Watched over you (END)

7K 431 342
                                    


warning : mature content

Yang mengejutkan bagi Hoseok, Yoongi bahkan masih bisa mengulas senyum tipis, saat ia mengantarkan secangkir cokelat panas dan semangkuk bulgogi pesanannya di meja bar. Ia menaikkan alis dan berujar,

"Aku tidak melihat tanda-tanda patah hati di wajahmu?"

Lontaran kurang ajar Hoseok hanya dibalas dengan acungan jari tengah, membuat pria yang lebih muda darinya tersebut terkekeh geli. Frontal, memang.

"Haruskah aku menunjukkannya padamu? Apa kau tidak tahu aku ini profesional?"

"Ya, ya, ya. Jimin sering menceritakannya padaku, betapa profesionalnya dirimu, apalagi dalam hal menyembunyikan perasaan," seloroh Hoseok. Ia tertawa saat Yoongi menatapnya tajam, lalu menurunkan kadar tawanya menjadi sebuah senyuman. "Aku senang Jimin sudah kembali ke apartemennya, telingaku sampai sakit mendengar rengekannya yang meminta pulang setiap hari."

Mau tidak mau Yoongi ikut tersenyum. Mengingat wajah manja dan idiot Jimin menjadi hiburan tersendiri baginya. "Hampir seminggu dia opname. Setidaknya istirahat di rumah tidak akan membuatnya semakin stres. Dia terlihat tidak betah di rumah sakit."

"Siapa juga yang bakal betah di rumah sakit? Membayangkannya saja sudah membuatku pusing," Hoseok nyengir. Ia berpangku tangan dan memandang Yoongi lekat.

"Sudah lima hari mereka jadian, masih tidak menyangka ya. Setelah bertahun-tahun aku mendengarnya berkeluh kesah, baru kemarin dia menangis karena bahagia cintanya diterima secara resmi. Lalu, bagaimana kabar hatimu?"

"Hatiku baik-baik saja, terimakasih sudah menanyakannya." Yoongi mendengus, kemudian menyesap minumannya perlahan. Hangatnya cokelat terasa sampai dinding perut, membuat Yoongi merasa lega, setidaknya ia masih bisa merasakan kehangatan.

"Kudengar Jeon Jeongguk sudah kembali lagi ke Daecheon?"

"Ya, setelah sehari menemani Taehyung di rumah sakit," Yoongi menjawab. Ia mengambil sumpit logam, mengelapnya dengan tisu, lalu mulai mengaduk-aduk potongan daging dalam mangkuk. "Kata Seokjin-ssi, Jeongguk sudah berbicara dengan Taehyung mengenai perasaannya. Hanya saja ia tidak ingin Taehyung menjawabnya. Katanya biar dia lega saja mengungkapkan, tapi setelah ini dia akan mundur untuk mendapatkan hati Taehyung."

"Wow," wajah Hoseok terlihat kagum,"ーanak itu benar-benar bersikap dewasa, ya. Melupakan seseorang yang disukai itu bukan hal mudah padahal."

"Memang, tidak ada yang jauh lebih sakit daripada melihat orang yang kau sukai bersanding dengan orang lain," komentar Yoongi, dan ia nyaris tersedak karena ucapannya sendiri. Hoseok sampai meringis melihatnya.

Yoongi berdeham sejenak, menghilangkan rasa malu. "Jeongguk sudah melalui satu tahap lebih menuju kedewasaan, dan ia menghadapinya dengan kepala dingin. Itu yang kusukai darinya."

"Hee, begitu ya," Hoseok manggut-manggut. Dalam hati ia berharap agar Jeongguk mendapatkan yang terbaik, karena bagaimanapun juga, ia pantas untuk mendapatkannya. "Lalu hatimu kosong dong, sekarang?"

"Dari dulu memang sudah kosong," ucap Yoongi sinis. Ia melahap makan malamnya tanpa memperdulikan Hoseok yang menelengkan kepala dan tersenyum manis,

"Kalau begitu, keberatan tidak untuk kuisi?"

.
.
.

Jimin membuka mata dan tidak menemukan sosok yang sebelumnya tertidur dalam dekapannya. Sudah berapa jam ia terlelap? Dan sejak kapan Taehyung terbangun tanpa ia sadari?

Matanya memicing saat melihat sorot matahari memasuki ruang, tirai jendela terbuka lebar, dan Jimin menebak ini pasti sudah beranjak pagi. Dengan geraman rendah ia memposisikan tubuhnya untuk duduk, lalu memijat pangkal hidung saat pusing menyergapnya.

Watched Over You ✔Onde as histórias ganham vida. Descobre agora