! Hari ini gue ada janji sama mamah. Gue tinggal dulu ya? Oh iya, gue yakin gadis itu pasti nerima lo, apalagi kalian udah dekat banget. Lo tenang aja pasti sahabat gue yang jelek tapi gak jelek-jelek amat ini di terima". Ucapku seraya memegang tangan Rendra dan pergi begitu saja. Rasanya saat itu aku seperti patah hati yang pertama kali.

"Mau gue antar?". Tanya Rendra mencekal tanganku yang kujawab dengan gelengan.

* * * * *  *

" Tuhan kenapa rasanya sakit banget? Udah kaya sinetron di tv aja. Emang gini ya rasanya kalo suka sama sahabat sendiri? Mana ini hari hujan lagi, bikin flashback aja!!!!". Gumamku saat duduk di halte.

Sengklek. Sq

Yuni : P

Yuni : P

Uci : Napa kamvret? Ngespam mulu -,-

Yuni : Hhe

Uci : Gk ada yg lucu!

GILANG & RENDRAWhere stories live. Discover now