Part 6

78 19 1
                                        


Malam semakin larut saat tiga siluet berlari menerobos kegelapan dengan diterangi oleh cahaya bulan purnama.

Meskipun ditemani oleh sebuah obor magic, tapi gelapnya hutan ini sangat pekat, bahkan suara-suara serangga dan makhluk-makhluk malam lainnya seakan menambah kesan mencekam dari hutan ini.

Mamoru berlari di depan, Vivic di belakang, dan seorang kesatria bertipe healer berada di antara mereka. Mereka sedang dalam usaha untuk menyelamatkan – atau lebih tepatnya sandiwara menyelamatkan seorang putri bangsawan yang diculik.

Pandangan Mamoru yang selalu lurus ke depan, terkadang ia tolehkan ke belakang – mengecek dan memastikan keselamatan dari kesatria healer, yang menjadi satu-satunya calon saksi yang mereka punya.

Sebenarnya dia lebih senang jika mendapatkan banyak saksi akan kehebatannya nanti. Akan tetapi, ketika Veros menghubunginya melalui telepati, ia mengatakan kalau satu saksi saja sudah cukup sebab yang lainnya akan dijadikan korban dari insiden ini. Sungguh sulit bagi Mamoru untuk menebak isi pikiran dari pria Iblis jenius itu. Namun, jika Veros yang berbicara demikian, maka Mamoru hanya bisa menyetujuinya karena pasti hal itu sudah dipikirkannya dengan sangat matang.

Mereka terus berlari. Sekarang, langkah mereka sudah semakin menjauh dari dinding benteng.

"Apa kau mendengarnya??"

Mamoru berhenti, begitu juga dua orang yang berada di belakangnya.

Saat ini insting Mamoru mengatakan jika energi yang dirasakannya adalah milik dari makhluk monster para Iblis.

Dan betul saja.

Ketika dia menciptakan sebuah dinding sihir yang sangat hebat, makhluk itu muncul dari atas pohon.

"GUUUUUUAAAAARRGGH!!!"

Makhluk itu menerjang dengan cepat. Namun kerasnya dinding sihir Mamoru membuat makhluk itu mundur ke belakang.

"Tetap di belakangku!"

Mamoru melihat kedua orang di belakangnya, kemudian mereka mengangguk, lalu memasang tatapan penuh kepercayaan padanya.

Mamoru kemudian melepas dinding sihirnya, lalu mulai bertarung hand to hand combat dengan makhluk tersebut.

Meskipun dia sudah menekan kekuatannya hingga dua puluh kali lipat, tetap saja kecepatannya masih luar biasa. Kecurigaan bisa saja muncul di dalam benak pria itu saat menyaksikan kecepatan ini. Menyadari hal itu, Mamoru mulai menekan kembali kekuatannya beberapa kali sehingga pria tersebut tidak akan merasa curiga lagi.

Seperti yang sudah bisa diduga. Walaupun Mamoru telah menekan kembali kekuatannya, makhluk itu tetap kerepotan menghadapinya.

"[Magic-Fire Sword.]"

Mantra dilepaskan, dan raungan api biru membakar makhluk yang mirip seperti kadal raksaksa itu. Dia menjerit, bahkan jeritannya lebih terdengar seperi suara tangisan seorang wanita tua.

Belum mampu membunuh makhluk itu dengan mantra pertama, Mamoru yang tadi meloncat ke udara segera menancapkan pedangnya hingga membuat pilar-pilar es yang begitu tajam [Magic-Ice Pilars.].

Tusukan frontal menghujam tubuh makhluk itu hingga darah mengalir dari setiap lubangnya ketika pilar-pilar itu ditarik kembali.

Suara dentuman keras terdengar saat keempat kaki dari monster itu tidak bisa lagi mampu menahan berat tubuhnya.

Meskipun pedang yang digunakannya sangat buruk kualitasnya jika dibandingkan dengan pedang milik para Iblis, terutama jika dibandingkan dengan pedang miliknya sendiri, pedang pinjaman dari Martial ini patut dipuji karena mampu menahan kerasnya cakar monster itu ketika mereka beradu.

VAILEA 'The Devils King Return'Where stories live. Discover now