[Bagian 7]

1.9K 347 7
                                    

On Mulmed: Endah & Resha - When You Love Someone

Happy reading xx

***

Aku dan Rayhan sama-sama diam. Motor matic milik teman Rayhan yang bernama Pampam sudah melaju dengan kecepatan 30 km/jam meninggalkan kafe.

Machiatto latte ku belum habis, Ibnu juga baru lima menit lamanya bergabung bersama kami saat aku harus berpamitan dan memisahkan diri karena kulihat Rayhan masuk ke dalam kafe untuk menjemputku.

Setelahnya, Rayhan sempat menjabat tangan teman-temanku. Termasuk Haikal yang satu angkatan dengannya. Walaupun saat matanya bertemu dengan mata Haikal, aku masih bisa melihat kekhawatiran di sana.

Kurebahkan kepalaku yang memakai helm ke bahu kiri Rayhan. Kami berdua sama-sama tidak tahu kemana motor ini akan melaju. Menyusuri jalanan beraspal yang tidak terlalu ramai. Sorot jingga menggelap menandakan hari akan segera berganti malam.

"Aida," panggilnya hangat. Aku tidak menjawab, berusaha menunggu perkataan selanjutnya. "Rayhan minta maaf."

"Iya."

"Besok berangkat jam berapa?"

Aku memang sudah memberitahu Rayhan bahwa camping akan diajukan besok. "Sore, Rayhan."

"Aku nggak bisa nganter."

"Iya," Aku mengangguk walaupun pacarku itu tak bisa melihatnya karena ia sibuk dengan stang motor dan jalanan yang lengang. "Aku berangkat sama Dhea," sambungku tidak sepenuhnya berbohong.

Bisa kurasakan Rayhan mengangguk dua kali. Sebelum ia menolehkan kepala sehingga aku bisa melihat hidungnya yang mancung dari samping. "Coba kamu cek dah di tas aku ada HP nggak? Takut ketinggalan di kos Pampam soalnya."

Setelah Rayhan menyuruhku dan secara tidak langsung memberiku izin untuk membuka tas warna hitam yang ia selempangkan di bahunya, aku kemudian membuka benda itu dan mencari benda yang dimaksud Rayhan.

"Ada kok," kataku setelah kutemukan benda berbentuk persegi panjang dengan warna hitam itu di tasnya. Di belakang case ponsel itu masih terselip fotoku semasa potret untuk ijazah SMA. Aku tidak bisa berhenti tersenyum setidaknya sampai aku menyalakan tombol power pada HP pacarku.

TA: Bisa aja deh yaaaaaa wkwk :p

TA? Tanpa kusadari alis mataku mengernyit. Jadi... sejak kapan Rayhan memiliki teman yang ia namai TA saja di kontak ponselnya?

"Ngg– sayang,"

"Besok pagi aku ke Bogor." Suaraku dan suaranya beradu dalam detik yang sama. Dua detik kemudian, kami sama-sama diam. Sampai aku akhirnya kembali buka suara.

"Oh..." Aku tertegun sejenak. Karena Rayhan tidak memberi kabar sedikitpun sebelumnya kalau ia ingin pergi. "Ngapain?"

"Acara Mapala." Ia menarik tuas rem sehingga kendaraan roda dua yang kami tumpangi berhenti tepat di garis pembatas. Lampu yang ada di sebelah kanan jalan menyala merah. Memberhentikan kendaraan apapun yang akan melangkah maju ataupun berbelok ke arah kanan. "Nginep."

"Oh." Lagi-lagi hanya jawaban itu yang dapat aku berikan. "Berapa hari?"

"Tiga hari."

"Yaudah." Ku kalungkan tanganku pada pinggangnya sembari menghapus jarak yang tersisa. "Yang penting hati-hati aja."

"Iya, Aida yang mancungnya tiada taraaa," ledeknya. Lalu kubalas dengan pukulan yang cukup keras pada bagian belakang kepalanya yang memakai helm warna hitam.

Before We Were Stranger [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang