Bagian 8 : SEBUAH PERTANYAAN

486 95 10
                                    

Update berdasarkan jumlah vote dan comments.

*
*
*
*

Kim Mingyu bukan tipe seorang laki-laki yang diinginkan Soonyoung menjadi teman. Semua perilakunya, semua sisi kepribadiannya, membuat Soonyoung ogah mendekatinya. Bahkan seinci pun Soonyoung juga tak sudi.

Tapi kenapa?ㅡpertanyaan ini dilontarkan Wonwoo di tengah-tengah kesakitan Soonyoung.

"Sederhana,"jawab Soonyoung, menggeram dan menggigit bibirnya sambil menahan sakit. "Kalau cinta tidak butuh alasan, maka dendam juga sama."

Dendam dan cinta adalah dua hal yang punya kesamaan. Keduanya mungkin mudah untuk muncul, tapi kemudian sulit untuk hilang. Keduanya mirip, tapi Soonyoung bersumpah rasa dendamnya pada Mingyu lebih dari dendam biasa.

Dan untuk alasannya, hanya Soonyoung yang perlu mengetahuinya. Jangan Jeonghan, keluarganya, teman terdekatnya, dan bahkan Malaikat Kematiannya sendiri.

"Semua itu bullshit,"ujaran Wonwoo terdengar begitu dekat di telinga Soonyoung. "Semua orang punya alasan, untuk cinta dan dendam. Mereka hanya tidak mau mengungkapkannya. Termasuk kau,"telunjuk Wonwoo terasa menusuk menunjuk dadanya. Soonyoung terdiam. Itu benar. Dia hanya tak mau mengungkapkannya.

Sekali lagi, bak rol film yang terputar, sosok yang dibencinya kembali memenuhi otak Soonyoung. Dia tidak menangis kali ini, malah sepenuhnya hanya terdiam tanpa sepatah kata pun. Menahan sakit, Soonyoung berusaha untuk terus mengumpati sosok yang ada di benaknya. Seperti bangsat, atau juga keparat. Intinya, umpatan-umpatan itu terus mengiringi perintah yang Wonwoo lontarkan pada klien terakhirnya itu.

Biarlah. Semoga dengan umpatan-umpatan itu, dendam Soonyoung bisa memudar, batin Wonwoo.

Namun selanjutnya, Wonwoo terkejut setengah mati ketika hei hei, Soonyoung menangis?

Ini matanya salah, ya?

Tidak. Wonwoo mengerjapkan matanya berulang kali, dan kliennya itu memang menangis. Soonyoung masih setia mengumpat, tapi air matanya juga turun seiring umpatan itu keluar dari mulutnya. Apa yang terjadi sih, disini? "Sekarang, buka matamu, Kwon,"perintah Wonwoo sembari menelan ludahnya dengan gugup. Alih-alih berhenti, reaksi yang didapatnya malah racauan Soonyoung.

Entah kenapa, ada sesuatu di dirinya yang sakit.

Ini aneh. Wonwoo mengepalkan tangannya, menghentikan niatannya untuk memeluk kliennya itu. Kenapa dia harus merasakan sesuatu yang tidak seharusnya dirasakannya sebagai seorang Malaikat Kematian?

"Mingyu,,,,,kenapa harus kau,,,yang dekat dengannya?Kenapa aku,,,bahkan tidak tahu namanya?Kenapa harus aku,,,hiks,,yang melihat kematiannya?Dan kenapa ini menyiksaku?Kalau saja kau tidak melakukan hal berengsek itu padaku,,,hiks,,,,mungkin,,,,aku tidak bakal bertemunya,,,mungkin aku,,,tidak,,,bakal merindukannya."

*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*

Jemari Jeonghan dengan lincah mengetikkan sebuah nama di keyboard laptopnya, mengacuhkan sepenuhnya Baekho yang duduk di hadapannya. Teman polisinya itu mendengus, sebenarnya dia kesini itu penting tidak sih?Tadi, Jeonghan tiba-tiba meneleponnya, mengajaknya bertemu di kedai kopi biasanya. Dan sekarang, bukannya bicara, temannya itu malah asyik sibuk dengan dunianya sendiri.

Último AtardecerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang