[Prolog]

8.4K 676 19
                                    

Namaku Aida Elavia. Saat ini tercatat sebagai salah satu mahasiswa ilmu pemerintahan smester enam di Universitas Terang Bangsa. Menurut beberapa orang, aku memiliki hidup yang menyenangkan. Bukan karena wajahku secantik Madonna atau otakku secerdas ahli Fisika. Beberapa orang beranggapan hidupku sempurna mungkin karena aku memiliki keluarga yang menyayangiku dan selalu ada untukku, teman-teman yang tidak terlalu banyak tetapi selalu bisa diandalkan disaat aku membutuhkan mereka. Dan yang terakhir, karena aku punya Rayhan Lavi Fernanda.

Namanya Rayhan. Aku mengenalnya saat duduk di bangku kelas 1 SMA. Menurutku, dia orang yang sangat menyenangkan. Dia baik. Jarang berbuat romantis, ia juga jarang mengumbar ucapan manis, terkesan cuek ketika berkomunikasi lewat chat walaupun sesekali menujukkan sikap cemburu.

Aku mengenalnya secara tidak sengaja. Bahkan tidak seromantis di novel-novel remaja pada umumnya.

Pertemuan singkat kita terjadi karena sama-sama terjebak hujan lebat di toko swalayan depan sekolah. Dalam kurun waktu dua jam lebih, kami memiliki sedikit obrolan acak yang terkesan ringan namun begitu sulit dilupa. Dan siapa yang menyangka, pertanyaan sederhana Rayhan saat itu membuat aku dan dirinya bertemu lagi via chat untuk merencanakan pertemuan-pertemuan kami selanjutnya.

"Ai?" Suara yang sudah nyaris 6 tahun tidak asing ditelinga berhasil membuyarkan lamunanku. Aku mengedipkan mata satu kali sebelum akhirnya menyunggingkan senyuman yang kata Rayhan paling manis sedunia.

"Hey," sapaku gembira. Senyumku semakin lebar begitu Rayhan ikut tersenyum dan memposisikan diri duduk di sebelahku. "Udah ketemu dosen?"

Rayhan menghela napas lewat mulut, pipinya menggembung dan bibirnya mengerucut. Kemudian ia menatapku lemas. "Belum."

"Loh?" Alis mataku mengernyit. "Kok?"

"Biasa kan Pak Indra," Rayhan menatapku. "Kalo dicari suka ilang-ilangan. Kalo ditunggu suka ngebatalin tiba-tiba. Masa aku udah hampir dua jam nunggu, dia malah ngechat terus bilang kalo bimbingannya diundur Rabu."

Aku menyimak setiap kalimat yang diucapkan Rayhan sore ini, kemudian tidak lama, aku meraih tangannya dengan satu kali percobaan. Lalu aku kembali menarik dua sudut bibirku hingga melengkung.

"Gapapa," sahutku. "Semangat ya, kan aku nemenin kamu terus, hehe." Kali ini, kuusap tangannya. Aku tidak bisa membantu banyak hal selain memberikan energi positif, dukungan, dan suntikan semangat untuk Rayhan yang sedang memperjuangkan skripsinya.

"Makasih, Aida sayang." Laki-laki yang rambutnya ikal dan agak gondrong itu kemudian membalas senyumanku lagi. Enam tahun sudah aku melihat senyuman yang sama hampir setiap hari. Dan aku tidak pernah sekalipun merasa jenuh. Enam tahun pula Rayhan tidak pernah menjadi sosok yang berbeda. Ia selalu memperlakukan aku sebaik mungkin. Seperti saat pertama kali ia berkata bahwa ia sudah jatuh cinta, enam tahun yang lalu.

Aku jadi ingat, saat kita masih sama-sama duduk di bangku sekolah menengah atas, saat itu aku kelas dua SMA sedangkan Rayhan sudah kelas tiga. Iya, dia memang kakak kelasku di sekolah waktu itu.

Kami menghabiskan waktu bersama di warung belakang sekolah. Aku sibuk meminum es jerukku ketika Rayhan mengeluh kesal gara-gara rambutnya dipotong paksa oleh guru BK.

"Ah! Kesel banget gue, Ai," keluhnya. "Liat nih, ga rata motongnyaaaa, pendek sebelah nih nih liat."

"Makanya," sahutku. "Kalau disuruh potong rambut tuh potong. Mampus kan lo kena razia rambut!"

Rayhan mengerucutkan bibirnya sekilas, "jelek banget rambut gue gila!"

"Sukurin."

"Sumpah dah," katanya. "Gue pengen cepet-cepet lulus. Cepet kuliah. Biar rambut gue boleh gondrong kayak pas liburan sekolah."

Aku menatapnya, kali ini giliran aku yang memasang tampang sedih, "ish."

"Hehe," Rayhan yang saat itu segera paham dengan perubahan wajahku, langsung memasang cengiran. "Gamau pisah sekolah sama gue, ya?"

"Dih, biasa aja."

"Masa sih?" godanya mendadak melupakan soal rambutnya yang menurutnya jelek sekali. Padahal menurutku, Rayhan terlihat sama saja. Tetap menarik untuk dilihat. "Masa biasa aja?"

"Rayhaaaaan," rengekku malas jika harus diledek.

"Iya iyaaaa," Rayhan tertawa lebar lalu ia mengacak puncak kepalaku yang kala itu rambutku masih berponi tengah. "Jangan ngambek dong, Mansur."

"Lagian sih,"

"Hehe," Ia menangkup wajahku dari bawah dengan satu tangan lalu ia menekan pipiku seolah ingin dua benda itu meledak karena pencetan tangannya. "Mana idung peseknya?"

"RAYHAN!"

"Kamu mau pulang kapan, Ai?" Lagi-lagi, suara berat Rayhan disertai usapan pada puncak kepalaku membuat aku kembali sadar bahwa aku sedang berada di kantin Fakultas Hukum tempat Rayhan berkuliah.

"Apa?"

"Ck," Rayhan berdecak. "Mau pulang kapan, sayangku, cintaku padamu?"

"Hehe," aku nyengir. Kemudian kugandeng tangannya erat. Seolah ingin memberitahu seisi kantin fakultas hukum dengan sangat bangga. Bahwa laki-laki yang berada di sampingku ini adalah Rayhanku, milikku.

"Yuk pulang."

"Mampir KUA dulu nggak?"

"Rayhaaaaan"

***

Author notes:

Tanpa bermaksud mengabaikan lapak Stardust, aku memutuskan buat ngepublish cerita ini. Semoga bisa selesai juga ya sampe ending. Btw stardust udah mau selesai kok muheheheh.

Oh iya, ini aku iseng aja nyoba pakai sudut pandang orang pertama dan keluar dari zona nyaman *cia. Dan sekedar mengingatkan mungkin ini agak berbeda karena dialognya bakalan lebih sedikit.

Ya pokoknya gt deh ya. Jangan lupa vote dan komen yaaa

Oh iya, aku orangnya sangat amat pelupaaaa, kayak misal
"Lah nama dosen nya kan A kenapa di part ini jd B?" Atau "loh kan si A gasuka makan ini, kok tbtb di part sekian si A jd doyan?" Atau "laaah? Kan nama panjangnya si B tuh ini, kenapa di part sekian beda ya?" Wkwk please kalo kalian nemu, notice me yaa!

Dan pasti bakalan banyak typo bertebaran karena jempol aku sangat brutal saat ngetik di hp. Mungkin typonya dari yg ringan sampe yang bisa bikin kalian mikir "lah maksudnya apaan nih?" Wkwk jd sekali lg maafkeun.

Yaudah selamat membaca dan semoga jatuh cinta

Sampai jumpa di bab ke dua!

Before We Were Stranger [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang