Part 7

95 21 7
                                        


Di sebuah tempat di dalam hutan yang tidak terlalu jauh dari Ibukota, suara batu bergeser, jatuh, dan bertubrukkan dengan tanah memecah keheningan malam.

Batu-batu itu melayang, kemudian menyatu menjadi satu dengan bebatuan lainnya membentuk sebongkah batu yang jauh lebih besar dalam berbagai bentuk.

Seorang pria dan wanita muda berada di sana.

Pria itu sekarang sedang membangun sebuah altar dengan sihirnya. Menggunakan magic elemen tanah tingkat 5, kini bongkahan batu yang disusunanya seperti mainan balok nyaris selesai.

Sementara itu, wanita itu tidak terlihat bergerak sedikit pun. Dia pingsan, dan posisi dari tubuhnya yang terbaring kaku, seolah menegaskan kalau perempuan itu sedang tertidur dengan pulas.

"Cih, wanita sialan, hampir saja dia membuat dirinya sendiri mati."

Pria itu, Berus, kemudian mendengus kesal sambil menatapi tubuh wanita tersebut.

"Sedikit lagi."

Batu terakhir telah disusun.

Sekarang, altar untuk ritual penanaman Tweleve yang akan dilakukannya telah jadi. Meskipun dia telah gagal saat menculik sang putri, tapi Beerus yakin kalau tuannya tidak akan mempermasalahkan hal ini jika dia berhasil menanam Tweleve di dalam tubuh gadis itu. kini, semangat Berus kembali menggelora untuk menebus kesalahannya, meskipun kegagalan itu bukanlah murni kesalahannya sendiri.

Sementara itu, aura yang samar mulai mendekatinya. Aura ini begitu tenang dan jahat, serta memiliki kepekatan yang sangat menusuk hingga ke tulang-tulang.

Si pemilik aura ini adalah Ophelia, Wakil Komandan Divisi 0 yang berada di bawah kepemimpinan Ellius, sang Raja Iblis sendiri. Secara kekuatan tempur, wanita ini berada di atas beberapa komandan Iblis lainnya, termaksud dirinya sendiri. Memiliki class seorang assasin, dalam sebuah duel yang dilakukan 200 tahun yang lalu Ophelia bahkan mampu mengalahkan Vivic, komandannya sendiri, dalam duel hand to hand combat. Walaupun duel tersebut dianggap tidak adil karena Vivic memiliki class druid, tapi kemampuan bertarung tangan kosong dan berpedang Vivic merupakan yang terhebat di antara mereka saat itu – sebelum dia dikalahkan oleh Ophelia.

Divisi 0 adalah yang ter-elit di dalam kemiliteran Bangsa Iblis. Walaupun isinya hanya wanita saja, tapi soal kekuatan, divisi tersebut tidak perlu dipertanyakan lagi kemampuannya.

Sementara itu bagi Berus – Komandan Divisi 4 yang berada di bawah kepemimpinan Veros ini – dia tidak menyangka kalau Ophelia akan menjadi partnernya dalam misi ini. Ophelia adalah pilihan terbaik untuk misi ini. Namun, mengapa harus dia?? Bukankah ada komandan lain, yang mungkin tidak sehabat Ophelia, tapi memiliki kemampuan yang hampir setara?? Selain itu, Ophelia bukanlah seorang komandan, tapi wakil komandan.

Ophelia kemudian duduk di atas batu raksaksa yang berdiri tegak. Wajah dari wanita itu terlalu suram untuk ditatapinya.

Kecanggungan terjadi di antara keduanya. Ini mungkin sulit untuk dilukiskan dengan kata-kata, tapi di dalam hatinya Berus sungguh tidak suka dengan keadaan ini. Inilah salah satu hal yang paling dibenci Berus dari wanita tersebut.

"Bisakah kau tersenyum bahkan hanya untuk sekali!?"

Ophelia hanya melihat ke arah Berus yang ada di bawahnya. Berus tahu seberapa berbahayanya jika memulai pertarungan dengan wanita itu, tapi tidak bisa dipungkiri, selain karena sikap dingin Ophelia, sebetulnya ada persaingan tersendiri di antara kedua divisi mereka untuk menjadi yang terbaik selama ratusan tahun, bahkan persaingan itu tetap ada hingga sekarang.

VAILEA 'The Devils King Return'Where stories live. Discover now