Blood Crimson

149 36 29
                                    

"Serigala!!!" Teriakan Ayah langsung membuat semua pemburu di Alvant siaga. Beberapa pemburu berniat menahan laju kawanan serigala, dengan crossbow dan panah beberapa serigala berhasil tumbang.

Namun, jumlah serigala yang tak terbendung langsung menyapu bersih para pemburu yang menyerangnya.

Pertempuran tak terhindarkan. Serigala-serigala itu mendobrak pintu dan menyerang masuk ke dalam rumah-rumah.

Taring Woofang dengan gampangnya memutus semua kepala pemburu yang bertemu dengannya.

Serangan kejutan itu langsung menyapu habis semua penduduk Alvant yang ada di dekat pintu gerbang.

Keluarga Geth dan Keluarga pemburu yang ada jauh di belakang mempunyai waktu untuk mempersiapkan diri.
Mereka membangun barikade-barikade dari perabotan rumah yang dilempar keluar.

Mereka kemudian membakar perabotan-perabotan kayu itu. Membuat dinding api yang membagi desa.
Semua pintu rumah dikunci. Mereka memanjat atap dan mulai menembaki para serigala dari atas sana.

Ayah mengayunkan kapaknya. Dua ekor serigala yang berniat menerkamnya langsung kehilangan nyawa.

Salah satu serigala itu mendobrak masuk ke rumah. Ruby tanpa rasa takut menerjang serigala itu. Menghentikannya melompat ke arah Nenek.
Dengan sekali putaran, leher serigala itu pun terputar menghilangkan nyawanya.

Ayah yang melihat ada serigala berhasil masuk ke rumah pun berlari kembali ke dalam. "Hah.. hah... Kalian tidak apa-apa?" Keringat bercucuran dan baju tipisnya sudah basah menempel di kulit pria itu.

"Apa yang terjadi sayang!?" Ibu panik. Keringat dingin mengucur dari wajahnya. Nenek pun mengumpulkan kekuatan untuk berdiri. Meski kedua kakinya telah lemah dan bergetar.

"Serigala! Cepat kalian harus pergi ke daerah belakang! Berlindung ke rumah Keluarga Geth!" Ayah berteriak sambil berdiri di depan pintu. Mencoba melindungi rumah.

Ibu dan Nenek mengangguk. Ibu segera membantu Nenek berjalan dan mereka keluar dari pintu belakang.
"Ruby ikut Ayah!" Ruby pergi ke kamarnya dan mengambil kapaknya.
Di antara semua pemburu di Alvant, hanya Ruby yang cukup kuat untuk memakai kapak besar miliknya itu. Dan yang mengetahui itu hanya Sang Ayah.

"Ruby!!!" Ayah menurunkan kapaknya dan memegang pundak putrinya. "Kau juga ikut Ibu dan Nenek ke daerah belakang! Disana aman! Mereka sudah membangun barikade penghalang!

"Tapi Ruby juga seorang pemburu! Dan Ruby telah dewasa! Ruby ingin melindungi Alvant! Ruby ingin melindungi Ayah, Ibu dan Nenek!" Ruby menggeleng membantah. Suaranya sama tingginya dengan Sang Ayah yang sudah terlalu panik.

"Graaa!!!" Seekor serigala masuk ke rumah. "Bruak!!!" Dengan sekali ayunan kapak besarnya, Ruby berhasil meremukkan dan menewaskan serigala itu seketika.

"Serahkan urusan disini kepada Ayah! Kau pergi lindungi Ibu dan Nenek! Kita tidak tahu akan berapa lama barikade itu akan bertahan!" Ayah mencengkram bahu Ruby kuat.

"Tapi...." Ruby menolaknya. Wajahnya murung. Khawatir meninggalkan Sang Ayah.

Ayah pun memeluk Ruby. Mendekap erat. Sangat kuat. Bibir pecahnya mencium pipi Ruby. "Ayah bisa menjaga diri. Tapi Ibu dan Nenek.... Mereka perlu kita lindungi. Ayah akan melindungi mereka dari sini. Ruby... Ayah mohon kau lindungi mereka dari sana."

Air mata menetes dari bola matanya yang hijau berkilau. Gadis itu terisak sedikit menarik nafas. Meski berat akhirnya dia mengangguk dan menyetujui perintah Sang Ayah.

Ruby pun keluar dari pintu belakang. Sebelum melanjutkan langkah, dia sempat kembali menoleh ke belakang. Ayah mengangguk kecil, tudung merah ia naikkan menutupi rambut emasnya dari derasnya salju. Dia berlari menuju barikade api. Menyusul Ibu dan Nenek.

The Wolf Is ComingWhere stories live. Discover now