Part 3

128 22 1
                                        

Agak lama sampai akhirnya pemuda yang akan menyelamatkan Alice kembali.

Di saat mereka sedang menyusun sebuah rencana penyelematan, pemuda itu pergi untuk berbicara dengan ayahnya.

Sebelumnya, Beora sedikit merasa ragu kepada pemuda itu mengingat lawan yang akan dihadapinya adalah sesuatu yang bahkan para kesatria senior pun merasa takut. Namun, mata dari pemuda itu tidak menunjukan sedikit pun keraguan, dan ini membuat semua kekhawatirannya menghilang.

Berald Canderion Berius Vanslav, pria yang sungguh menarik, dan putranya juga begitu.

Sebelum acara ini dimulai, tepatnya saat dia menemui pria tua itu, sebuah penawaran yang terdengar gila dilayangkan olehnya. "Aku akan memberikan dukungan kepada tuan putri, jika Anda bersedia menikahi putra saya" jelas saja Beora masih berpikir keras untuk menerimanya, sebab dia yakin, jika cinta itu akan tumbuh saat kedua hati sudah saling mengenal satu sama lain.

Namun, ketika dia menemui anak dari Berald Vanslav, sesuatu yang tidak terduga terjadi kepada dirinya.

Ini bukanlah sebuah lelucon, tapi fakta yang dia rasakan sendiri saat mata dari pemuda itu saling bertatapan dengannya – saat dia meminta pertolongan untuk menyelamatkan Alice. Mata hitam yang begitu eksotis, yang membuatnya luluh. Orang lain mungkin akan menyebut fenomena ini sebagai 'cinta pada pandangan pertama', tapi Beora lebih memilih untuk menyebutnya sebagai 'cinta karena takdir'.

Debaran jantungnya tidak bisa ditekan saat pemuda itu mulai berjalan mendekati mereka.

Meskipun di sini dia hanya mengamati, tapi tetap saja kehadirannya dibutuhkan.

"Baiklah White-dono, jelaskan semua rencana yang telah kita susun tadi kepada Berthold-dono."

Setelah menjelaskan semua detail rencananya, mereka semua berbaris lalu menghadap kepada sang putri. Sikap kikuk, dan di sisi lain terkesan polos yang ditunjukkan pemuda itu, telah banyak membuat Beora merasa bahwa sosok itu lucu dan menarik.

Suara "doki, doki" semakin kencang di dadanya saat pemuda itu menghampirinya.

"Saya berjanji akan membebaskan Alice-san, tuan putri."

Beora yang dirundung perasaan gugup segera menjawab, "Mm ... ehem, ba-baiklah, aku doakan semoga para Dewa di Surga selalu menyertaimu, Vanslav-sama."

Dan ketika dia telah selesai memberikan doa, suara decak lidah terdengar.

"Anda kenapa, Berald-dono?"

"Maafkan saya tuan putri. Ada serangga yang masuk ke mulut saya tadi."

Setelah semua kelengkapan telah disiapkan, para kesatria siap untuk menuju ke medan tempur.

Menurut seorang kesatria berkelas hunter, yang memiliki skill tracking, si penculik masih berada di luar Ibukota, tepatnya di dalam hutan di atas Bukit Amon yang berada di belakang istana.

Walaupun berada di belakang istana, tapi Bukit Amon sangatlah luas, dan bahkan mungkin jauh lebih luas dari Ibukota itu sendiri. Oleh sebab itu, di sana tidak seluruhnya dipagari dengan dinding, selain karena medannya yang begitu sulit, ada beberapa makhluk demihuman yang hidup di sana.

"Apakah Anda serius ingin ikut sampai ke benteng barat, tuan putri?"

"Aku akan memastikan seluruh kesatria berangkat dengan restu penuh dariku, jadi aku tetap harus ikut."

"Sebenarnya saya lebih setuju jika tuan putri tetap berada di–"

Ketika White ingin mengeluarkan pendapatnya, mata Beora yang melotot menghentikan mulutnya.

VAILEA 'The Devils King Return'Where stories live. Discover now