Perasaan itu Kembali

266 49 8
                                    

Terimakasih pada Juna yang sudah memberi tahu Arman tentang ini. Dan disinilah Arman bersama dua gadis.

Ruang Kesehatan.

"Astaga, kamu gapapa Azaria?"

Azaria mengangguk dan berdiri, "tuh, obatin aja temen lo. Kayaknya gue kebangetan deh nyakitin dia. Gue nyerahin diri ke bk dulu. Maaf ya, Devian kan nama lo?"

Azaria beranjak pergi.

"Kamu ngapain berantem sama dia? Coba Juna gak ngasih tau saya. Mungkin, kalian bakal lebih parah dari ini," kata Arman sambil membersihkan luka di wajah Devian.

Devian menatap kosong ke arah Arman, "gimana aku gak suka sama kamu kalau kamu masih aja perhatian sama aku, Man?"

Devian menatap kosong ke arah Arman, "gimana aku gak suka sama kamu kalau kamu masih aja perhatian sama aku, Man?"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


"Kamu ngapain berantem, Azar?"

Azaria menyembunyikan tangisnya dengan menunduk sangat rendah. Azaria tidak tahu apa yang harus ia katakan sekarang, rasanya ia sangat rindu pada ibunya.

Guru BK-nya bertanya lagi, "kamu kenapa Azar? Ibu udah pernah bilang sama kamu, kan? Kalau kamu ada masalah apapun, kamu boleh bilang ke ibu,"

"Azar, ibu nggak marah kok kamu kayak gini. Tapi, ayo cerita ke ibu kamu ada masalah apa?"

"Saya cuma kangen sama mamah,"

Guru yang sedang berhadapan dengan Azaria mengusap pelan rambutnya. Hatinya ikut terenyuh mendengar kata yang dilontarkan Azaria.

"Ayo, ibu antar ke makan mamah ya?"

"Papah makamin mamah di London, ibu mau anter saya kesana?" Azaria menatap gurunya dengan binar air di matanya.

Gurunya tersenyum pada Azaria, "kamu mau kesana? Ibu gak ngelarang kamu kok."

"Tapi, papah gak pernah ngasih tau saya mamah di makamin dimana."

Azaria tertawa, "Ibu, hidup saya miris ya? Kok ibu nangisin hidup saya sih?"

Mengabaikan ketidaksopanan sifat Azaria, gurunya menangis dalam diam.

"Azar, kenapa kamu nggak pernah cerita semuanya sama ibu?"

Azaria tersenyum, "saya gamau kalau ibu kasian sama saya. Soalnya, saya masih punya Stella di rumah,"

"Siapa Stella?"

"Mas Aldern yang ngasih saya Stella. Dia baik banget, bu. Mau bantuin saya dalam hal apapun," kata Azaria sambil tetap mempertahankan senyumnya.

"Azar, kamu mau ajak Stella ke sekolah?"

Azaria mengangguk dengan senyumnya, namun setelahnya dia melunturkan senyumnya dan menatap gurunya dengan tatapan kosongnya.

"Apa boleh saya ajak robot kesini? Dia sebesar saya, bu. Dia juga sensitif sama manusia, apalagi banyak orang disini."

"Sejak kapan kamu tinggal sama Stella?"

Azaria bergaya seperti sedang mengingat sesuatu yang dilupakannya, "sejak mamah nggak ada. Berarti 12 tahun, bu,"

Azaria selalu mengakhiri perkataannya dengan senyum, hal itu yang membuat hati guru di depannya ini menjadi sangat terluka.

Melihat Azaria yang tumbuh tanpa seorang ibu tanpa membuat Azaria menjadi pribadi yang terpuruk membuat ia merasa bangga pada Azaria

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Melihat Azaria yang tumbuh tanpa seorang ibu tanpa membuat Azaria menjadi pribadi yang terpuruk membuat ia merasa bangga pada Azaria.

"Ibu bakal jaga kamu, nak,"

Azaria membalas pelukan gurunya dengan senang hati. Bahkan dua tetes air mata lolos dari matanya saat ini.

Inilah Azaria, sosok yang rapuh dengan pelukan.

Inilah Azaria, sosok yang rapuh dengan pelukan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

la lla la lla la.
rindu itu nggak berat kok

Kisah Seorang Pejuang ㅡ Sunwoo ft. 2000 ✔Where stories live. Discover now