Keep a cool head

2.7K 334 77
                                    

Kim Seokjin baru saja menutup pintu kamar tidur saat ia mendengar ketuk langkah sepatu di lantai bawah. Segera ia menuruni tangga dan mendapati ayah dari Kim Taehyung sedang berdiri kokoh di ruang tengah sembari merenggangkan dasi.

Seokjin tersenyum kecil. Pria itu menghampiri Namjoon dan melingkarkan tangan di balik leher kekasihnya.

"Anakmu tidak mau makan sama sekali hari ini," lapor Seokjin. "Sempat minum susu tadi sore, itu pun hanya setengah gelas. Setelah itu tidak mau menyentuh apa pun yang kutawarkan padanya."

Namjoon menyempatkan diri mengecup kening Seokjin. "Dimana dia sekarang?"

"Di kamar, barusan tertidur. Matanya berat karena sembab dan hidungnya mampet," jawab Seokjin. "Aku sudah membiarkannya terlalu banyak berpikir sepanjang hari, jadinya malah seperti ini." Ia merasa sedikit bersalah.

Tidak ada respon dari Namjoon, karena yang bersangkutan sibuk merebahkan tubuh pada sofa sewarna kayu. Membuat Seokjin bertanya lagi,

"Kau sudah tahu kan?"

"Perkara Park Jimin dan Taehyung-ie?" tebak Namjoon.

Seokjin mengangguk saja. Ia yakin kekasihnya pasti sudah tahu tanpa ia ceritakan. Wajah Namjoon cenderung santai memang, tapi dagu yang mengencang maju itu membuat Seokjin tahu, kekasihnya tengah memikirkan sesuatu.

"Dipikir ruanganku kedap suara?" Ia terdengar geli. "Dari awal mereka saling mengejar saja derapnya terdengar sampai lantai dua."

Lengkung bibir Seokjin tertarik ke atas sebagai tanda setuju. "Benar. Aku juga mendengar mereka berlari di koridor. Tadinya mau masuk, tapi kupikir lebih baik aku menyimaknya saja dulu," sahutnya.

"Bagaimana dengan Jimin-ie setelah itu?" tanya Seokjin lagi.

"Kata Yoongi tangannya terluka karena memukul tembok, dan wajahnya benar-benar kalut. Yoongi langsung menyuruhnya pulang." Namjoon menoleh ke samping, pada wajah cantik yang selalu ia puja.

"Mereka berdua ituーaku tidak tahu lagi harus memberi tahu bagaimana. Jimin sudah terlalu sering membohongi dirinya sendiri, dan Taehyung terlalu lambat untuk menyadari perasaannya. Akhirnya mereka malah jadi jatuh ke lubang yang mereka buat sendiri."

"Mirip seseorang di masa lalu, kan?" Namjoon mengerling, membuat jemari lentik Seokjin mencubit pinggangnya gemas. Ia tertawa.

"Bedanya, hubungan kita dulu tidak serumit ini Joon-ah. Sedangkan Taehyung-ie, dua orang langsung yang berebut mengisi hatinya. Bahkan aku ragu ia bisa memilih, keduanya pemuda yang baik," suara Seokjin terdengar lelah. Ia bersandar pada bahu Namjoon, lalu berkata pelan,"ーaku takut, kalau dia mogok makan seperti itu, maag-nya akan kumat. Kau tidak mau membujuknya?"

"Kenapa tidak panggil saja bocah tengil itu kemari?" saran Namjoon. "Kau yang kesayangannya saja tidak didengar, apalagi aku? Kalau sudah begini, mau tidak mau baby sitter-nya harus turun tangan."

Seokjin segera menggeleng tidak setuju. "Aku melarang Jimin-ie untuk menemui Taehyung-ie, setidaknya sampai kepala anak itu benar-benar dingin. Aku hanya takut mereka akan semakin saling melukai satu sama lain."

Alis Namjoon terangkat keatas. "Begitu kah?" Dilihatnya Seokjin mengangguk, dan ia menyeringai kecil. "Tapi tidak menurutku, sayang. Aku secara tidak langsung mengasuh anak itu sejak kecil, setelah Park Seojoon memilih untuk mengurus perusahaannya di Hongkong. Mau tidak mau aku paham sedikit kepribadian Park Jimin. Apalagi jika ia melihat Taehyung-ie yang seperti ini."

"Lalu, kau tetap akan menyuruhnya kemari?"

"Hm, mungkin," sahut Namjoon. "Boleh aku meminta ijinmu? Aku akan menyuruhnya tidur disini, kalau kau tidak keberatan. Tadinya aku berpikir sama denganmu, membiarkannya libur besok untuk mendinginkan kepala. Tapi sepertinya lebih cepat akan lebih baik, Park Jimin mudah untuk mengontrol emosinya, kalau itu sudah menyangkut tentang Taehyung."

Watched Over You ✔Where stories live. Discover now