Apartement

2K 101 2
                                    

APARTMENT

Main Cast: Lee Donghae, Lee Hyukjae

Genre: Romance

WARNING!

BOYS LOVE

DON'T LIKE? DON'T READ PLEASE!

THE STORY IS MINE

Typo may applied, Don't be silent reader please. NOT ALLOWED TO COPY PASTE WITHOUT MY PERMISSION.

TIDAK MENERIMA BASH DAN KAWAN-KAWANNYA. KRITIK DAN SARAN SANGAT DI BUTUHKAN.

THANKYOU :)




.




.





Every moment that we share is like new...




.





.




"Apa yang kau lakukan?" Suara serak Hyukjae yang baru keluar dari kamar mandi mengalihkan perhatian Donghae yang sejak tadi terpaku di dekat jendela kamar merek. Katakanlah begitu, karena meski apartemen ini di beli atas nama Hyukjae, tapi Donghae sering sekali menghabiskan waktu di sana. Tak jarang Donghae tidak pulang ke rumahnya sendiri dan berada di apartemen Hyukjae sepanjang minggu. Menghabiskan waktu di dalam kamar yang menjadi saksi bisu ketika mereka mendesah dan meneriakan nama masing-masing dengan penuh gairah.

"Aku memotret pemandangan. Dan lihatlah, aku dapat ini dari penggemar di bandara." Donghae menunjukkan sebuah gantungan kunci dengan inisial namanya—atau lebih tepatnya nama mereka—yang baru saja ia foto pada Hyukjae. Matanya tidak bisa berhenti menatap Hyukjae dan mengamati raut wajahnya.

"Hm, DH?" tanya Hyukjae sambil mendekati Donghae ke jendela. "Bagus."

"Baru selesai mandi?"

"Hm."

Donghae menarik Hyukjae mendekat, lalu memeluknya dari belakang. Menikmati pemandangan menjelang sore dengan orang terkasih berada di dekapannya. Menenangkan, memabukan, dan membuat Donghae semakin tidak ingin melepaskan Hyukjae. "Aku merindukanmu, Hyukjae."

Selalu begini, Hyukjae tidak pernah bisa menghentikan senyumnya ketika Donghae mulai membuainya dengan rayuan dan bibir tipisnya tak henti bermain-main di bahu Hyukjae yang terbuka karena ia hanya memakai kaos tanpa lengan yang cukup terbuka.

"Aku bosan mendengarnya."

"Aku mencintaimu, Hyukjae."

Lagi-lagi Hyukjae tersenyum, seperti ada yang membuatnya geli hingga Hyukjae tidak bisa berhenti tersenyum. "Aku juga bosan mendengar itu."

"Kalau berbuat dosa denganku bosan tidak?"

"Hm?"

Senyum manis Donghae berubah jadi seringaian, ia tak lagi memeluk Hyukjae tapi memojokkannya di jendela.

"Jangan mulai, kita sudah mengotori toilet, dapur dan bahkan ruang tengah. Kita mengotori hampir seluruh apartemen ini dengan cairan berdosa kita."

"Kita belum mengotori jendela dan aku ingin terus mengotorimu."

"Lee Donghae!" seru Hyukjae yang terkejut mendengar kalimat kotornya.

"Apa Lee Hyukjae sayang?"

Meski pada awalnya berlagak menolak, pada akhirnya Hyukjae tetap melenguh saat bibir dan tangan Donghae bermain di setiap titik sensitif tubuhnya. Hyukjae tidak malu menyuarakan kenikmatan yang diberi Donghae dengan cara mendesah dan melenguh manja.

"Quick sex saja, ya?" tanya Donghae sebelum memulai sentuhannya. "Kita ada pekerjaan setelah ini."

"Ugh ... lakukan," jawab Hyukjae tidak sabaran.

"Jadi kau bosan mendengar kata cinta dariku, tapi tidak bosan mendesah karena sentuhanku?"

Hyukjae menggeleng pasrah ketika Donghae mulai mengecupi leher dan tengkuknya, lututnya mendadak lemas karena gesekan lutut Donghae di bagian selatannya. Bagaimana mau bosan, kalau sentuhan Donghae selalu membuai dan memabukan seperti ini.

"Ngh ... Donghae. Cepat."

Tangan kanan Donghae menyingkap kaos tanpa lengan Hyukjae hingga sebatas dada, dan tangan yang lain mencoba menurunkan celana pendek ketat yang dipakai Hyukjae hingga sebatas lutut. Donghae enggan melepaskan bibirnya dari leher Hyukjae hanya untuk menelanjangi bagian bawahnya. "Tidak sabar, ya?" tanyanya menggoda.

Kini giliran Donghae yang menurunkan celana pendeknya. Tapi bibirnya tidak henti mencumbu leher Hyukjae dan bahkan kini mulai memagut bibir Hyukjae dengan sedikit kasar. Bibir merah yang selalu menjadi candu untuk Donghae.

"Ah ... terlalu dalam."

"Langsung masuk ke dalam?"

Well, tentu saja mudah bagi Donghae untuk masuk terlalu dalam karena sisa cairannya semalam tidak Hyukjae bersihkan dengan benar. Yang benar saja, Hyukjae harus berjongkok bermenit-menit di toilet hanya untuk menghabiskan cairan Donghae yang tertinggal di dalam tubuhnya.

"Ugh ... jangan terlalu cepat," desah Hyukjae keenakan. "Ah, keluarkan di luar! Aku tidak mau menampungnya lebih banyak lagi."

Permintaan Hyukjae tidak di dengar, Donghae terus saja mempercepat gerakannya dan tidak berniat membuang-buang cairannya di luar. Semua harus masuk membasahi bagian dalam tubuh Hyukjae. "Sebentar lagi, sayang. Ngh ..."

"Ah, Donghae."

"Ugh, Lee Hyukjae."

Donghae mencapai puncaknya bersamaan dengan Hyukjae, matanya terpejam menikmati sisa-sisa pelepasannya di dalam tubuh Hyukjae yang kini merosot ke bawah karena lemas. Gila, Donghae selalu saja membuatnya lemas tidak karuan.

"Sudah kubilang keluarkan di luar!" seru Hyukjae jengkel karena memikirkan berapa banyak menit atau jam yang harus ia habiskan di kamar mandi untuk mengeluarkan cairan Donghae yang ada di lubangnya. "Lihat ini, lengket!" Jari Hyukjae mangambil sisa-sisa cairan pelepasan Donghae dari bagian bawahnya dan menunjukannya pada Donghae yang masih berdiri. "Aku harus berjongkok lama di toilet hanya untuk mengeluarkan semua ini dari tubuhku."

"Apa yang kau lakukan?" tanya Donghae takjub.

"Kau membuatku mandi cairan sperma," jawab Hyukjae dengan tatapan seduktif.

Mata Donghae melotot karena Hyukjae barusan membuat bagian selatannya kembali berdenyut. Bisa benar-benar gila Donghae dibuatnya. Bagaimana tidak? Hyukjae duduk di lantai dalam keadaan mengangkang, setengah telanjang tentunya dan tiba-tiba jarinya mengambil lelehan cairan yang masih mengalir dari lubang belakangnya dengan wajah sok garang.

"Sepertinya kita tidak akan berhenti sampai seluruh apartemen ini benar-benar kotor karena cairan berdosa kita."

"Tidak, Lee Donghae."

"Ya, Lee Hyukjae. Sekarang aku ingin menyentuhmu dari belakang."

I can't stop my body from needing you...









END

BEHIND THE SCENESWhere stories live. Discover now