Caught in a lie

3.1K 374 50
                                    

Ibaratkan saja perasaannya bagai sebuah tambang. Maka Jimin akan menyebut kebohongan yang terus ia ucapkan sebagai alat penggali yang ulung.

Jimin akan terus-menerus menggali perasaannya, dengan kebohongan dan penyangkalan, dalam dan semakin dalam, hingga perasaan-nya menjadi lubang-lubang yang menganga.

Di bagian luar, bisa saja ia tambal sesempurna mungkin.

Namun di dalam, tidak ada yang tahu bahwa ia ternyata rapuh, dan rawan untuk runtuh begitu saja.

.
.
.

Bunyi alarm yang nyaring mengantar Jimin kembali ke dunia nyata. Ia membuka kelopak mata dengan berat hati, dan memicing ketika cahaya lampu menyilaukan pandangan. AC yang dinyalakan dalam posisi full blast juga membuat jari-jemarinya membeku kedinginan. Jimin menguap lebar, seraya membetulkan posisi selimut.

Dengan menggerutu, tangannya meraba-raba nakas untuk meraih weker, mematikannya segera, lalu membuang weker itu ke karpet secara tidak sadar.

Selesai. Tidak ada lagi pengganggu.

Dan Park Jimin pun siap untuk melanjutkan hibernasi.

"Kok dibanting sih? Sayang sekali, weker mahal begini. Untung ada karpet,"

Sebentar, Jimin terkesiap.

Ia baru ingat. Semalam ia tidur dengan mematikan lampu. Kenapa sekarang lampunya menyala?

Dan yang satu-satunya tahu password apartemennya,ー

"ーTae?"

"Pagi polar bear, duh, nyenyak sekali ya tidurnya, sampai alarm saja tidak mempan," Taehyung tertawa lebar, weker yang tergeletak diletakkan kembali di atas nakas.

"Pagi juga cantik, terimakasih sudah mengganggu hibernasiku," sahut Jimin serak. Matanya mengerjap-ngerjap, masih berusaha mengumpulkan nyawa. "Sejak kapan kau disini, Taehyung-ie?"

"Hm," Taehyung tampak berpikir. "Satu jam lebih, mungkin."

Jimin menggeliat sejenak. Rupanya masih nyaman menggelungkan diri di bawah selimut tebalnya. "Kenapa tidak membangunkanku dari tadi kalau begitu?"

"Malas," sahut Taehyung. Ia tidak habis pikir, kenapa di waktu libur Jimin betah sekali berada di kamar, tidur sampai berjam-jam, dan tanpa melalukan apapun. "Tadinya kupikir kau kenapa-napa, karena tidak ada kabar sama sekali kemarin malam. Tapi syukurlah, pikiranku salah."

"Tunggu, kau bilang apa? Aku tidak menghubungimu? Hei, justru aku yang harusnya bertanya, kenapa nomormuーeh, Tae?"

Dilihatnya Taehyung mengambil ancang-ancang, melompat kecil, dan dalam gerakan kilat langsung menghempaskan tubuhnya tepat diatas tubuh Jimin.

"Jimin-aaaaaah~"

Oh, sial

"UGH!"

Jimin tertekan tanpa adanya persiapan sama sekali. Beban seberat 62 kilogram yang menimpa perut dan dada nyaris membuatnya kehabisan napas.

"T-Tae...b-beraaat," Jimin megap-megap.

"Astaga Jim," Taehyung bergegas mengangkat tubuh, lalu membantu sahabatnya untuk duduk bersandar pada head bed.

"Maaf, maaf," Taehyung mengusap-usap perut Jimin,"ーkau tidak apa-apa kan? Em, abs nya tidak kempes kan ya, Jim?"

Dahi Taehyung disentil pelan. Jimin masih memegang dadanya. Takut-takut kalau tulangnya ada yang retak.

Watched Over You ✔Where stories live. Discover now