24. LOVE SICK (2JIN)

269 40 0
                                    

Suasana kantin hari ini tidak begitu ramai. Tetapi gadis bersifat dingin itu selalu duduk di meja paling belakang. Ia memakan makanannya sendiri, tidak berniat bergabung dengan teman-temannya yang sedang berkumpul. Sampai akhirnya seorang pria duduk di depannya.

"Selamat makan, Myungeun-ah!" ucap pria berwajah tampan tersebut seraya tersenyum, kemudian meletakkan nampan berisi makanan pilihannya. Gadis bernama Myungeun itu hanya menatapnya datar.

"Berhenti mendekatiku, Kim Seokjin!" bisiknya sarkastik dan segera pergi tanpa membawa makan siangnya. Seokjin masih termenung di tempatnya. Tidak lama, ia tersenyum penuh arti.

"Apa pun yang kau katakan, aku akan tetap mengejarmu, Park Myungeun," gumam Seokjin. Pria itu kembali fokus pada makanannya.

-
-
-

Untuk mahasiswa semester enam, Myungeun dan Seiji harus lebih rajin masuk kuliah. Pasalnya, agar segera lulus, mereka harus mengumpulkan skripsi.

Saat dosen sedang mengajar, Seokjin justru asyik memandangi Myungeun yang duduk di pojok kanan depan, berada dua meja dari tempat duduknya.

Pluk!

Sang dosen melempar spidol yang dipegangnya ke arah Seokjin yang sukses mengenai kepala pria itu. Seokjin mengusap anggota tubuhnya yang menjadi sasaran empuk dosen berwajah mengerikan tersebut.

"Kenapa kau menatap pintu, eoh? Adakah yang menarik?"

Seokjin menggeleng cepat. Sepertinya dosen itu salah mengira. Posisi Myungeun memang berada dekat pintu.

"Baiklah, tolong ambilkan spidolku! Jika kau tidak memperhatikanku lagi, akan ku pastikan kau tidak bisa mengikuti pelajaranku di pertemuan berikutnya!"

"Saya mengerti. Maafkan saya," ucap Seokjin saat dia sudah mengembalikan spidol dosennya. Sebelum kembali ke tempat duduknya, Seokjin memandang Myungeun selama beberapa detik. Merasa risih, gadis itu memilih berlalu keluar kelas tanpa meminta izin.

"Park Myungeun! Kembali!" teriak dosen itu. Seokjin masih memperhatikan Myungeun sampai tubuhnya menghilang.

"Hei! Kenapa kau belum duduk?" tanya sang dosen kepada Seokjin.

Tidak ada satu pun dosen yang tidak mengenal pria itu. Kim Seokjin, mahasiswa berpretasi yang merupakan asisten dosen yang memiliki kepintaran diatas rata-rata. Sayangnya pria berkepribadian hangat tersebut mencintai gadis yang sangat dingin.

Seokjin segera duduk di kursinya. Mata itu menang mengarah ke papan tulis, tetapi pikirannya melayang. Kemana gadis yang dicintainya pergi?

-
-
-

Dengan langkah terburu-buru, Seokjin berusaha mencari Myungeun di seluruh kampus. Tidak lupa tangannya sibuk menghubungi Myungeun melalui ponselnya.

"Park Myungeun, kau ada dimana? " gumam Seokjin khawatir.

Saat ia melewati gudang, telinganya mendengar sebuah nada yang sangat mirip dengan nada ponsel Myungeun. Tanpa berpikir panjang, Seokjin segera mendobrak pintu gudang. Dugaannya benar, Myungeun ada di dalam ruangan berdebu tersebut.

Myungeun yang semula meringkuk di pojok ruangan, segera berdiri.

"Sudah kubilang padamu untuk tidak mendekatiku lagi!" gertak gadis itu. Seokjin terdiam. Perlahan, ia berjalan menghampiri Myungeun.

"Jangan! Selangkah lagi kau mendekat, aku akan bunuh diri!"

Mendengar ancaman tersebut, Seokjin menatap Myungeun tidak percaya.

"A-aku hanya-"

"Semua pria di dunia ini sama!" potong Myungeun tegas. Seokjin mengerutkan dahinya, tidak mengerti.

"Tiga tahun yang lalu, saat aku duduk di kelas dua belas, aku menyukai seorang pria yang merupakan teman sekelasku."

"Aku benar-benar menyukainya sampai aku rela memberikan semuanya. Aku...kesucianku hampir saja terenggut jika kakakku tidak menolongku."

"Padahal selama aku mengejar cintanya, dia terlihat seperti orang baik. Karena itulah, aku membencimu! Aku sangat membenci semua pria! Semuanya! Jadi berhentilah jika setelah kau mendapatkanku, kau akan memperlakukanku seperti cinta pertamaku dulu."

Isak tangis memenuhi pendengaran Seokjin. Pria itu merasakan kekecewaan Myungeun. Kini ia tahu, gadis dingin yang sedang menangis tersebut sudah trauma.

"Aku tidak seperti itu, Myungeun-ah. Aku tulus," ungkap Seokjin pelan.

"Bukankah semua pria selalu mengatakan hal itu?" Pertahanan Myungeun sangat kuat. Bahkan Seokjin sudah lelah meyakinkannya.

Karena tidak tahan, akhirnya Seokjin berlari dan segera memeluk Myungeun. Gadis itu memberontak. Seokjin mengeratkan pelukannya.

"Akh!" jerit Myungeun tiba-tiba. Memorinya mengulang saat ia di perlakukan kasar oleh cinta pertamanya dulu.

Myungeun mendorong Seokjin. Tangisnya semakin menjadi-jadi. Air matanya turun dengan deras.

"Aku mohon, jangan melakukan hal yang sia-sia," ucapnya sebelum pergi meninggalkan Seokjin.

-
-
-

Beberapa bulan setelah itu, hari kelulusan tiba. Seokjin menjauh dari Myungeun. Bukan karena menyerah, pria itu hanya ingin Myungeun menenangkan diri. Dan juga, Seokjin berencana melamar Myungeun hari ini. Maka dari itu, Seokjin harus menyiapkan mental terlebih dahulu.

Seraya membawa sertifikat yang menyatakan bahwa ia adalah lulusan terbaik di kampusnya, ia mencari keberadaan Myungeun.

"Akan kubuktikan jika aku bukan seperti pria yang kau bayangkan."

Sekitar dua meter di depannya, Seokjin melihat kerumunan orang mengelilingi sesuatu. Penasaran, Seokjin segera mendekatinya.

"Maaf...maaf..." ucap Seokjin saat ia menyingkirkan beberapa orang. Pandangannya terpaku ke arah seorang gadis yang tergeletak dengan kepalanya yang mengeluarkan darah. Pakaiannya sama dengan Seokjin, seragam khas wisuda.

"Myung-Myungeun...kau..."

Ucapannya mengambang di udara. Seokjin mendongak ke atas, lebih tepatnya ke arah atap. Apa Myungeun melompati pagar pembatas di atap kampus?

Seokjin meletakkan kepala Myungeun ke pangkuannya. "Myungeun-ah kenapa kau melakukan ini? Aku baru saja ingin melamarmu. Kenapa kau bunuh diri? Kau hanya mempermainkanku, 'kan? Bangunlah...kumohon..."

Setelah melempar sertifikat di tangannya, Seokjin mengguncang tubuh yang mulai mendingin itu. Siapa sangka, Seokjin menangis sambil menjerit-jerit.

"Aku tidak akan menyakitimu seperti cinta pertamamu itu. Aku bukan pria murahan, Myungeun-ah..."

Seokjin tidak mempedulikan pakaiannya yang bersimbah darah. Ia mencium dahi Myungeun dan memeluknya erat. Ia tidak tahu jika orang-orang manatapnya iba. Bahkan wajahnya sudah penuh dengan air mata.

-
-
-

"Perasaan ini, pertama kali kurasakan. Seluruh hatiku telah terenggut. Kembalikanlah padaku, hatiku yang kau curi tanpa kau sadari. Cinta ini seperti demam yang jika jatuh sakit akan sembuh. Jika sakit lagi, bagaimana? Tolong ambilah, satu cinta yang membuka mata hatiku padamu. Bawa cintaku untuk pergi bersamamu, Park Myungeun..."

--THE END--

VOTE 👇👇
IF YOU LIKE THIS STORY 😊

BANGLYZ FANFICTION || BTS-LOVELYZWhere stories live. Discover now