Chapter 24

19.9K 906 28
                                    

Alhamdulillah acara akad Adya berlangsung lancar dan hikmat. Ada insiden kecil pada saat sungkeman, Adya keukeuh harus sungkeman dengan Bunda Ai sementara Mami menolak mentah-mentah untuk bergeser dari kursinya. Menurut Mami, hanya Mami lah yang berhak ada di saat sakral seperti itu.

"Sudah Adya, Bunda gak masalah kok kalau tidak ada sungkeman ke Bunda. Kan memang Mami kandung Adya masih ada, jadi Mami yang lebih berhak."

"Tapi, Bun.. Adya mau sungkeman sama Bunda.." kata Adya sambil terisak.

"Ya sudah, biar nanti sungkem sama Bunda terakhir ya... Di kursi Mama.. Ini acara bahagia Adya, Adya gak boleh sedih.." usul Mama mertua Adya dengan penuh pengertian.

Mama mertua Adya memang lebih banyak ngobrol dengan Bunda, sejak awal sudah tahu watak Mami berdasarkan cerita Adya. Akhirnya acara sungkeman berlangsung dengan cukup baik. Adya beruntung memiliki keluarga suami yang pengertian sekali dengan keadaan keluarga Adya.

"Saya rasa nanti saya juga akan menangis saat sungkeman sama Ibu nanti.." ujar Heru tiba-tiba.

"Banyak dosa ya, Mas?" Ledekku.

"Hehehe... Iya, terutama dosa karena membuat Ibu menunggu lama untuk memiliki menantu perempuan"

"Lagian Mas dari dulu kan pacarnya banyak, kenapa gak ada yang berujung ke KUA?"

"Kalau tidak ada yang cocok apa harus dipaksa agar tuntutan Ibu berhenti? Kecocokan itu tidak bisa dipaksakan."

"Bukannya kata Cia dulu Mas pacaran lama dengan Clara?"

"Akhirnya putus, berarti tidak cocok."

"Kenapa sama saya langsung mau nikah?"

"Karena saya merasa cocok"

"Kenapa bisa begitu?"

"Entahlah.. Tuhan selalu punya cara meyakinkan dengan cara yang kadang tak terjangkau logika."

Aku setuju kali ini.. Karena itu pula yang aku rasakan. Keyakinan yang entah dari mana asalnya.

"Tadi saya ketemu Angga di ruang tunggu."

Aku kaget, "Terus?"

"Saya bilang kalau kita akan menikah sebentar lagi."

"Bagus."

"Tapi dia bilang, kalau kamu harus berpikir ulang karena kalian masih ada kesempatan rujuk."

"In his dream"

"Dia bilang juga kalau dia tidak akan melepas kamu"

"Dia sudah melepas saya"

"That's what I said, saya bilang dengan dia menceraikan kamu dan menikah kembali berarti dia sudah melepas kamu".

"Ya, bahkan sebelum itu. Dengan dia mengkhianati saya, berarti dia sudah melepaskan saya."

"Tapi jalan pikirannya gak begitu. Dia bilang kalau pernikahannya dengan istrinya yang sekarang itu kesalahan dan dia ingin kembali"

"Untuk kembali harus ada dua orang yang sepakat. Saya tidak, jadi tidak akan kembali"

"Saya bilang bahwa saya tidak akan melepas kamu kembali sama dia. Dan dia bilang saya tidak akan pernah memiliki kamu."

"Kamu berdua ribut?"

"Sebatas omongan, saya masih tau diri untuk tidak merusak acara Adya. Walau Angga emosi sekali dan nyaris memukul saya sekali"

"Nyaris? Tidak kena?"

"Ya.. Saya curiga sebenarnya dia mabuk. Pukulannya miring. Setelah dia begitu agresif, saya memilih pergi. Saya takut saya terbawa emosi"

ForgivenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang