Bagian 14 : Sebuah Gambaran

623 85 40
                                    

UPDATE berdasarkan jumlah VOTE dan COMMENTS

*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*

ULTIMO ATARDECER CHAPTER 14 : SEBUAH GAMBARAN

start.



CHAN menelan pil penenangnya tatkala pintu One Roomnya diketuk nyaring. Sudut matanya bergerak, melirik jam di nakasnya yang masih menunjukkan jarum panjangnya di angka sepuluh. Apa itu orang asing? Kalau orang itu mengenal Chan, ia langsung saja masuk setelah mengisi kata sandi pintunya. Atau menekan bel yang ada di sebelah pintunya sama seperti yang Mingyu lakukan tempo hari.

Chan sengaja duduk berlama-lama di tempat tidurnya, berharap cemas si pengetok pintunya akan mengurungkan niat untuk menemuinya lalu pergi. Sayangnya yang terjadi justru sebaliknyaㅡketokan itu semakin berbunyi dengan tempo yang semakin cepat dan tak karuan seperti seseorang yang panik, terburu-buru karena ingin lekas menemui Chan.

Dan hanya ada satu jawaban, menurut Chan, yang mungkin menemuinya dengan cara itu.

Polisi.

Jantung Chan berdegup panik, dan semakin tak karuan detaknya ketika ia membawa langkah kakinya mendekat ke pintu. Pelan-pelan, diintipnya sedikit lewat celah kecil di pintu untuk memeriksa siapa yang datang.

DEG!

Otak Chan melambat dan darahnya berdesir beku.

Seolah-olah ada sebgatan listrik yang baru saja menyetrumnya, membuatnya tidak mampu untuk melakukan apa-apa selain terpaku.

Itu bukan Mingyu!

Oh sial, apa ini saatnya untuk Chan mengakhiri dosanya yang bejat.

Walau celah pintu itu bisa dibilang amat sangat kecil, penglihatan Chan masih mampu menangkap jelas bagaimana objek yang berdiri di baliknya itu lumayan berisi, dan sedikit pendekㅡkalau boleh jujurㅡdari Mingyu. Dan itu jelas seorang laki-laki, dia mengenakan jaket bomber berwarna hijau army lengkap dengan masker hitam dan topi, menyisakan dua sepasang mata tajam yang menatap pintu apartemen Chan dengan emosi.

Chan tidak tahu harus apa.

Apa dia harus melarikan diri?

Aku tidak bisa. Satu suara bergema di telinganya. Tangannya menggenggam kenop pintu dengan erat, Chan kau tidak boleh panik. Saat membunuh Soonyoung saja dia bisa dengan mudah melakukannya, kenapa hal ini malah lebih susah dilakukan? Padahal bisa saja dia mengelakㅡkalau itu memang polisiㅡmengatakan dia hanya teman minum Soonyoung, itu juga bisa dihitung jari berapa kalinya mereka minum bersama.

Namun itu semua, lagi-lagi sebuah skenario yang anehnya, walau Chan sendiri yang menyusunnya sekejap, tapi Chan juga yang merasa skenario itu tidak tepat untuk dilakukannya.

Chan hanya belum siap menerima konsekuensinyaㅡditangkap polisi.

TOK TOK.

Oh sial, sial sial. Chan panik. Sangat panik. Ia meraih ponselnya di celananya, mencari kontak Jeonghan dan hampir menggeser icon telepon berwarna hijau di layar jika saja suatu suara di pikirannya menghantarkan Chan pada kenyataan yang pahit.

Apa kau baru saja mau mencoba untuk berlindung di kakak orang yang kau bunuh?

Chan memejamkan matanya. Ya, tapi kau, siapapun kau di otakku, baru saja menghentikanku.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 10, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Último AtardecerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang