Bagian 2 : PENDARATAN SETELAH SENJA

753 146 30
                                    

Update berdasarkan jumlah vote dan comment.

Bintang selalu butuh Bulan ; tapi Bulan selalu butuh Matahari

Wonwoo mengibaskan setelannya yang mulai kusut, sembari netra matanya melirik Soonyoung, si 'klien' terakhirnya dalam tugas ini, yang kelihatannya masih syok. Wonwoo tidak melebihkan bagian ini, karena disana, Soonyoung masih terduduk lemas di bawah pohonㅡ

"Hey, Kwon Soonyoung."

Soonyoung mendongak, menemukan Malaikat Kematiannya itu tengah mengamati pohon dimana mereka 'terlempar', "Apa?"

Malaikat Kematiannya itu menoleh ke arahnya, tilik matanya yang tajam beradu dengan tilik mata Soonyoung, berucap dengan nada tegas, "Apa yang kau sudah perbuat di masa hidupmu?"

Soonyoung terdiam, "Banyak," balasnya singkat.

Wonwoo menggeleng. Ia tidak salah, kan?Dari 999 klien yang sudah ia tangani selama 1000 tahun ini, tidak ada satupun yang terlempar keㅡ

"Pohon Maple ya?"

Wonwoo menatap tajam Soonyoung

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Wonwoo menatap tajam Soonyoung. "Apa yang telah kau perbuat di hidupmu?"tanyanya lagi. Dan Soonyoung mengangkat bahunya, "Kau mau mendengar bagian buruk atau bagian baiknya?"

Wonwoo mendengus. Toh, si Kwon Soonyoung ini juga tidak akan mengerti mengapa ia malah terlempar ke bawah Pohon Maple.

Sebenarnya kata 'terlempar' hanya sebuah kiasan. Kata ini merujuk pada bagian ketika engkau dan Malaikat Kematian menuju ke sebuah pohon di Alam Baka yang mana melambangkan potret kehidupanmu di dunia. Pohon Mapelㅡdalam mitos Jepangㅡberarti menggambarkan perjalanan yang damai dan berkah yang besar.

Tapi bukan itu permasalahannya.

Wonwoo pernah mendengar dari Jeonghan, salah satu temannya yang sudah berhasil dalam tugasnya dan mendapat kesempatan bereinkarnasi, bahwa klien terakhir kita biasanya memiliki hubungan dengan kehidupan kita sebelumnya.

"Hei,"Wonwoo menoleh, menemukan kliennya itu menatapnya penasaran, "Ini alam baka?"

"Ya."

"Omong-omong, kau punya nama, tidak?"

Wonwoo mengernyit. "Kenapa memangnya?"

Soonyoung mengangkat bahunya, berdiri dari posisi duduknya dengan santai, "Kudengar, Malaikat Kematian tidak punya nama. Ya tapi mana bisa aku memanggilmu 'Malaikat Kematian' terus menerus. Terlalu panjang."

Wonwoo berdeham, merapikan setelan hitamnya yang sudah rapi, dan cuman menjawab, "Kau bisa memanggilku Wonwoo."

































































































































"Won,"

"Hm."

"Laut ini luas. Kau tahu, kan?"

Wonwoo tersenyum. Nenek-nenek juga tahu laut ini luas. Ada-ada saja saudaranya ini.

"Kau juga tahu kan,"saudaranya itu berdeham, diam-diam menggenggam jemari Wonwoo kecil dengan lembut, "Bahwa cinta tidak terbatas hubungan darah?"

Wonwoo tersenyum, "Tentu saja."

"ㅡdan gender."






























































































































"Senang bertemu denganmu,"Soonyoung mengangkat tangannya, "Malaikat Kematianku, Tuan Wonwoo."

Wonwoo tersenyum miring, menjabat tangan kliennya itu dengan hangat, ya walau sebenarnya sudah dingin karena Soonyoung sudah mati, "Sebaiknya kau jangan terlalu senang bertemu dengan Malaikat Kematian, Kwon Soonyoung."














































































"Soonyoung sudah tewas."

Chan berdeham, menyesali suaranya yang serak ketika memberitahu si penelepon, "Jadi bagaimana?", kali ini, dia mengucapkannya dengan tegas.

"Aku akan mengurus pemakamannya,"terdengar balasan di sebrang, "Dan uangnya, nanti malam."

BAGIAN 2 : PENDARATAN SETELAH SENJA ㅡ END

*
*
*
*

Catatan : GOT EXCITED WHILE TYPING THIS PART HUHU

Ps : soonyoung.is.dat.handsome.huhu.stan.him.

🚫🚫 [ IMPORTANT NOTES ] : CERITA INI DIREPUBLISH PADA TANGGAL 13 SEPTEMBER. AWALNYA, CHAPTER CERITA INI SUDAH DIPOSTING PADA TANGGAL 18 JUNI 2018. SEMUA HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA 🚫🚫

Último AtardecerWhere stories live. Discover now