Demonangel

143 25 21
                                    

Knock... Knock...

Pintu kayu yang sudah kopong-kopong itu berbunyi menggangu di pagi hari. Rongga-rongga di dalamnya sehabis dimakan rayap membuat suara ketukan itu bergema semakin nyaring.

Knock... Knock... "Mr. Hans! Mr. Hans!" Suara anak laki-laki cempreng menusuk telinga.

"Eghh...." Hans dengan berat membuka mata.
Ruby dan Nina yang tidur berpelukan berdua juga ikut bangun. Mengusap matanya yang sangat lengket.

Knock... Knock... "Mr. Hans!!!"
Blam! Hans membanting pintunya. "Ada apa!" Suara seraknya sedikit terputus. Tenggorokannya kering belum sempat terisi air.

"Mr. Hans! Cepatlah ke Vahniir!!!" Anak lelaki itu kotor penuh debu. Kakinya yang tak beralas penuh luka gores selagi dilekati lumpur.
"Gawat! Gawat! Gawat! Keadaan gawat sekali!" Anak lelaki berambut coklat itu menghentakkan kakinya di depan pintu. Lumpur-lumpur yang lengket masuk ke dalam gubuk menyiramkan minyak ke api emosi Hans.

"Ada apa memangnya!" Hans menyapu wajahnya.
"Gawat! Ksatria-ksatria kerajaan sudah berkumpul disana! Keluarga saya sudah selamat dan saya diminta mengabari anda Mr! Pokoknya cepat segera ke Vahniir!!!"

"Ada apa!?" Ruby berdiri di belakang Hans. Sedangkan Nina lebih memilih untuk tidur lebih lama lagi.
"Vahniir telah diserang!!!" Anak itu berteriak.

Kelopak mata Hans dan Ruby pun segar seketika. Tidak ada lagi buram yang menghalangi pandangan.

Ruby dan Hans pun segera melengkapi diri. Crossbow dan kapak diambil dari tidurnya. "Nina!" Hans berteriak memanggil rakun kecil itu.
"Eghnnnhnmmm...." Ekor itu mengibas lemas.

Di Vahniir

"A... Apa yang terjadi disini?" Ksatria-ksatria berbaju baja itu terdiam di tempat. Menatap bangunan-bangunan yang telah rata dengan tanah. Mayat-mayat manusia jatuh tak berharga, membanjiri daratan dengan darahnya.

Beberapa penduduk yang masih selamat ikut di belakang mereka. Mereka-mereka yang berhasil kabur meninggalkan harta bendanya diberikan kesempatan untuk bisa lebih lama bernafas, dibanding rekan-rekan mereka yang saat ini tak bernyawa.

"Cari siapapun yang masih hidup!" Pimpinan ksatria itu memberi komando dari atas kudanya. Pemuda tampan berambut pirang. Tubuhnya tegap meski sebuah pedang besar melekat di punggungnya. Matanya hijau seperti dedaunan yang sedang mekar saat ini.

"Siap!" Ksatria-ksatria itu pun berpisah, berpencar mengelilingi reruntuhan.

"Semua sudah aman. Untuk sementara kalian bisa pergi ke Ibu Kota. Raja akan menampung kalian." Pemimpin ksatria itu pun menuruni kudanya. Mengikat kuda coklat itu di dekat reruntuhan yang ada di sebelahnya.

Seorang gadis muda berambut coklat, salah satu penduduk yang selamat menghampirinya. "Terima kasih pangeran...  Terima kasih...." Dia duduk dan mulai memeluk kaki pemuda tampan itu.

"Ah.... Aku bukan pangeran. Hanya ksatria biasa..." Pemuda itu mendorong pelan agar Sang Gadis melepaskan kakinya.

"Rucard!" Teriak gadis berpakaian biarawati yang datang menunggangi kudanya.

(Uhuk... Rucard. Taukan Rucard terinspirasi dari siapa?) 👌😊.

"Kau menyuruh anak buahmu untuk kerja sedangkan kau sendiri bermesraan dengan gadis yang sedang putus asa!?" Gadis biarawati itu turun dari kudanya. Rambutnya coklat, pendek sebahu.

"Angel..." Gumam Rucard.

Gadis biarawati bernama Angel itu pun mengangkat tangannya. Membisikkan sebuah kata yang tak mampu dibawa oleh angin untuk sampai terdengar. Tangannya bersinar putih, hangat cahaya itu kemudian menerpa halus para penduduk yang masih selamat.

The Wolf Is ComingWhere stories live. Discover now