My sword or your axe

107 9 8
                                    

Ruby terbangun dari tidurnya. Sinar matahari pagi dari tadi terus mengelus pipinya, perlahan membuatnya merah merona, seperti daging yang direbus.

Baru ini dia benar-benar merasakan hangatnya sinar itu. Musim dingin terakhir terasa sangat panjang. Mungkin memang karena Alvant yang berada di pegunungan tetap terasa dingin, meski di musim panas sekalipun. Berbeda dengan panasnya dan padatnya Ibu Kota.

Di samping kasurnya terdapat secangkir teh yang masih hangat, terlihat dari uapnya yang kasat mata. Roti daging juga sudah siap di samping cangkir itu. Sebuah note yang ditinggalkan Angel terselip di bawahnya.

"Ini sarapan, tidak perlu malu-malu."

Berhubung perutnya sudah berbunyi Ruby pun segera menghabiskannya. Sambil menyantap makanan ia melihat sekeliling. Kamarnya berada sekarang adalah kamar salah satu anggota kerajaan, yang menurut Angel sudah lama tidak ditempati.

Cling! Cling!
Dari luar jendela terdengar bunyi pedang yang saling beradu ketajaman. Ruby pin mengintip dan melihat kalau suara ribut itu datang dari para ksatria-ksatria kerajaan yang sedang berlatih.

Wajah mereka semua tidak asing. Mereka adalah para ksatria pasukan sebelas yang berada di bawah komando Rucard. Rucard sendiri, Sang Kapten juga ada disana. Mengarani para anak buahnya berlatih.

Angel duduk di tepi sambil mengemil roti daging yang sama dengan roti yang sekarang dimakan Ruby. Sebuah pergerakan kecil dari Ruby yang membuka tirai seketika menarik perhatian Rucard.

Mereka berdua saling bertatapan untuk beberapa detik sebelum akhirnya Rucard membuang wajahnya.
"Ruby!!!" Teriak Angel sambil melambaikan tangan. Dia mengayunkan telapak tangannya, mengajak Ruby untuk turun kesana, bersama menyantap makanan.

"Ayo ayunkan pedang kalian lebih keras lagi!" Teriak Rucard. Para ksatria-ksatria bawahannya sudah basah keringat, seolah-olah barusan terjadi hujan. Padahal mentari sedang senang-senangnya.

Ketika Ruby turun dan duduk di sebelah Angel, para ksatria-ksatria itu sedikit terpaku. Menghentikan gerakan menebas mereka sesaat, dengan bola mata yang mengikuti kemana Ruby berjalan.

"Kalian lihat apa! Cepat habis ini lari keliling kota tiga putaran!" Seru Rucard kesal melihat mereka semua. Lelaki itu bingung, apa yang membuat para ksatria bawahannya itu terpaku. Padahal biasanya mereka adalah para pria yang bisa diandalkan. Para ksatria yang selalu fokus terhadap misinya.

Tch! Memangnya dia secantik itu?
Guman Rucard.

"Hai Ruby, bagaimana malam dan sarapanmu?" Tanya Angel sambil mengunyah daging. Sekitaran pipinya penuh remah roti.

Ruby tersenyum dan mengangguk. "Itu adalah kasur terempuk yang pernah kutiduri."
"Hahaha! Masa?" Angel sedikit tersedak mendengar jawaban gadis pirang di sebelahnya ini. Namun ia langsung kembali diam ketika ia melihat raut wajah Ruby yang masih sedikit merenung tak bersemangat.

Kau gadis yang kuat ya Ruby.
Ucap Angel dalam hati.

"Habis ini apa?" Tanya Ruby.
"Hmm maksudnya?"
"Apa yang harus kulakukan?"

Angel diam sejenak menatap bola mata hijau di depannya. Mata itu sedikit pucat tanpa cahaya dan tujuan. "Kenapa kamu tidak bersantai sejenak disini? Jalan-jalan melihat baju dan pernak-pernik? Disini Ibu Kota lo!? Semua pakaian modis impian gadis-gadis ada disini!?" Seru Angel dengan semangat, mencoba agar semangatnya bisa menular ke Ruby.

"Aku ingin ikut kalian! Aku ingin menumpas serigala-serigala itu!" Semangat Angel memang mengalir. Namun dicerna dalam bentuk yang berbeda oleh Ruby.

Rucard yang mendengar percakapan itu pun berbalik arah. Sekali lagi mata Rucard dan Ruby beradu tatap. "Apa yang bisa kau lakukan memangnya? Kami ini ksatria, bertarung sudah seperti bernafas bagi kami. Kau hanya akan jadi beban!"

Angel pun kesal mendengar kata-kata Sang Kakak. Sebelum ia berdiri hendak memarahi Rucard, Ruby sudah terlebih dahulu berdiri dan maju melangkah.
"Aku bukan beban!" Seru Ruby.

Pertarungan tatapan antara komandan pasukan mereka dan Ruby membuat para ksatria-ksatria menghentikan latihannya.

"Kalau begitu buktikan dirimu!" Balas Rucard. Kepalanya memiring menyuruh salah satu ksatrianya untuk mendekat.
"Bertarunglah dengannya! Buktikan kalau kau memang bukan beban!"

"Kak!" Angel berdiri hendak menyela, namun Ruby mengangkat tangan dan menghentikannya.

"Pertarungan seperti apa?" Tanya Ruby tenang.

"Siapkan pedangmu! Jangan mengalah! Kalau kau mengalah, kau tahu sendiri akibatnya!" Perintah Rucard kepada ksatrianya. Ksatria itu pun hanya bisa mengangguk dan menelah ludah.

"Tunjukkan padaku bagaimana kau menggunakan senjata. Aku tidak ingin membawa gadis tidak berguna yang hanya akan memperlambat saja!" Seru Rucard sambil mempersilahkan Ruby memilih pedang di rak yang ada di barak itu.

"Aku punya senjata sendiri." Ruby pun pergi mengambil kapaknya.
Ketika ia kembali semua orang disana terkejut. Bagaimana mungkin gadis itu bisa mengangkat kapak yang bahkan ukurannya lebih besar dari tubuhnya? Begitulah pikir mereka semua.

"Saya tidak yakin akan melawan seorang gadis Pak...." Ucap ksatria yang sudah bersiap diri dengan pedang mengacung.

"Kau membantahku!?"
Mendapat tatapan tajam dari Rucard membuat ksatria itu berkeringat dingin.
"Tidak apa, majulah!" Seru Ruby.

Ksatria itu pun berlari menerjang. Tangannya mengayun ke belakang bersiap menebaskan pedang.

Namun reaksi Ruby lebih cepat. Ruby menjatuhkan kapaknya ke tanah, dengan kedua tangannya yang bebas dia menghalau laju tangan ksatria yang berniat menebasnya secara vertikal.

Licin seperti ular, tangan Ruby kemudian langsung bergerak mengait dan mengapit kedua tangan ksatria itu di pinggangnya.

Disusul sebuah tendangan lutut dilancarkan Ruby ke arah perut ksatria itu.
Buk!
Baju pelindung ksatria itu pun langsung pecah. Pedang yang dipegang ksatria itu pun terjatuh diikuti badannya, memeluk lantai menahan sakit.

Tch!
Rucard kemudian maju ke depan menghunuskan pedangnya.
"Angel! Rawat dia!" Tunjuk Rucard ke arah anak buahnya yang sekarang terkapar di tanah.

Ksatria-ksatria yang lain pun segera menarik tubuh ksatria itu ke tepi. Angel langsung melafalkan mantera penyembuh dan mengarahkannya ke perut ksatria itu.

"Tidak buruk! Sekarang hadapi aku! Jangan kau kira aku akan ragu-ragu seperti mereka!" Pedang Rucard berkilau terkena matahari yang sudah naik di atas kepala.

Ruby pun mengangguk dan mengambil kapaknya. Kapak itu berputar sebentar di tangannya sebelum mendarat dengan posisi kuat di kuda-kudanya Ruby.

Adu tatapan kembali terjadi. Beberapa detik berlalu. Angel dan para ksatria di tepi menahan nafasnya. Menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya.

Rucard memutar pedangnya, pantulan sinar matahari di pedang itu tepat mengenai wajah Ruby. Ruby pun mengangkay tangan, menutupi dan memejamkan matanya.

Sata itu juga Rucard melompat menerjang. Ketika Ruby membuka mata Rucard sudah berada di langit, bersiap menebaskan pedangnya.

Dalam sepersekian detik Ruby pun mengayunkan kapaknya. Hantaman ujung kapak itu menghantam laju pedang Rucard. Membuat rute tebasan Rucard meleset.

Buk!
Pedang besar Rucard menghantam tanah. Angin kencang berhembus. Saking kuatnya tenanga tebasan itu, sampai-sampai tanah di sekitarnya sedikit masuk ke dalam.

Ruby pun melompat dan menaiki pedang Rucard yang sedang tertancap.

Wush!
Ruby melancangkan sebuah tendangan. Namun Rucard mampu mehindarinya dengan memiringkan badan.

Cklak!
Dengan kekuatannya, Rucard menarik pedangnya dari tanah sekaligus melempar Ruby yang masih berdiri di atasnya.

Ruby berputar di udara dan mengayunkan kapaknya, Rucard pun membalasnya. Hantaman kapak dan pedang mereka membawa angin ribut yang menggetarkan jendela-jendela di sekitar. Rak penuh berisi pedang bergoyang dan berjatuhan.






You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Aug 24, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

The Wolf Is ComingWhere stories live. Discover now