Kesamarataan

9.4K 1.2K 298
                                    

Ben menghabiskan waktu jeda kelasnya di kantin luar kampus. Memang tempat kuliahnya ini punya dua kafetaria. Bagian luar khusus jajanan murah meriah tapi bisa mengenyangkan perut. Disini juga bebas merokok dan berisik tanpa harus ada yang merasa tergangggu.

Menunggu teman-temannya selesai dengan mata kuliah mereka, Ben memilih makan lebih dulu.

Sejak kemarin hubungannya dengan Reuben berhenti, dia belum lagi menghubunginya. Ada rasa canggung yang semula bisa saling mengobrol dalam dan sekarang harus berusaha menjaga pembicaraan agar tidak saling mengganggu privasi.

"Ente udah dari tadi disini?" Jamal muncul lebih dulu.

"Setengah jam, lo abis ini masih ada kelas?"

Jamal menggeleng. "Mau ke Timur bayar utang." Sambil mengangkat tangan dia berteriak. "Es teh satu!"

"Gila utang dari kapan tau baru mau dibayar sekarang?"

"Baru ada duitnya sekarang, ana kemarin dikasih bonus sama Abi." Ujar Jamal sembari menunjukkan wajah cerah.

"Bayarin bakso malang gue kalo gitu." Ben masih menyukai makan tersebut. Walaupun rasa yang disini tidak seenak dengan yang di dekat sekolah.

"Ente udah banyak duit juga."

Sesungguhnya Ben bisa juga membeli bakso malang itu sekaligus dengan gerobaknya ditambah dengan es teh manis pesanan Jamal, serta pesanan mahasiswa lain yang sedang makan siang ini.

Tidak lama Parsa muncul dengan setumpuk kertas di tangannya. Berbanding terbalik dengan ekspresi bahagia Jamal, dia malah terlihat murung seperti orang yang terkena cobaan hidup.

"Ane tau, ente ditolak sama cewek yang waktu itu live Instagram bareng, kan?" Tebak Jamal.

"Kok tau sih lo?"

Jamal sudah tidak heran. "Bulan ini udah berapa kali ente ditolak?"

Tidak terhitung, karena dalam seminggu saja Parsa bisa menyatakan cinta ke beberapa perempuan.

"Heran gue, kita udah sering jalan bareng, terus makan sering gue bayarin, nonton apalagi. Gue juga pernah ngasih dia dress, kurang apalagi?"

"Kurang ganteng." Celetuk Ben.

"Tuh denger! Makanya jangan sok kecakepan, lah! Muka pas-pasan cenderung jelek aja ngaku mirip Adipati."

Derita orang yang punya paras tidak seberapa tapi merasa dirinya bisa menarik banyak perempuan. Kadang pria seperti ini harus sering diberi pencerahan dan diberikan cermin, agar dia tau untuk tidak mencari pasangan yang muluk-muluk.

Segala ingin mencari yang model Maudy Ayunda, dapat yang seperti Elly Sugigi saja semestinya sudah harus disyukuri.

"Aila udah ngabarin ente?" Tanya Jamal pada Ben.

Ads kerutan di dahi Ben ketika mendengarnya. "Ngabarin apaan?"

"Dia gak ngasih tau lo?" Parsa menambahi.

"Lusa lalu dia pamit ke kita mau pindah ke luar kota, ikut orang tuanya dinas." Jelas Jamal.

Aneh sekali bahwa Aila tidak memberitaunya. Biasanya dia akan mengabari jika sedang melakukan sesuatu, tidak sering hanya jika ada kabar penting saja.

Namun kali ini dia pergi seakan tidak ingin dihalangi. Menghilang begitu saja, keluar dari kehidupan Ben.

"Dia kok gak ngasih tau gue?" Ben mencoba untuk menghubunginya. "Nomernya gak aktif."

Candala [2]Where stories live. Discover now