Taste of your kiss

3.3K 356 89
                                    

Kata sebagian orang, jatuh cinta pada sahabat sedari kecil itu sesuatu yang menguntungkan. Mereka yang sudah mengenal dan menjadi saksi bagaimana kau hidup selama ini, mengenalmu mulai dari sisi terburuk hingga sisi terbaik, membuatmu merasa nyaman dan bisa menjadi diri sendiri saat bersamanya.

Namun sebagian lagi menganggap itu sebagai hal yang tidak boleh dilakukan. Mengapa harus jatuh cinta pada sahabatmu, seakan tidak ada lagi orang lain di dunia ini? Karena bagi mereka, jatuh hati pada sahabat justru membuat hubungan akan menjadi rusak, pecah, dan kemudian mati.

Maka dari itu, begitu menyadari perasaannya, Taehyung menjadi was-was. Rasa suka itu sialan memang, datang dan perginya tidak bisa diatur sesuka hati. Membuat jantungnya berdegup kurang ajar saat memandang lengkung mata Jimin dan wajahnya memerah ketika mencium aroma maskulin pemuda itu.

Duh, apa sebelum-sebelumnya Jimin juga mengalihkan atensinya seperti ini? Taehyung merutuk dalam hati.

Keduanya masih setia bergeming, hingga akhirnya Park Jimin berbicara.

"Sebelum masing-masing dari kita menyelesaikan masalah ini, aku mohon kau makan dulu ya? Isi perutmu Tae, jangan sampai kosong," katanya. "Tadi kulihat Seokjin-ssi sudah membuatkan samgye-juk untukmu, ku suapi ya?"

Taehyung menggeleng kecil. "Tidak mau Jim, aku tidak minat makan," sahutnya lirih.

Mendengar itu Jimin hanya bisa memutar bola mata. Taehyung ini, kalo mood-nya sudah berantakan susah sekali untuk dibujuk. "Kalau kau sakit, jangan sampai aku mendengarmu mengeluh. Itu salahmu sendiri, sayang. Aku dan Seokjin-ssi sudah berusaha membujukmu agar kau tidak sampai jatuh sakit."

Melihat wajah Jimin yang masam, sudut bibir Taehyung tertarik ke bawah, mulai mewek. Ia merentangkan tangan lebar-lebar minta dipeluk. Park Jimin yang memang sudah dasarnya cinta mati sama sahabat kecilnya hanya bisa mencelos pasrah, lalu tanpa ragu menarik tubuh kurus itu dalam pelukan hangatnya. Erat dan dalam. Sedalam perasaannya pada pemuda cantik bernama Kim Taehyung.

"Ssstt, sudah ah jangan menangis terus. Jelek banget kamu kalau nangis," kata Jimin, menepuk-nepuk kepala Taehyung. "Beneran ini nggak mau makan?"

Kepala Taehyung mengangguk-angguk, lalu hidungnya diusapkan pada dada Jimin. "Aku kenyang Jim. Aku kenyang sudah banyak menyakitimu. Egois ya? Sahabat macam apa aku ini? Bisa-bisanya memikirkan diriku sendiri tanpa memikirkan perasaanmu. Aku yang duluan salah disini, padahal selama ini kau yang menjagaku, menemaniku, selalu ada disisiku. Aku benar-benar jahat sudah membuatmu marah seperti itu. Jimin-ah, mau maafin Taetae?"

Jimin terdiam, membiarkan Taehyung menghirup aroma tubuhnya sepuas hati, melampiaskan rindu. Ia meringis saat tangannya kembali berdenyut nyeri, tanpa sadar membuatnya bergetar.

"Jim?" Taehyung menarik tubuh, memandang wajah Jimin yang terlihat kesakitan. "Jimin, kenapa mukamu seperti itu?"

"Ah, tidak, tidak apa-apa," jawab Jimin cepat-cepat, menarik tangan kanannya dari punggung Taehyung.

Mata Taehyung menyipit, memandang tangan yang tertutupi sweater hitam. "Ada yang kau sembunyikan."

"Tidak sayang, sungguh."

Taehyung tidak mau mendengar, ia meraih tangan kanan Jimin agak kasar, menarik lengan sweater-nya keatas, membuat Jimin menjerit seketika. Taehyung bergidik ngilu.

"Astaga Tuhan Jimin-ie, tanganmu kenapaaa?" pekik Taehyung. Ia memandang jemari yang dibalut perban dengan tatapan cemas. "Duh kok bisa seperti ini sih Jim?"

Jimin mengertakkan gigi menahan nyeri. "Ampun Tae, jangan kencang-kencang pegangnya. Ini sakiiiit," keluhnya.

"Eh? Duh, maaf-maaf. Tapi kenapa tanganmu bisa begini?"

Watched Over You ✔Where stories live. Discover now