Bagian 11 : What Do You Think?

361 83 7
                                    

UPDATE berdasarkan jumlah vote dan comments.

*
*
*
*
*

Ultimo Atardecer Bagian 11 : What Do You Think?

*
*
*
*
*

BAEKHO menggeser kenop pintu rumahnya, lantas langsung membuang nafas kasar ketika melihat siapa yang datang ke rumahnya jam 11 malam. Ia berdecak kesal, "Kupikir, kau tak bakal datang."

"Kau tahu aku akan selalu datang."

"Ya ya, simpan saja fakta itu untuk mengelabui dirimu," Baekho membalas acuh, lantas masuk ke rumahnya tanpa peduli tamunya sudah berjalan mengekorinya. Walau begitu, Baekho tetap sadar pentingnya tata krama untuk melayani orang yang datang berkunjung ke rumah. Ia pergi ke dapur, membuat kopi instan dan menyeduhnya sebentar, lalu pergi ke ruang tamu dimana sang tamu sudah duduk dan fokus menonton berita di televisi. Penasaran, sembari meletakkan cangkir kopi di meja, Baekho melihat berita yang terpampang jelas di televisi, menampakkan sosok si pengusaha muda yang tengah gandrung dibicarakan di outlet berira.

"Kupikir," Baekho duduk, menatap tamunya dengan lamat-lamat, "Belakangan ini kau sedang terobsesi dengan Kim Mingyu itu ya, Yoon Jeonghan?"

Tamunya Baekho, alias Jeonghan, mengendikkan bahunya acuh, "Ini penasaran bukan obsesi."

Baekho terdiam. Matanya masih tertuju ke arah Jeonghan yang sepertinya lebih peduli dengan berita di depannya. Baekho hanya penasaran, apa hal dari Mingyu yang membuat seorang Yoon Jeonghan menjadi seperti ini? Seperti ingin mencari tahu apa saja soal laki-laki itu.

"Jika aku memberitahumu soal hal-hal yang aneh seputar Soonyoung ketika dia masih hidup," Jeonghan berucap dengan arah pandangan terfokus ke depan, tidak peduli dengan Baekho yang tiba-tiba menatapnya serius, "Apa kau akan memikirkannya menjadi sebuah bukti?"

"Apa ini tandanya kau mulai percaya padaku? Bahwa Soonyoung meninggal karena pembunuhan?"

Jeonghan mengendikkan bahunya, "Berjaga-jaga saja, kau tahu aku bisa mengandalkan prediksimu."

Baekho menyandarkan punggungnya pada kursi, menjelaskan, "Bukti tidak bisa dicap sebagai sebuah bukti dengan mudah. Ada beberapa syarat untuk meloloskannya sebagai bukti yang sah di mata hukum. Atau jika tidak, hal-hal itu akan melemahkan kita di meja hijau."

"Aku tahu," kata Jeonghan, "Tapi tidakkah kau akan memikirkannya sebagai sebuahㅡkau tahuㅡpraduga dari bukti?"

"Mungkin bisa," Baekho menjawab, alisnya terangkat seiring ia bertanya balik, "Masalahnya; siapa orang yang kita duga itu?"

*
*
*
*

"Lee Chan."

Chan berdeham gugup, ini dia. Suruhan Mingyu tengah berdiri di hadapannya dengan masker hitam, topi dengan warna senada dan jaket bomber berwarna hijau dongker. Chan menjawab, hampir berbisik, "Ya, ini aku."

Di depannya, laki-laki berbadan lumayan kekar itu menyodorkan secarik kertas. Chan mengambilnya, sebuah cek. Ia menelan ludahnya. Sebentar. Bukannya Chan sudah menerima cek itu beberapa hari yang lalu? Ketika Mingyu datang ke apartemennya pagi subuh?

"Kurasa aku mendapat teman baru," suara laki-laki itu terdengar, memaksa Chan mendongak dan menatap sorot mata yang entah mengapa membuatnya gelisah. "Mingyu menyuruhmu untuk pergi ke Tokyo 2 hari lagi, dan cek ini, beli tiketmu menggunakan ini. Kau bebas menggunakan pesawat atau kapal, kelas ekonomi atau yang VVIP, itu terserah padamu. Aku akan menjemputmu di apartemenmu 2 hari lagi, jadi selaㅡ"

"Tunggu," Chan memotong cepat, mengacungkan cek itu dengan heran, "Tokyo? Menggunakan cek ini?"

Laki-laki itu mengangguk. "Apa penjelasanku kurang?"

"Jadi bantuan yang ingin dikatakan Mingyu lewat bawahannyaㅡkau, hanya pergi ke Tokyo?"

Kali ini, laki-laki di depannya menurunkan maskernya dengan kasar, dan raut wajahnya yang jengkel nampak tercetak disana. "Dia menyebutku bawahan?" tanya laki-laki itu tak terima, Chan mengangguk polos, "Ya, dia bilang dia butuh bantuanku dan nantinya bawahannya yang akan menyampaikan padaku."

"Keparat sekali Kim Mingyu," laki-laki itu berdecak kesal, "Pantas saja Soonyoung itu tidak pernah berhenti membencinya."

"Maaf," Chan memajukan badannya, "Kau bilang apa?" tanyanya selanjutnya, tidak yakin tentang apa yang didengarnya barusan. Laki-laki di depannya berjengit, baru sadar jika bisikannya terlalu jelas untuk terdengar. Ia buru-buru menggeleng, kemudian pamit dengan geliat tidak nyaman. Menyisakan kebingungan di benak Chan. Dipandanginya ceknya, kemudian melemparkan pandangannya pada Sungai Han yang mengalir tenang.

Ia yakin seratus persen.

Yakin sekali.

Laki-laki itu mengucapkan nama Soonyoung. Chan menghela nafasnya. Ia sudah terlalu jauh ikut campur dalam permasalahan dendam keduanya. Namun, menyesalinya sekarang juga percuma karena ini tidak akan terjadi jika ia sendiri tidak memutuskan untuk melakukan pembunuhan itu.

Tapi bukankah dia hanya melaksanakan tugasnya?

"Mungkin jika hyung masih hidup," lirihan Chan terdengar memecah keheningan malam itu, "Kau akan lebih benci padaku ketimbang Mingyu hyung."

*
*
*
*

ULTIMO ATARDECER chapter 11 : What Do You Think? - END

*
*
*
*
*

notes : jadi udah ada gambaran kan, siapa pelakunya?😊

Último AtardecerWhere stories live. Discover now