Hitamnya Kematian

105 27 10
                                    

"Ja.. Jadi wanita tadi menjebakku?!" Alis Ruby mengkerut. Mata hijaunya bergeser memandang mayat raksasa yang terbaring.
"Lalu sekarang kita harus apa?" Tanya Ruby.

"Yang jelas kita tidak bisa menyembunyikan  mayatnya! Mereka bisa merasakan jika ada anggota mereka yang mati!" Hans mulai mengisi kembali anak panah ke crossbownya.

"Hanya ada dua pilihan... Mereka menemukan kita lalu meluapkan amarah mereka ke kita. Atau kita bersembunyi dan mereka akan menyerang desa." Ceklek. Suara anak panah sudah siap.

Ruby pun kembali menarik kapak besarnya dari punggung. "Kalau begitu hanya ada satu pilihan!"

"Hmph!" Hans tertawa sedikit. "Sepertinya menyelamatkanmu bukan sebuah kesalahan!" Hans lalu memutar badan. Berkeliling melihat sekeliling. Ruby dan Nina juga ikut memantau.

Dum! Dum! Suara langkah kaki raksasa mulai terasa menggetarkan bumi.
Dum! Dum! Satu, dua, getaran dan suara dentuman itu semakin nyaring. Datang dari berbagai penjuru.

Lima raksasa bertanduk satu datang berkumpul. Mereka menundukkan kepala menatap anggotanya yang telah tak bernyawa.
"Hans..." Ruby berbisik. Hans pun mengangguk.

Hans mulai membidik. Anak panah tepat mengarah ke kepala raksasa.
Bruk.... Salah satu raksasa itu duduk. Tubuhnya yang paling kecil di antara mereka berlima.

Raksasa kecil itu mulai mengambil tanah dengan telapak tangannya. Menaburi butiran-butiran itu ke atas tubuh raksasa yang telah tewas. Tubuhnya sedikit bergidik. Mata satu itu terpejam menahan air mata sambil terus berupaya mengubur mayat yang ada di depannya.

Huuuhhhh... Hans menghembuskan nafas panjang. Crossbownya pun menurun tak lagi membidik.
Sial... Gumam Hans dalam hati.

Dum! Dum! Dum! Raksasa-raksasa itu mulai berlarian di tempat. Memukul-mukul dada. Wajahnya bengis penuh nafsu membunuh. Raksasa kecil yang terduduk itu pun berdiri, ikut memukul-mukul dada bersama mereka.

"Mereka mau apa!?" Ruby berbicara pelan. Dum... Dum... Mereka mulai berlari. Tanah bergetar, dedaunan rontok mengikuti langkah mereka.
"Mereka menuju ke arah desa!" Teriak Hans.

"Aku akan menghentikan mereka!" Ruby memacu langkah, segera berlari menyusul.
"Hei Ruby tunggu!"

"Woi!!!" Ruby berteriak memanggil. Memancing pandangan raksasa-raksasa itu ke arahnya.
Kapak besar dengan noda darah yang masih melekat dan berbau segar di angkat tinggi. "Aku yang membunuh anggota kalian!"

Buk! Buk! Mereka memukul-mukul dada. Berbalik arah menyerang Ruby.
"Ya! Sini! Aku yang membunuhnya!" Ruby berlari ke balik pohon. Memancing raksasa-raksasa itu menuju lebih dalam ke hutan. Kembali masuk mendekati mayat anggota mereka.

DUM!!! Bunyi hantaman keras balok kayu dengan tanah. Mereka melempari Ruby dengan balok-balok kayu dan bebatuan besar. Namun, Ruby yang melompat-lompat lincah di antara pohon hanya merasakan anginnya yang lewat.

Buak!!! Salah satu raksasa itu terjatuh. Tangan besar menjejal menangkap kakinya.

Dug! Dug! Tiba-tiba mayat raksasa yang telah terbaring itu bangkit. Dengan kepalanya yang pecah dia menduduki anggotanya yang terjatuh dan mulai melayangkan pukulan membabi buta.

Keempat raksasa-raksasa lainnya pun terkejut dan menghentikan langkah mengejar Ruby.
Mereka semua berbalik arah menuju arah suara pukulan membabi buta.

Terlambat. Raksasa itu telah tewas oleh pukulan bertubi-tubi yang dilayangkan kepadanya.

Kulit kuning dari tubuh tanpa kepala itu perlahan menghitam. Otot-otot kuat mayat raksasa itu mulai membesar.

Raksasa-raksasa itu terdiam. Kaki mereka mulai melangkah mundur. Wajah mereka terlihat bingung dan takut bercampur. Tapi tidak untuk raksasa terkecil.

Wajahnya terlihat berbeda. Matanya terbuka lebar dan pupilnya membesar seperti kucing. Perlahan mendekat seolah ingin memeluk mayat yang telah kembali hidup itu.

Buak!!! Tanpa ampun dan peringatan, mayat raksasa itu melayangkan pukulan keras yang melempar raksasa kecil itu. Tiga pohon telah tumbang mencoba menahan tubuhnya yang melayang.

Dum! Dum! Dedauan mulai berjatuhan kembali ketika ia mengangkat kaki. Mayat itu berlari ke arah raksasa kecil yang telah terluka hingga kesulitan untuk berdiri.

Wusshh... Sebuah anak panah melesat membelah angin. Tepat mengenai kaki mayat hidup raksasa itu. Namun, lubang kecil itu tak berbuat apa-apa. Luka besar kapak Ruby juga masih terlihat terbuka lebar dan juga sama sekali tidak mengganggu pergerakannya.

Buk! Mayat raksasa itu kembali melayangkan pukulan. Ruby tepat mendarat di depannya menghalangi dengan kapaknya.
Tenaga yang begitu kuat juga langsung melayangkan tubuh gadis itu ke belakang. Menabrak tubuh raksasa kecil.

Beberapa tulangnya langsung patah. "Ruby!!!" Hans berteriak sambil berlari ke arah Ruby.
"Kakak!!!" Nina juga ikut menyusul Hans, meski jauh tertinggal di belakang.

Tapi, semua luka Ruby langsung sirna ketika ia menyentuh darah yang tercecer dari raksasa kecil di belakangnya.
Tak berpikir panjang Ruby pun langsung berdiri kembali dan menerjang mayat raksasa yang ada di depannya.

Wusshh... Anak panah kembali melesat menancap di siku mayat raksasa. Namun kali ini seutas tali telah terikat di belakangnya. Hans pun segera mengikat tali itu ke pohon pinus di sebelahnya.

Mayat raksasa yang hendak melayangkan pukulannya pun terhambat. Ruby  melompat tinggi. Dengan kapak yang erat digenggam, tubuhnya berputar seperti gasing. Crak! Crak! Crak! Bertubi-tubi kapak itu menghantam.

Bug!!! Dengan tangan satunya yang masih terbebas, mayat raksasa itu melayangkan pukulan yang kembali melayangkan Ruby.

Wusshh... Anak panah dengan seutas tali di belakangnya kembali melesat mengenai siku. Tidak ada pohon yang ada di dekatnya memaksa Hans memacu seluruh otot tubuhnya menahan tangan mayat raksasa.

Beberapa tulang Ruby kembali patah. Leher gadis itu bengkok dan hidungnya remuk. Kapak di tangan kanannya di angkat, tangan kirinya menggapai dan menyerap darah mayat raksasa yang beberkas di kapaknya. Sekali lagi luka-lukanya sembuh seketika.

"Eghhhh!!!!" Hans sekuat tenaga menahan. Pohon pinus yang terikat tali membantunya menahan mayat raksasa itu juga mulai terangkat dari akarnya.

Ruby melempar kapaknya tepat mengenai dada monster di hadapannya. "Haaahhh!!!!!" Tudung merahnya tertiup ke belakang. Ruby berlari kencang dan melompat menendang kapaknya yang tertancap.

Crak!!! Dada mayat raksasa itu pun terbelah dua, terpisah dari perutnya. "Ugh!" Ruby terjatuh ke tanah diikuti Hans.

Mayat hidup itu pun lalu tumbang kehilangan tenaga yang menopangnya. Asap hitam keluar dari pori-pori kulitnya. Kulit yang telah menghitam itu perlahan kembali kuning.

Seekor ular keluar dari dadanya yang telah terpisah. Ular kecil yang dari tadi melilit di jantungnya pergi merayap menghilang ke semak-semak.

"Hah.... Hah... Hah..." Nafas Ruby terengah-engah. Mencoba mengambil kembali nafas yang hilang sebanyak-banyaknya.

Dum... Dum... Para raksasa-raksasa yang dari tadi terdiam mulai berjalan mendekati Ruby.

The Wolf Is ComingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang