Beora berjalan dengan para kesatria yang selalu berada di sampingnya, begitu juga para bangsawan non-kesatria yang mulai mengerumuni mereka. Jelas saja kondisi ini membuat Mamoru terkejut. Apa dan mengapa mereka berjalan mendekatinya sekarang, pasti ini adalah ulah Veros yang dari tadi bersama mereka.
"Vanslav-sama ...."
"E ... eh?? Sa-sama?? Tu-tuan putri, Anda tidak perlu berlutut seperti itu, dan juga Anda tidak perlu memanggil saya dengan sebutan 'sama'."
"Tidak Vanslav-sama, biarkan saya melakukan ini!"
Tidak ingin membiarkan sang putri seperti itu, Mamoru juga ikut menundukan badannya.
"... Kumohon Vanslav-sama! Kumohon selamatkan Alice!"
'Alice??' nama itu terdengar begitu familiar di telinganya. Namun, mencoba untuk memahami isi perasaan sang putri dari air matanya yang keluar, Mamoru langsung mengiyakan permintaan itu.
"Baiklah, aku akan menyelamatkannya, tuan putri."
Dan kalimat itupun keluar. Semua tamu undangan dari golongan bangsawan non-kesatria mulai dipulangkan, sementara yang tertinggal adalah para kesatria, dan mereka adalah yang ter-elit di class-nya.
Tua dan muda, semua kesatria itu bercampur padu, kecuali mereka yang menjaga dinding kota maka mereka tidak akan dipanggil.
Sementara itu, Vera dan Vivic juga disarankan untuk segera pulang, tapi mereka menolaknya.
"Sekarang kita harus menyusun strategi untuk melakukan penyelamatan."
"Ehem, Martial-dono, Martell-dono, saya ingin bicara dengan ayah saya sebentar, bolehkah kami ...."
"Ah, silahkan Berthold-dono."
Kurang enak rasanya jika Mamoru pergi begitu saja tanpa mengucapkan apapun, meski sebenarnya dia hanya ingin keluar sebentar.
Akhirnya, setelah mendapat ruang tersendiri di salah satu bagian istana, Mamoru mulai mengumpulkan bawahannya.
Vera, Veros, Vivic, dan juga sias kereta, Varsel, yang berpangkat kapten, mulai menundukkan kepalanya dalam-dalam. Tentunya dengan sebuah sihir tingkat 6, [Invisible Wall] yang tidak mungkin bisa ditembus siapapun yang ada di sini, kecuali mereka sendiri.
"Bangkitlah kalian semua!"
Semuanya kecuali Veros telah bangkit dari posisi berlututnya. Melihat Veros masih melakukan hal yang sama, ketiganya mulai merasa tidak enak dan kembali berlutut dan menunduk seperti tadi.
"Pertama-tama, saya ingin meminta maaf atas kegagalan rencana saya, Yang Mulia."
"Veros, setiap rencana pasti memiliki celah, bahkan diriku pun pernah melakukan kesalahan."
"Tidak Yang Mulia, Anda tidak pernah melakukan kesalahan. Ini murni karena ketidaksempurnaan saya. Jadi Yang Mulia, tolong bunuh saya dengan tangan Anda?!"
Di dalam keadaan seperti ini, Mamoru tidak tahu harus berkata apa lagi. Perasaan bersalah mungkin telah menghancurkan kepercayaan diri bawahannya, tapi sebagai seorang pemimpin dia harus bersikap tegas untuk bisa memperbaiki itu.
"Apa-apaan sikap kalian itu?! Bukankah sudah kubilang untuk bangkit!"
Teriakan dan amarah yang Mamoru luapkan adalah kebohongan. Itu dimaksudkan agar para bawahannya, terutama Veros bisa segera bangkit dari keterpurukannya. Meskipun begitu, Veros masih saja terlihat merasa bersalah atas kegagalannya.
YOU ARE READING
VAILEA 'The Devils King Return'
AdventureIwasaki Mamoru, seorang penulis light novel hikkikomori yang harus menerima kenyataan bahwa dirinya telah terlempar ke dalam dunia ciptaannya sendiri. Terjebak di dalam tubuh karakter seorang Raja Iblis, kini Mamoru harus mengikuti kegilaan dari pa...
